Surat 1 : Sang Penulis Misterius

551 81 22
                                    

08.15 AM

Sial.

Dimi meninju stir mobilnya sekali lagi sambil meneriakan sumpah serapah lalu mendengus keras-keras. Tak salah lagi, Dimi memang membenci Jakarta, bahkan sejak detik pertama dia pindah ke kota ini lima belas tahun yang lalu. Jakarta itu macet dan kali ini kemacetan Jakarta akan membuatnya dimarahi habis-habisan oleh Pak Dinar, manager departemennya di Kantor. Dimi benci itu. Dia tuh karyawan paling terpuji, nggak pernah terlambat, selalu melampaui ekspektasi atasannya dan disukai banyak orang, tentu saja. Kesialannya kali ini jelas akan mencoreng nama baiknya dan Dimi akan menyalahkan Nala untuk itu. Demi tuhan, cowok itu akan Dimi kutuk habis-habisan kalau ia benar-benar sampai dihukum hari ini.

Dini hari tadi Nala tiba-tiba aja muncul di rumahnya, masih lengkap dengan piyama tidur serba hitam dan sebuah beanie berwarna senada bertengger di kepala. Wajah Nala jelas ditutupi kantuk saat cowok itu dengan brutal membangunkan tidur nyenyaknya. Alasannya sepele, Nala memintanya mengantarkan cowok itu ke Bandara karena dia tiba-tiba aja diminta untuk ikut seminar ke Jogja dan mobil milik cowok itu mendadak mogok. Dimi jelas malas, siapa pula yang akan senang dibangunkan sepagi itu lalu dipaksa menjadi supir dadakan? Belum lagi jarak rumahnya dan Bandara itu cukup jauh. Tapi Nala jelas punya taktik jitu untuk menaklukannya.

"Dim, gue bisa aja bikin lo sama Rania berantem ya. Gue cukup bilang sama Rania kalau yang bikin ulah di acara anniversary dia bareng Januar dua tahun lalu itu elo. Kita semua tau, lo jelas tau, Rania pasti bakal marah besar."

Skak mat!

Nala punya kartu As yang akan sangat merugikannya. Cowok yang sudah jadi temannya sejak bayi itu terlalu hafal wataknya dan dua tahun lalu, saat Dimi diam-diam menaruh vodka dalam jus di pesta perayaan Anniversary Rania dan Januar karena cemburu, Nala langsung bisa tahu kalau semua itu ulah Dimi. Sebisa apapun Dimi mengelak, Nala tetap tak percaya dan Dimi juga sejujurnya tak pernah benar-benar bisa berbohong pada Nala. Beruntung saja Dimi bisa menjinakan Nala dengan rayuan dada ayam McDonalds dan cowok itu akhirnya berjanji akan merahasiakannya. Namun Dimi tak pernah sepenuhnya tenang karena jika situasinya mendesak, Nala akan memaksa Dimi melakukan apapun dan jika Dimi menolak, Nala akan mengancam membeberkan rahasianya pada Rania.

Dan itu tak boleh terjadi. Bisa sangat berbahaya kalau Rania tahu. Cewek itu bisa membencinya.

Dimi sudah mencintai Rania selama lima tahun lamanya dan Rania juga sangat dekat dengannya. Sudah terjebak friendzone selama lima tahun, lalu dibenci jika seandainya saja rahasia itu terbongkar? Oh tidak, miris sekali. Dimi lebih baik jadi budak Nala selamanya kalau perlu asalkan rahasianya aman.

Karena itulah Dimi harus rela terjebak macet sekarang. Perjalanan dari rumahnya ke Bandara sangat jauh, belum lagi Dimi sempat harus menemani Nala karena penerbangan cowok itu delay selama beberapa menit. Setelahnya Dimi harus kembali ke rumah untuk bersiap-siap kerja dan dia baru berangkat ke kantor pukul tujuh tiga puluh dan jam masuk kantornya adalah jam delapan. Dalam kondisi normal Dimi akan berangkat tepat pukul tujuh setelah sarapan dan dia akan sampai di kantor tepat waktu.

Sekarang Dimi hanya perlu berdoa pak Dinar mendadak terkena diare hebat atau apapun itu yang bisa membuat atasannya tidak masuk kantor dan kalau itu terjadi, Dimi aman.

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang