●●●
Alaram berbunyi dari dalam kamar Yuki. Ia mencari ponselnya dan mematikan alaram tersebut. Duduk dan mengumpulkan nyawa. Kemudian berdiri dan segera mandi.
Tidak lama, Yuki keluar dari kamar. Terheran heran karena kakaknya belum bangun dari dunia mimpinya.
Yuki berjalan menuju dapur untuk memasak sarapan pagi. Kerena kakaknya belum bangun dan pembantunya juga belum datang.
"Oh udah bangun," suara serak khas orang yang baru bangun tidur terdengar di indra pendengaran Yuki. Gadis itu tidak menghiraukan suara itu, karena ia tau suara siapa itu.
"Nih, habis itu mandi aku berangkat sama Renjun," Yuki menyodorkan makanan yang ia buat tadi di meja makan.
Taeyong—yang sedari tadi duduk manis di kursi meja makan tersenyum. "Makasih," ucapnya.
Ruangan itu hening, tidak ada yang berbicara. Hanya dentuman sendok dan piring yang saling bergesakan.
"Tumben berangkat sama Renjun, udah baikan ya?" Taeyong membuka suara setelah menghabiskan makanannya.
"Emangnya kenapa?"
"Ya gak papa sih"
"Yaudah sana mandi, nanti telat loh"
Taeyong pun berdiri, meninggalkan adiknya sendirian di ruang makan.
Yuki menghembuskan napasnya. Setelah kejadian di pantai waktu itu, mereka —Renjun dan Yuki menjadi dekat. Entah mengapa perasaannya gelisah. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
Ting!
Pesan masuk dari Renjun.
Renjun
|Gw udah di depanYuki
Msk aj|Renjun
|Singkat padat jelasYuki
Bct|
ReadSetelahnya pintu utama di buka. Menampilkan wajah Renjun yang sedang tersenyum. Dia berjalan menuju dapur. "Kak Taeyong mana?"
"Lagi mandi"
"Ayo berangkat"
Yuki mengangguk, "kakak, Yuki berangkat dulu jangan tidur lagi"
Setalahnya mereka berangkat menuju sekolah menggunakan mobil milik Renjun. Keadaanya hening tidak ada percakapan.
●●●
Mereka sampai, Yuki mulai memakai earphone pada telinganya. Renjun dan Yuki berjalan secara beriringan di koridor dengan bergandengan tangan, karena kelas mereka sama. Beberapa orang uang melewatinya bingung. Tidak biasanya Renjun berangkat bersama seseorang.
Beberapa bisikan juga terdengar pada indra pendengaran Renjun.
Hingga mereka sampai di depan kelas, Renjun melepas genggaman pada tangan Yuki. Mereka menuju kursi masing masing.
Tidak lama, bel berbunyi menandakan pelajaran akan segera di mulai. Semua siswa duduk di tempatnya masing masing. Yuki melepas earphone yang sejak tadi ia kenakan.
Guru masuk, pelajaran dimulai. Tapi sorot mata para gadis yang ada di kelas Yuki menatap tajam dirinya. Namun, ia tidak peduli dan lebih memilih fokus pada guru yang mulai menerangkan.
●●●
Bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi. Biasanya Haechan akan mengobrol dengan Yuki hingga bel masuk berbunyi lagi. Tapi, kali ini tidak, karena Haechan sakit.
"Haechan gak masuk, jadi sepi. Gak ada yang ngoceh," gumam Yuki setelah menaruh buku novelnya di atas meja.
"Wah wah wah, liat deh, berani banget deketin Renjun. Pake gandengan lagi," gerombolan orang mendatangi Yuki.
"Hm? Kalian siapa?"
"Pura pura gak tau kita," salah seorang dari mereka berucap sambil memandang yang lain.
"Lo, jauhin Renjun ato gue yang bakal hancurin lo duluan," ucapnya lagi menyeringai. Kemudian pergi dari hadapan Yuki.
Benar firasatnya tadi.
●●●
Halo
Udah lebaran aja, gak kerasa
Maaf jika ada kesalahan kata yang di sengaja atau tidak
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin...
Maaf pendek :(

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || Renjun [✓]
Ficção Adolescente[Completed] "Aku percaya akan takdir, dan takdir lah yang mengubah hidupku" - Start: 7 April 2019 - Finis: 6 Januari 2020