10

10.2K 574 9
                                    


Melati...

Awalnya, aku berfikir, bahwa pernikahan ini keajaiban.
Pria yang pernah menjadi kakak senior saat di kampus, datang meminangku.

Bukan hanya tampan. Dia bahkan terkenal dengan prestasi yang begitu membanggakan. Keluarganya yang begitu sangat mapan jelas menambah kesan luar biasa pada dirinya.

Aku tidak terkenal culun. Juga tidak terkenal dengan prestasi yang terkemuka. Hanya gadis biasa.
Hanya wajah yang terkesan selalu menonjol.
Bertemu dengan Mas Ardan di kampus juga bisa di hitung jari.

Kuakui jika pria bernama Ardan itu memang tampan seperti teman-teman lain mengakuinya. Dengan style yang luar biasa jelas menambah kesan ketamapanannya.

Dan yang paling menganggumkan, dia bukan pria yang terkenal playboy.
Teman-teman bilang, Mas Ardan bahkan tidak pernah pacaran.
Jelas membuat para gadis manapun takjub.

Tampan, mapan, dan sholeh.
Kebanyakan gadis, selalu melihat hanya pada kulit luarnya saja.
Sama denganku.
Walaupun tidak sampai pada tahap jatuh cinta. Aku jelas sedikit kagum padanya.

Waktu itu, aku tidak begitu peduli.
Bagaimanapun juga, tujuan aku kuliah, adalah mengejar mimpi. Bukan lelaki.

Sampai suatu saat, kakak sepupuku menelpon. Kak Adilham nelfon. Katanya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
Ternyata sesampai di Cafe, dia tidak sendiri. Ada Mas Ardan di sana.
Tatapannya yang tak lepas, membuatku sedikit grogi.

Mas Adilham memperkenalkan kami berdua. Baru kali itu aku melihat Mas Ardan dengan jarak sedekat itu. Hanya meja bundar yang menjadi pembatas. Aku yang tidak biasa berlama-lama dengan itu, izin pamit.
Aku merasa enggak ada yang sesuatu yang penting ataupun mendesak yang ingin Mas Adilham sampaikan.
Hanya banyak basa-basi.

Melangkahkan kaki pergi, Kudengar Ardan mengucapkan sesuatu yang membuatku mengedipkan mata tak percaya. "Aku pengen ngelamar dia, Dil." Namun, ucapan itu kuabaikan. Mungkin, aku salah dengar.

Tapi, sepulang kuliah, rumah yang begitu ramai, membuat jantungku sedikit memompa lebih cepat.
Apalagi, saat masuk, pria yang di kampus tadi, ada dan duduk di sana.
Di sofa tepat di sisi Ayah.

Semua orang nampak tersenyum sumringah. Kecuali wanita yang dengan susah payah melahirkannya.
Bundanya, nampak sedikit kurang nyaman.

Terkejut..
Jelas aku sangat terkejut..
Aku merasa ada sesuatu yang menganjal. Ada sesuatu yang aneh.
Dia baru saja mengenalku dan kenapa tiba-tiba dia langsung datang melamar. Aku sedikit bingung.

Namun, nasi sudah jadi bubur.
Ternyata, Ayah sudah mengiyakan lamaran itu. Mas Adilham, pria itu terus saja menceritakan sesuatu tentang  Mas Ardan. Sesuatu yang dapat membuat Ayah dan tentunya Ibu melayang terlalu tinggi.

Aku bukan gadis pembrontak kala itu. Lebih banyak menurut apa yang orang tua inginkan. Support dari teman-teman selalu mengalir tanpa henti. Mengatakan jika aku akan menjadi wanita yang paling beruntung jika menjadi istri seorang pria bernama Ardan.

Namun, Takdir tetaplah takdir..
Ternyata, seminggu setelah pernikahan romantis itu berlalu, Mas Ardan meminta izin untuk pergi.
Pergi melanjutkan studi keluar negri.

Sedih..
Tentu sangat sedih..
Namun, karena sangat cinta, aku rela dia pergi. Entah kapan dia menyiapkan semua berkas itu. Padahal, seminggu itu, dia selalu ada bahkan tak pernah pergi dengan waktu lama dari sisiku.

Ada sedikit sesuatu yang sedikit terasa aneh. Tapi, berusaha kutepis.
Kepergiannya hari itu, benar-benar tak kusangka jika tak akan lagi bertemu dalam waktu dekat.
Bahkan, orang tuanya ternyata juga tidak tahu jika anak sulungnya pergi.

Bersambung....

A mate from the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang