Surat 4 : Buku Putih

284 70 19
                                    

Nala sedang sibuk dengan handphonenya sambil bersantai di atas sofa ditemani segelas kopi hitam. Sesekali Nala melirik pada televisi, menatap bosan pada acara gosip yang tengah ditayangkan. Nala sengaja menyalakan tv-nya meskipun cowok itu sama sekali tak tertarik. Nala butuh pengalih dari Mara yang kini sedang sibuk mencuci piring setelah acara makan malam bersama mereka. Nala biasanya baik-baik saja saat sunyi menemaninya, tapi kali ini ia tak bisa. Diam dalam satu ruangan dengan Mara tanpa sebuah pengalih adalah hal yang sulit untuk dilakukan sekarang.

Alasannya hanya satu; Mara baru saja menyatakan cintanya pada Nala dan cowok itu jelas menolak.

Nala kira Mara berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang pernah dekat dengannya. Nala kira untuk pertama kalinya ia bisa kembali menemukan seorang teman selain Dimi. Nala butuh teman yang tak akan jatuh cinta padanya. Teman yang sama sepertinya. Seseorang yang tak memuja cinta. Selama dua tahun terakhir ini pun Nala merasa Mara baik-baik saja. Nala kira Mara tak akan pernah sampai memiliki rasa padanya. Namun Nala salah sangka. Mara mencintainya dan Nala benci itu.

Mara adalah teman satu department di kantornya. Nala bertemu Mara dua tahun yang lalu, saat cewek itu baru saja masuk sebagai salah satu team Marketing baru. Nala yang telah lebih dulu menjadi karyawan di salah satu perusahaan publishing terbaik di Indonesia itu dipilih oleh atasannya untuk membimbing Mara selama sebulan dan setelah itu mereka jadi dekat. Nala menilai Mara cukup menarik untuk dijadikan teman dan Mara juga tak pernah membuatnya merasa bosan bahkan saat cewek itu tak henti-hentinya membicarakan isi buku yang baru saja selesai cewek itu baca. Nala suka cara Mara bercerita.

Sejak awal Nala selalu mengatakan pada Mara tentang keengganannya berhubungan dengan seseorang lebih dari teman. Nala menjelaskan kenapa dia alergi pada hubungan cinta memuakkan dan Mara pada saat itu mengatakan kalau cewek itu juga merasakan hal yang sama. Mara bilang dia bosan, berkali-kali berhubungan dengan seseorang lalu putus tanpa kejelasan membuat cewek itu memilih menyendiri. Nala kira Mara jujur saat itu, makanya ia tak ragu menjadi lebih dekat lagi dengan Mara. Nala bahkan tak pernah keberatan menghabiskan satu malam menemani Mara dalam pelukannya. Namun ternyata Nala salah, Mara berbohong padanya.

Satu jam yang lalu, Mara tiba-tiba saja memeluk Nala erat lalu membisikan sebuah kata cinta yang tak pernah Nala harapkan akan keluar dari mulut Mara. Cewek itu bilang sejak awal dia telah menyukai Nala dan dia hanya mencoba untuk mendekati Nala secara perlahan, makanya cewek itu berbohong tentang ia yang juga tak ingin dulu terlibat dalam hubungan cinta. Mara selama ini mencintainya, berada sedekat mungkin dengan Nala dengan harap cowok itu perlahan akan luluh dan jatuh cinta juga padanya. Sayang, karena Nala justru tak suka. Sejak awal Nala sudah menegaskan bahwa cowok itu tak akan pernah jatuh cinta dan lebih sering meninggalkan orang-orang yang jatuh padanya. Mara bilang dia ingin Nala mencoba untuk membuka hati, namun sekali lagi Nala menolak. Dia tak ingin. Bagaimana bisa Nala membuka hati disaat hatinya sudah tak lagi ada?

Makan malam yang biasanya menyenangkan seketika tenggelam dalam senyap penuh rasa tak nyaman. Nala ingin Mara pergi, namun Nala juga tak tega mengusirnya begitu saja. Mara bilang cewek itu akan pulang setelah mereka makan malam dan setelah dia mencuci piring-piring Nala, seperti yang selalu cewek itu lakukan setiap kali mereka makan bersama di Apartemen Nala. Makanya saat ini Nala memilih menyibukan diri dengan hal-hal tak penting.

Tak lama kemudian, Mara baru saja selesai dengan piring-piringnya begitu bel Apartment Nala berbunyi berkali-kali. Nala segera bangkit dan menahan langkah Mara yang awalnya ingin membukakan pintu.

"Biar gue aja, Ra." Ujar Nala lalu cowok itu buru-buru membuka pintunya.

Tamu itu tak lain adalah Dimi yang memang berjanji akan datang hari ini. Namun meskipun begitu, Nala agak terkejut sebetulnya saat ia melihat sosok Dimi muncul dengan penampilan super berantakan. Matanya sembap juga merah, rambut acak-acakan dan baju Dimi juga sudah kusut tak karuan. Padahal seharusnya Dimi sedang bahagia bukan setelah berhasil membawa Rania pergi kencan?

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang