Surat 9 : Menghadapi Guntur

464 77 43
                                    

Pesta perpisahan Nala malam ini berjalan dengan semestinya tanpa diduga. Di awal acara, para pimpinan dan supervisor yang bisa menyempatkan hadir memberi sedikit kata perpisahan serta terima kasih mereka pada Nala. Ada yang melepas dengan senyuman lebar, dengan sedikit canda gurau, dan ada yang memberi Nala beberapa petuah. Diantara itu semua, ada juga satu senior Nala yang kini telah menjadi team leader untuk divisi online marketing, Mbak Clara namanya, dia sampai menangis haru karena Nala.

Penyebabnya jelas bukan karena cewek itu salah satu korban patah hati Nala ya, tapi melainkan karena Nala sudah berkali-kali membantu Clara dan cewek itu merasa hutang budinya belum terbayarkan. Mereka tak sama sekali dekat namun sebagai hadiah, Nala memberi Clara satu pelukan hangat di akhir ucapan cewek itu, membuat seluruh tamu undangan tertawa lepas karena Clara yang mendadak tremor. Setelahnya Nala juga mengucapkan beberapa kata singkat; tentang rasa bersyukurnya, tentang ucapan terima kasih atas segala pengalaman serta pelajaran yang ia terima selama ini, dan juga sebuah salam perpisahan sederhana.

Lalu kemudian acara berubah haluan. Tak ada lagi haru, tak ada lagi sedih, tak ada lagi berat hati, mereka semua mulai menikmati pesta dengan cara mereka sendiri. Setelah acara makan malam bersama, semua orang mulai membuat diri mereka nyaman sehingga mereka tak lagi ingat maupun peduli bahwa pesta yang sedang berlangsung adalah pesta perpisahan Nala. Cowok yang menjadi bintang acara itu memperhatikan sekelilingnya, melihat bagaimana semua orang sibuk dengan kesenangan mereka masing-masing; para karyawan perempuan mulai berkoloni di salah satu sudut aula untuk bergosip, sebagian laki-laki asik dengan minuman mereka dan para senior yang sudah cukup berumur memilih untuk duduk tenang sambil menikmati cake ditemani gelas teh mereka yang masih penuh. Nala berani bertaruh, mereka bahkan tak akan lagi ingat pada Nala malam ini.

Tapi toh Nala nggak perduli. Lagipula pesta ini akan segera berakhir.

Tepat beberapa meter di depan Nala, cowok itu kembali menangkap sosok Mara sedang menatap kearahnya dengan sorotan menantang dan jelas sekali kalau cewek itu sedang merendahkan dirinya. Mara memegang satu gelas champagne di tangannya dan melakukan gerakan seolah dia sedang mengajak Nala bersulang. Disamping Mara, ada satu sosok laki-laki yang jelas Nala kenal dan dia juga melakukan hal yang serupa pada Nala. Sosok itu adalah Aryo.

"Lo punya masalah gak sih sama mereka, Na?"

Suara Dimi tiba-tiba saja terdengar di samping Nala, membuat fokus Nala seketika teralih. "Gue sih gak merasa, nggak tau kalau mereka. Lo tau sendiri, gue diem aja orang bisa kesinggung sama gue."

Dimi terkekeh meskipun masih khawatir. "Iya juga sih, muka lo hawanya ngajak ribut mulu soalnya."

"Lo yakin gak harus membicarakan sesuatu sama mereka, Na?" kali ini Sena yang bertanya. "Lo tau mereka kayak gimana."

"Dan mereka seharusnya tau gue kayak gimana. Kita liat dulu aja."

Dengan begitu, Nala, Dimi maupun Sena kembali diam sambil menikmati pesta tanpa minat yang benar-benar ada. Kalau bukan karena Nala, dan juga kalau pesta ini bukan digelar untuk Nala, Dimi mungkin sudah menggila sejak tadi. Begitupun Nala dan Sena. Mereka pasti sudah membaur kesana kemari dan menikmati segalanya. Mereka hanya menahan untuk tidak lepas kendali. Sementara Rania telah lama memisahkan diri, cewek itu sudah berada disamping suaminya tepat setelah sambutan Nala berakhir tadi.

Tak bisa dipungkiri, sebetulnya Nala juga khawatir. Dia kenal Mara. Nala sangat mengenal sifat cewek itu hingga ke akar dan Nala tahu, Mara mampu melakukan apapun yang cewek itu suka. Mara itu tipe anak keras kepala yang segala keinginannya harus dipenuhi dan jika tidak, dia akan melakukan sesuatu untuk itu. Tak perduli yang dilakukannya baik atau buruk.

Nala tidak takut Mara akan melakukan sesuatu padanya sih. Demi tuhan ia nggak sama sekali peduli. Mau Mara menghancurkannya hingga menjadi debu detik ini juga Nala masa bodoh. Yang membuat Nala khawatir adalah rasa curiga cewek itu pada Dimi. Nala takut nantinya Mara akan melakukan sesuatu pada Dimi, terlebih jika setelah Nala tak lagi bisa berada di dekat cowok itu. Dimi sama sekali tidak terlibat apapun dengan masalah Nala, jadi cowok itu tak boleh terkena imbas atas perbuatannya.

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang