Cie..

77 8 0
                                        

Welcome! Happy trading and enjoy!

Destiny || Renjun

•••

Seorang guru memasuki kelas. Berpostur tinggi dengan rahang tegas, membuat seisi kelas diam. Pak Donghae, memasuki kelas seperti biasanya, membawa buku pelajaran yang akan ia ajarkan pada anak didiknya. Pertama yang ia lakukan adalah menyapa para anak didiknya, kemudian memulai pembelajaran. Hingga ia mrmanggil seorang muridnya.

"Yuki, " pemilik nama mendongak. "Kamu maju aja, dari pada di belakang sendiri," lanjut guru itu. Yuki menata horor kursi di samping Renjun. Mungkin duduk di samping Renjun bukan masalah bagi siswi lain. Tapi menurut Yuki itu sebuah hal buruk.

"Ayo tunggu apa lagi?" Tanya guru itu dengan gemas. "Dari tadi bapak juga liat, kayanya kamu pengen duduk sama Renjun," lanjutnya dengan senyum lebar.

"Tapi pak, aku gak mau duduk sama Renjun. Tadi itu cuma tanya," elak Yuki.

"Nggak ada penolakan," tegas guru itu. Yuki segera membereskan barangnya dengan lesu. Sati kelas bersorak ricuh, terutama Haechan dan Somi. Renjun tersenyum, begitu pula dengan pk Donghae. Yuki menggembukan pipinya, ia kesal pada pamannya.

"Dibilangin ngeyel sih," Yuki melotot, Renjun hanya terkekeh melihat wajah Yuki yang merah padam karena kesal. Kelas kembali ricuh kerana interaksi Renjun dan Yuki. Walaupun ada beberapa yang memasang mimik wajah kesal.

Beberapa teriakan seperti, "jadian sana," dan "gue tunggu PJ-nya," terlontar, rona merah di wajah Renjun dan Yuki terlihat. Lagi, kelas kembali ricuh. Namun, pak Donghae mampu mengembalikan ke kondusif-an kelas, "oke, kita lanjutkan pelajaran."

●●●

Bel istirahat berbunyi, pak Donghae menutup pelajaran hari ini. Kemidian murid di kelas berhamburan ke luar kelas, walaupun ada beberapa yang masih tinggal. Contohnya Yuki yang sedang di bujuk oleh Somi. "Ayo kekantin," Somi terus menarik ujung lengan seragam Yuki.

Kruyuk ~

Itu suara perut Yuki. Somi melotot ke arah Yuki. "Tuh kan, ayo ke kantin," ajak Somi sekali lagi. Kali ini Yuki menurut, mengikuti langkah Somi yang riang. Kenapa? Karena ia berhasil membujuk Yuki ke kantin.

Sesampainya di kantin, 2 gadis itu mengedarkan pandangan, mencari tempat yang masih kosong. Namun, keberuntungan tidak berpihak pada mereka. Semua meja sudah terisi penuh, kecuali meja Haechan yang berisi Jaemin, Jano, dan Renjun. Tanpa ragu, Somi melangkahkan kakinya menuju meja itu. Karena disana ada Haechan, pacar Somi.

"Geser," Somi sedikit memukul bahu lebar Jaemin. Jaemin segera menggeser tubuhnya, menjauhi Haechan dan mendekat ke Jeno. Sedangkan Yuki, gadis itu tampak ragu untuk duduk di sebelah Renjun.

"Kenapa diem aja? Sebentar lagi masuk loh," Jeno sedikit menggeser tubuhnya diikuti Renjun, memberikan ruang untuk Yuki duduk.

Tidak lama setelahnya, karena Yuki tidak kunjung duduk. Renjun menggenggam pergelangan Yuki, lalu menuntun gadis itu untuk duduk disampingnya. "Cepet makan, jangan sakit," ucap Renjun datar. Jeno, Jaemin, Haechan, dan Somi melihatnya, mereka terkejut, Jaemin hampir mati karena tersedak. Apa bener ini Renjun? Begitu pikir mereka.

"Gas terus paketu!" Haechan berteriak tiba tiba. "Jangan kasih kendor!" Jaemin mengompori. "Jadian aja sana!" Somi tidak mau kalah. "Aduh mata gue, PJ gue tunggu loh paketu!" Jeno tidak kalah menggebu.

"Berisik!" Yuki menatap temen temannya dengan tajam. Walaupun wajahnya memerah karena malu.

"Cepet makannya, bentar lagi masuk," Renjun menjejelkan bakso ke mulutnya. Yuki mengangguk mengerti, melanjutkan aktifitasnya.

"Aduh!" Jeno, Jaemin, Haechan, dan Somi berteriak bersaman. Tidak tahu lah tijuannya apa.

●●●

Yuki berkutat dengan ponselnya. Kenapa kakaknya tidak menjawab telepon darinya? Padahal sudah janji ingin menjemputnya.

"Halo, kenapa?" Akhirnya.

"Katanya mau jemput," rajuk Yuki

"O iya, aduh baru inget. Oke kakak jemput sekarang. Jangan kemana mana," setelahnya panggilan di tutup secara sepihak. Kebiasaan.

10 menit berlalu, sekolah sudah sepi. Renjun menghampiri Yuki yang sedang berdiri. "Kenapa belum pulang?"

Yuki menggeleng.

"Ayo gue anter," tawar Renjun. Yuki menggeleng. "Oke, gue tungguin sampe lo dijemput deh."

10 menit berlalu, mereka hanya diam. Hingga klakson yang dibunyikan mengalihkan dunia mereka. Itu mobil Taeyong. "Aku duluan, hati hati dijalan," senyum terukir di wajah manis Yuki. Renjun mengangguk.

Yuki menghampiri kakaknya. Masuk ke dalam mobil, melambaikan tangan ke arh Renjun.

"Mau es krim gak?" Taeyong menawarkan. Disabut dengan anggukan antusias dari adiknya.

Kedai es krim, mereka berada di sana. Menunggu pesanan datang. Yuki mengetuk ngetuk meja dengan jari mungilnya, sedangkan Taeyong sibuk dengan ponsel yang ia genggam. Bosan. Yuki sangat bosan dengan kegiatannya saat ini. Bagai mana cara mendapat perhatian kakaknya?

"Kak, kakak tau gak?" Yuki membuka suara setelah berpikir.

"Enggak," Teyong menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Sama, Yuki juga nggak tau,"  Taeyong kesal, tapi ia tahan agar tidak mengomel. Yuki terkekeh saat melihat ekspresi  sang kakak yang sudah gatal ingin mengoceh.

"Kak, apa bener aku anak angkat?" Tiba tiba saja kata kata itu meluncur dari mulutnya. Taeyong mengernyit, mengalihlan pandangannya dari layar ponsel menuju wajah adiknya.

"Kata siapa?" Yuki tertegun, ia baru menyadari pertanyaanya.

Tidak lama pesanan mereka datang, Yuki tidak menjawabnya. "Yuk pulang," ucapnya dengan enteng, tidak peduli dengan rasa penasaran sang kakak.

to be continued

Destiny || Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang