5

18.1K 980 45
                                    


Melati menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah sedikit gontai. Perasaannya benar terasa hampa.
Terlalu sulit mengenyahkan rasa perih itu.

Setelah memeriksa pasiennya, Melati memang tak pernah lupa untuk mampir ke tempat di mana kenangan manis itu berawal menghampirinya.

Ahmad Asyan.
Sampai detik ini Melati masih belum percaya jika pria itu telah begitu jauh darinya.
Pria yang selalu membimbingnya hingga bisa menjadi dokter seperti sekarang ini.

Pria yang dengan kesabaran penuh menjadi pembimbingnya saat menjadi Dokter Coas dulu.
Dokter Tampan yang menjadi pangeran dhuha.

Melati benar-benar tenggelam dalam impiannya tuk menjadi bidadari Asyan. Sayangnya, Pria itu lebih dulu di jemput bidadari surga.

Kejadian itu terjadi lima bulan yang lalu. Saat dimana seharusnya hari bahagia itu tiba. Namun, Takdir berkata lain.

flash back of :

Pagi itu, adalah pagi yang paling membahagiakan bagi Melati.
Bagaimana tidak, sebentar lagi, pria yang di cintainya akan menjadi pasangan halalnya.

Pria berwajah tampan dan sangat meneduhkan. Sholeh, dan tentunya impian para wanita. Belum menikah saja, Melati sudah merasa sangat beruntung. Saat di lamar dulu, Melati seakan terbang hingga ke awan-awan.

Pria sholeh itu fix memilihnya.
Bukankah di lamar pria yang kita cintai adalah separuh surga dunia?

Dan hari ini, adalah hari di mana tenda pengantin berdiri kokoh.
Gaun pengantin indah berwarna putih sudah ia kenakan. Para tetamu sudah hadir. Walaupun tidak terlalu ramai karena hari ini hanya Akad. Belum walimah.

Namun kegelisahan mulai menerpa keluarganya begitu pula dirinya. Saat Jam yang di tentukan untuk acara di mulai, pria dengan janggut tipis itu belum juga tiba.

Ada rasa sedih, kecewa, sakit dan juga khawatir. Semuanya ia rasa sudah bercampur aduk.
Di tengah tangisan pilunya, suara penghulu terdengar memenuhi ruangan.

Melati terkesima.
Jiwanya yang sakit tiba-tiba pulih dalam sedetik. Rasanya, ia sudah sangat rindu dengan wajah pria impiannya.

Temannya kini sudah membantunya untuk kembali merapikan penampilan. Saat semuanya sudah siap dan juga rapi, pria yang ia sangka adalah Asyan sudah masuk dan duduk di hadapannya.

Wajah tampan dan tak kalah dengan wajah pria yang di cintainya tersenyum dengan raut wajah sedikit ragu. Mata Melati membulat. Bukan pria itu yang ia tunggu. Pria yang paling ia benci selama beberapa tahun ini.

Beberapa temannya membekap mulut tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Tak menyangka.

Melati yang begitu terkejut akhirnya pingsan. Ardan menunduk kala itu. Ia sudah mewanti hal itu akan terjadi.
Melati tak akan mudah menerimanya kembali.

Setelah apa yang telah ia lakukan pada Melati. Ia sudah tau jika harus menerima konsekuensi seberat itu.

A mate from the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang