Bab 10

439 36 5
                                    

Happy reading!

***

Sedari tadi lelaki itu hanya mengetuk-ngetuk jari nya di atas meja. Pandangannya hanya seolah fokus pada buku di hadapan nya, namun pikirannya melayang entah kemana. Lelaki itu melamun, melamun kan hal yang beberapa hari ini terjadi pada nya dan pada seorang gadis yang ia temui beberapa kali.

Ada yang aneh, ada yang ia rasakan saat berdekatan atau bertemu dengan gadis itu. Tapi apa?

Seperti rasa nyaman, rasa rindu kepada seseorang setelah bertahun-tahun, dan rasa ingin melindungi.

Padahal ia yakin bahwa mereka baru bertemu akhir-akhir ini. Ntah apa yang membuat nya berpikir bahwa mereka telah mengenal satu sama lain sejak lama. Banyak kira-kira yang berputar di dalam kepalanya.

"Rooftop aja yuk dari pada ngelamun disini." sebuah teguran membuat lelaki itu tersentak kaget. Lelaki itu menatap tajam sahabatnya.

Ia berdiri memasukan kedua tangan nya kedalam saku celana, beranjak keluar kelas dan berjalan santai menuju rooftop.

Sementara sahabat nya yang tadi menegur hanya diam dan mengikuti hingga berada di rooftop. Mereka duduk di sebuah kursi yang kebetulan sudah tak terpakai.

"Lo kenapa? Ada masalah?"

Lelaki itu mengeluarkan komik dan membacanya tanpa menjawab pertanyaan sahabat nya.

"Gue tau kalau lo ada pikiran, jadi cerita aja." tanya nya lagi.

"Gak ada apa-apa Ar." mata nya masih fokus membaca komik.

"Gue jenuh lo manggil nama itu mulu."

"Lha, kenapa? Arka nama populer lo kan." lagi ia tak menatap orang yang berbicara dengan nya.

"Lo gak kangen manggil gue kaya dulu Lang?"

Ya, lelaki yang sedari tadi masih sibuk membuka lembaran komik nya adalah Langit. Dan lelaki yang mengajak nya berbicara sedari tadi adalah Arka, sahabatnya.

Langit menatap sahabatnya, kemudian mendelik tajam. "Kangen? Najis!"

Sementara itu Arka hanya tertawa melihat ekspresi sahabatnya. Sudah lama ia tak menjahili Langit.

Entah lah, waktu sangat cepat berlalu tapi waktu tak pernah menceritakan apa hal yang akan terjadi selanjutnya.

"Gue kepikiran soal cewe."

Arka menoleh, tumben sekali ada cewe yang mau melintas di otak sahabat nya ini.

"Ngapain lo mikirin cewe? Mikirin hal jorok ye?  Gila lo." tebak nya.

Langit menoyor kepala Arka, ada apa dengan otak kosong itu. "Lo yang gila, gue kepikiran cewe yang baru aja duet dance sama gue minggu lalu."

"Ya makanya, ngomong yang tuntas. Gue mana faham kalo lo ngomong separo."

Langit mendesah dan menutup komiknya, menaruh nya di atas pangkuan.

"Gue serasa udah kenal lama sama tuh cewe, tapi gue yakin ini pertama kali nya kita ketemu."

Arka diam tak menyela cerita sahabatnya.

"Terakhir gue ketemu dia, waktu beli makanan sebelum ke rumah lo. Gue liat dia nunggu hujan reda." Langit diam.

"Dan akhirnya lo anterin dia sampe rumah nya, terus mastiin bahwa lo anter anak orang dengan aman?" Sambung Arka.

Langit sudah tak aneh lagi, sahabat nya pasti tau apa yang akan ia lakukan setelah nya.

"Lo sayang sama dia?" tanya Arka.

Langit memejamkan matanya, berpikir mana bisa hanya beberapa kali bertemu ia bisa secepat itu menyayangi perempuan.

"Gue gak tau."

Arka masih menebak siapa yang mampu membuat sahabat nya bingung seperti ini. Dulu saat ia melihat Langit berpacaran dengan adik kelas nya, ia tak pernah melihat wajah bingung itu. Yang ia tau, Langit akan selalu mengutarakan apa yang ia rasakan. Seperti misal nya mengatakan 'gue suka sama dia, besok gue tembak.' Dan ini kali pertama nya ia melihat Langit bingung untuk perasaan nya sendiri.

"Biasa nya lo to the point, terus tembak tu cewe kalo lo suka."

"Dia beda, gue bahkan gak tau apa yang gue rasa setiap ketemu dia." jawabnya. Langit sungguh tak tau apa yang ia rasakan saat ini.

"Lo kenal dia cuma karena dance?"

"Awal nya gue gak sengaja hampir nabrak dia sebelum latihan dance."

"Gila lo! gue udah bilang berapa kali di jalan kagak usah ngebut macem di arena." Arka tak habis pikir hobi kebut-kebutan Langit masih tetap setia di mana pun.

"Gue tau, tapi waktu itu di kejar waktu. Lagian jalanan kosong, jadi wajar gue ngebut. Tau nya ada dia."

"Gue tebak lagi. Lo gak minta maaf kan sama tu cewe?" Arka menebak lagi.

Dan Langit hanya diam, tepat sekali. Tebakan nya tak pernah meleset sedikit pun. Bakat cenayang nya ini alami ternyata, Langit pikir itu hanya sok tau sahabatnya saja.

Langit menengadahkan wajah nya ke atas, di ikuti sahabatnya. "Siapa nama nya?"

Ia memejamkan matanya sebelum menjawab. "Alya, cuma itu nama yang gue tau."

Arka membatu, nama nya cukup familiar. Apa wakti kini tengah mengajak mereka bermain? Arka mengalihkan tatapan nya kepada sahabatnya. Kemudian kembali memejamkan mata.

Entah apa yang akan terjadi, kali ini tolong semoga waktu memihak mereka berdua.

--------------------------------------

Selamat menikmati

Silahkan ikut menebak apa yang lagi mereka alamin hehe

See you, with love sky ^^

Difficult Choice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang