Book 9

775 91 34
                                    

Semisal ada salah penyebutan nama mohon komen ya biar bisa aku edit. Terimakasih!!

.
.
.
.
.

BERKAS CAHAYA YANG tiba-tiba melintasi galeri membuat jantung Hoseok seperti melompat ke tenggorokan. Ia memalingkan kepala ke kiri, dengan letih menatap pintu geser kamar Jungkook, ke arah asal cahaya. Apa yang membuat Jungkook terbangun? Saat melihat pintu kaca tetap tertutup, Hoseok kembali menggeser tatapan ke kegelapan kebun. Ia berharap Jungkook tidak keluar mencarinya, rasanya Hoseok tak sanggup berhadapan dengan Jungkook saat ini. Mungkin besok pagi, saat Hoseok memakai “seragam terapi” yang familier—celana pendek dan blus—dan mereka terlibat latihan rutin. Mungkin saat itu Hoseok sudah bisa mengendalikan diri dan bisa bersikap seolah tidak terjadi sesuatu. Sekarang ia merasa rentan dan berdarah, semua sarafnya seakan tersingkap lebar. Dengan letih Hoseok menyandarkan kepala ke susuran, tidak merasakan betapa ia kedinginan sekarang.

Telinganya menangkap dengungan, dan ia mengangkat kepala sambil mengernyit. Bunyi itu berasal dari kamarnya… lalu berhenti tepat di belakangnya, dan ia pun tahu. Jungkook memakai kursi roda karena bisa berpindah tempat lebih cepat daripada jika menggunakan tongkat bantu berjalan. Sekujur tubuh Hoseok tegang ketika menyimak Jungkook turun dari kursi, berkutat menjaga keseimbangan, tapi ia tidak berani menoleh ke belakang. Hoseok terus menekan dahi ke logam susuran yang dingin. Meski tak yakin, ia berharap Jungkook sadar ia tak ingin diganggu dan meninggalkannya.

Awalnya Hoseok merasakan tangan Jungkook mencengkeram bahunya, lalu merasakan tubuh keras yang hangat menekan punggungnya, dan embusan napas Jungkook di rambutnya. “Seok, kau kedinginan,” gumam Jungkook. “Masuklah. Kita bicara di dalam, aku akan menghangatkanmu.”

Hoseok menelan ludah. “Tidak ada yang perlu dibicarakan.”

“Ada banyak hal yang perlu dibicarakan,” balas Jungkook. Ketegasan yang belum pernah Hoseok dengar dalam suara Jungkook membuat pria itu menggigil. Jungkook merasakan otot Hoseok bergerak di bawah jemarinya, dan makin merapatkan jarak pada Hoseok. “Kulitmu sedingin es, jadi kau harus ikut aku masuk sekarang. Kau shock, Sayang, dan harus diurus. Kukira aku mengerti, tapi malam ini kau membuatku kebingungan. Aku tidak tahu apa yang kausembunyikan, apa yang kau takutkan, tapi aku bertekad mencari tahu sebelum malam ini berakhir.”

“Malam ini sudah berakhir,” Hoseok memberitahu dengan lirih. “Sekarang sudah pagi.”

“Jangan berdebat denganku. Siapa tahu kau tidak memperhatikan, aku tidak berpakaian sehelai benang pun dan aku hampir membeku, tapi aku tetap di sini bersamamu. Kalau kau tidak masuk, mungkin aku akan terkena radang paru-paru hingga semua kemajuan yang kau usahakan untukku sia-sia. Ayo,” ajak Jungkook, suaranya berubah riang. “Kau tidak perlu takut. Kita hanya akan berbincang.”

Hoseok menggeleng, rambut lembutnya berkelebat liar dan aramo tubuhnya membelai wajah Jungkook. “Kau tidak mengerti. Aku tidak takut kepadamu. Tidak pernah.”

“Yah, itu sesuatu,” gumam Jungkook sambil menurunkan tangan ke pinggang Hoseok dan memaksa Hoseok berbalik. Hoseok menyerah dan patuh saat Jungkook menggiringnya masuk sambil menggunakan Hoseok sebagai keseimbangan. Langkah Jungkook lambat tapi sangat mantap, dan pria itu tidak menumpukan bobotnya seratus persen pada Hoseok. Jungkook berhenti untuk menutup pintu geser, lalu menggiring Hoseok ke ranjang.

“Kemari, masuk ke balik selimut,” perintah Jungkook sambil membungkuk untuk menyalakan lampu. “Sudah berapa lama kau di luar? Bahkan kamar ini terasa dingin.”

Hoseok mengedikkan bahu; tidak terlalu penting sudah berapa lama ia di luar, bukan? Ia menuruti perintah Jungkook dan merangkak ke ranjang, menarik selimut tebal hingga leher. Jungkook mengamati wajah Hoseok yang pucat dan tegang beberapa saat. Dia merapatkan bibir dengan muram, mengangkat selimut, dan menyelinap ke sebelah Hoseok, membuat pria itu menatapnya shock.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Come Lie To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang