Suasana kantin begitu ramai oleh siswa dan siswi yang sedang makan siang. Di meja lain tiga siswa dan satu gadis kecil, yang terdiri dari Yozar, Sangkara, Sahara, dan Haru sedang duduk untuk makan siang.
Yozar yang baru tiba di kantin menanyakan rekomendasi makanan yang enak dan mengenyangkan. Ini kali pertama Yozar datang ke kantin yang ramai oleh siswa lain, biasanya ia tidak pernah ke kantin karena katanya makanan di kantin tidak bermutu. Maklum saja, Yozar anak orang kaya yang biasa makan steak daging dan caviar.
"Gue inget, lo yang di danau itu, kan?" Ungkap Yozar yang sudah mengingat siswa dengan rambut gondrong ini.
"Danau?" Sangkara bertanya-tanya, begitu pun dengan Haru.
"Lo masih inget ternyata, iya ini gue yang waktu itu cegah lo untuk bundir."
"Apa? Bundir?" Kaget Sangkara dan Haru.
Sangkara hampir tersedak bakso yang hendak ditelannya.
"Woi, ngapain lo ngasih tau." Gerundel Yozar yang tak terima jika rencana bunuh dirinya diumbar ke orang lain, bahkan ke tutornya saat ini yakni Sangkara.
"Kalian kan berteman. Masa gue nggak boleh ngasih tau kalo lo pernah mau bundir di danau waktu itu?" Ungkap Bumi dengan sangat jujur.
"Mereka bukan teman gue." Dengan nada sombong Yozar mengatakan bahwa Sangkara dan Haru bukanlah temannya.
"Ehh?" Bumi tersentak mendengar ucapan Yozar.
"Enggak, Yozar cuma bercanda. Kita emang temenan kok. Lo juga bagian dari kita sekarang." Ujar Sangkara dengan percaya diri.
Bumi terlihat memancarkan senyumannya yang merekah sempurna. "Serius? Asik nih, bisa diajak colab buat ngeprank." Katanya senang.
"Ngeprank? E-ehh ... gue nggak ikutan deh." Seru Haru dengan nada pelan.
"Hah? Sejak kapan kita temenan? Gue cuma anggap lo sebagai tutor belajar, nggak lebih." Balas Yozar tak terima jika dikatakan berteman dengan Sangkara dan Haru.
"Emang apa salahnya kalo lebih dari sekadar tutor?" Tandas Sangkara.
"Gue nggak sudi berteman sama kalian." Ucap Yozar masih dengan nada sombongnya.
Haru yang penasaran mempertanyakan maksud mengapa Yozar tidak sudi berteman dengan Sangkara.
"Lo semua miskin. Sedangkan gue ini anak orang kaya."
"Yaelah, yang kaya itu kan orangtua lu, bukan elu." Sahut Bumi blak-blakan.
"Apa lo bilang?!" Geram Yozar pada ucapan yang diutarakan Bumi barusan.
"Udah-udah, intinya kita berempat temenan mulai hari ini. Oh iya, ada satu orang yang harus kita ajak." Kata Sangkara sembari melerai perdebatan kecil antara Yozar dan Bumi.
"Lo lagi nggak berencana buat grup band, kan, Sangkara?" Tanya Yozar.
"Boleh juga ide lu, Zar." Sangkara mengangguk seakan menyetujui ucapan Yozar barusan.
"Itu bukan ide, anjir." Kesal Yozar.
"Oke, ada satu orang yang harus kita undang." Ucap Sangkara mulai serius.
"Siapa?" Tanya Bumi penasaran.
Sangkara terdiam sambil memandangi wajah teman-temannya satu persatu lalu tersenyum. "Teo." Ucapnya.
"Teo? Dari kelas mana tuh anak?" Tanya Yozar sambil menyeruput segelas air mineral botol yang ada di sampingnya.
"Btw, lo yang namanya Bumi. Pesenin gue makanan yang lo bilang spesial tadi. Gue laper."
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGKAR BINTANG [END]
Teen Fiction𝗕𝗮𝗯 𝗸𝗼𝗺𝗽𝗹𝗶𝘁 + 𝗠𝗶𝗻𝗶𝗺 𝘁𝘆𝗽𝗼 Di dunia yang penuh dengan sandiwara ini kehidupan Sangkara dan teman-temannya diwarnai oleh kebahagiaan serta penderitaan yang silih berganti. Pengorbanan besar dan takdir yang tak terduga menciptakan rea...