Book 8

2K 157 70
                                    

WARNING 🔞

TOLONG KEBIJAKSANAAN UNTUK MEMBACA KONTEN DEWASA 🙏

KEESOKAN HARINYA, TANPA menyinggung rencananya kepada siapa pun, Hoseok mulai menyiapkan pengaturan untuk menangani pasien berikutnya. Ia memberikan waktu kepada diri sendiri untuk memulihkan diri dari rasa sakit karena kehilangan Jungkook, waktu untuk membiasakan diri terbangun tanpa tahu Jungkook ada di kamar sebelah. Aku akan mulai pada akhir Januari, pikir Hoseok. Jungkook akan mulai bekerja lagi setelah satu Januari, dan Hoseok mungkin sudah pergi sekitar saat itu.

Karena sekarang sudah menggenggam keberhasilan, Jungkook memaksa diri lebih keras lagi. Hoseok menyerah untuk mencoba mengekang energi Jungkook. Ia memperhatikan Jungkook memaksa diri berjalan sepanjang palang, bersimbah peluh, tak henti mengumpat untuk menawar rasa sakit dan rasa letihnya. Kalau Jungkook sudah terlalu lelah melanjutkan latihan, Hoseok memijat tubuhnya yang pegal, membawanya ke kolam renang, lalu memijatnya lagi. Hoseok mengawasi menu makan Jungkook lebih ketat daripada sebelumnya karena saat ini pria itu sangat membutuhkan nutrisi tambahan. Ketika serangan kram membuat otot Jungkook mengeras pada malam hari, Hoseok memijatnya hingga melemas. Tak ada gunanya menghentikan Jungkook.

Sudah waktunya Jungkook meninggalkan kursi roda. Hoseok membawakan alat bantu berjalan, penyangga berkaki empat mirip kurungan yang menyediakan keseimbangan dan kekokohan yang Jungkook butuhkan, dan kegembiraan bisa ke sana kemari dengan kemampuan sendiri begitu meluap sehingga pria itu dengan senang hati berjalan dalam gerakan lambat dan menahankan otot yang tegang.

Hoseok tidak menyinggung Seokjin yang tiba-tiba tidak lagi hadir saat makan malam, meski Alberta dengan cepat menyesuaikan jenis menu dan porsi makanan yang dia masak. Makan malam dalam porsi melimpah dihentikan, sebagai gantinya Alberta menyiapkan menu makan malam ringan dalam porsi kecil. Hoseok sering menemukan meja makan ditata dengan dilengkapi lilin dan sebotol anggur. Suasana intim itu menjadi satu lagi tombak yang menikam jantung Hoseok, tapi jika Jungkook sanggup menahan rasa sakit akibat terapinya, Hoseok juga sanggup menahan luka hari karena menghabiskan waktu bersama Jungkook. Hanya itu yang Hoseok miliki, dan waktu bergulir begitu cepat sehingga pria itu merasa seperti menggenggam bayangan.

Pada hari Thanksgiving-dengan mematuhi petunjuk dari Jungkook-Hoseok menyetir ke rumah Seokjin untuk makan malam. Kecuali saat dipindahkan dari rumah sakit ke rumah, ini pertama kali Jungkook bepergian sejak kecelakaan itu. Dia duduk sekaku batu, sekujur tubuhnya tegang saat semua indranya berjuang menyerap segala sesuatu. Selama dua tahun Incheon mengalami perubahan, model mobil berubah, model pakaian juga berubah. Dalam hati Hoseok bertanya-tanya apakah langit gunung kini lebih biru bagi Jungkook dan apakah sinar matahari lebih cerah.

"Kapan aku bisa menyetir lagi?" tanya Jungkook tiba-tiba.

"Setelah refleksmu cukup cepat. Tidak lama lagi," janji Hoseok sambil melamun. Ia jarang menyetir, dan ia harus berkonsentrasi pada tugasnya. Hoseok terlonjak ketika tangan Jungkook memegang lututnya, lalu merayap naik di balik celana pendek untuk menepuk pahanya.

"Minggu depan kita mulai berlatih," kata Jungkook. "Kita akan pergi ke gunung, jauh dari keramaian lalu lintas."

"Ya, baiklah," sahut Hoseok, suaranya tegang karena tangan hangat Jungkook di kakinya. Jungkook menyentuhnya terus-menerus, membanjirinya dengan ciuman dan tepukan, tapi rasanya tangan Jungkook lebih intim ketika Hoseok memakai celana pendek.

Bibir Jungkook berkedut karena senyum. "Aku suka baju itu," katanya.

Hoseok melemparkan lirikan resah ke arah Jungkook. Jelas sekali pria itu menyukai semua baju yang Hoseok pakai. Dia tipe pria yang mengagumi kaki jenjang. Jungkook bergeser mendekat dan menunduk untuk menghirup wangi parfum yang Hoseok pakai. Napas hangat pria itu membelai tulang selangkanya sesaat sebelum bibirnya menekan lekukan lembut leher Hoseok. Secara bersamaan tangannya merayap makin ke atas, dan mobil meliuk-liuk genting sebelum akhirnya Hoseok berhasil membuatnya berjalan lurus kembali.

Come Lie To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang