THREE

46 7 11
                                    

Jam 11 siang acara presentasi telah selesai, dan presentasipun berjalan dengan lancar.

Semua UKM telah mempresentasikan yang terbaik dari organisasi mereka. Begitu pula para maba, mereka tampak sangat antusias mengikuti acara festival UKM tahun ini. Banyak sekali yang aktif untuk bertanya ketika sesi pertanyaan disetiap presentasi dibuka.

Bagi Dinda, tentu saja ini merupakan pengalaman berharga. Meski tidak jadi untuk latihan bersama Fikri, setidaknya ada Latifa dan Ningtyas yang membantunya.

"Finally selesai jugaaaaaa," Dinda berteriak lega karena presentasinya berjalan dengan lancar, ya meskipun pagi-pagi harus terkena sial dahulu.

"Keren kamu, Din. Lancar banget ngomongnya, tuh." Latifa menyenggol bahu Dinda.

"Iya bener banget. Jawab pertanyaan juga bisa sat-set gitu," Ningtyas menimpali.

"Hehe, berkat kalian juga. Makasih ya, kalian udah mau ngajarin aku. Jujur aja ini presentasi pertama aku di RESET, loh."

Mereka bertiga berjalan menuju kantin di Fakultas MIPA, yang letaknya dekat dengan auditorium utama kampus.

"Semuanya tuh berkat kegigihanmu, Din. Aku senang, kamu sudah bisa berbaur dengan kami. Masih ingat loh aku gimana kakunya kamu waktu pertama kali gabung di RESET, hahaha." Ningtyas membuka memori Dinda setahun lalu, di mana ia pertama kali bergabung dengan RESET. Ia sangat tertutup dengan anggota yang lain. Bahkan Dinda nyaris tidak pernah mengikuti lomba karya ilmiah setahun belakangan. Sebenarnya karena tugas inilah Dinda memberanikan diri untuk 'muncul' di RESET.

Ibaratnya seperti batu. Sekeras apapun batu, jika ditetesi air terus menerus akan terkikis juga. Berkat ke-care-an dari anggota RESET yang lain, seperti Ningtyas dan Latifa, juga kakak tingkat yang terus mencoba dekat dengan Dinda, akhirnya Dinda mulai bisa bergabung serta bercanda bersama yang lainnya.

One thing, waktu bisa merubah segalanya, termasuk perihal pikiran dan hati.
"Eh kalian mau pesen apa? Biar kutraktir. Hitung-hitung rasa terimakasih aku karena kalian sudah mau jadi best partner aku," Dinda menawari kedua temannya.

Mereka sekarang sudah duduk di salah satu kursi panjang yang ada di kantin tersebut.
"Wih beneran ditraktir, nih? Mauuuu dong!" Latifa berseru dengan sangat gembira. Memang mahasiswa, sukanya gratisan.

"Dasar, pencari gratisan!" Ningtyas segera menoyor kepala Latifa.

"Idih jangan sok-sokan nggak mau ditraktir ya kamu, Ning. Aku mah jujur, daripada memendam perasaan. Sakitnya tuh di sini, muehehehe..."

Dinda yang melihat perdebatan kedua temannya ini segera menengahi.

"Sudah-sudah... tidak apa-apa, kok Ning. Aku serius mau nraktir kalian. Jarang-jarang kan aku begini, hehe. Jadi, kalian mau pesan apa?"

~

Reza, Alya, dan Okma sudah sampai di stand APES. Setelah presentasi mereka segera pergi ke stand karena konsumsi sudah menanti di sana.

"Woiiii, konsumsi, konsumsi... laper, nih. Habis qerja lembur bagai quda!" Kali ini suara cempreng Alya menggemparkan telinga seisi stand. Nggak Shela, nggak Alya, mulutnya didesain seperti toak kali ya?

"NGGAK USAH TEREAK-TEREAK JUGA, KAMPRET. BIKIN PALA GUE PUSING AJA LO!" Gali berusaha menyamai suara cempreng bin keras milik Alya.

Teman-teman lain yang sedang berada di stand, termasuk Reza dan Okma yang berjalan di belakang Alya, hanya menggeleng-gelengkan kepala. Alya yang sedang capek memilih tidak memedulikan ocehan Gali. Ia langsung menuju belakang stand untuk makan. Ia tahu, jika ia membalas Gali maka akan seperti kisah cinta di fairy tale yang everlasting. Tak lama kemudian Elfira datang dengan membawa tiga kotak nasi, beserta minumannya.

WHEELS (Ketika Hidup Tak Seindah Cerita Dongeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang