"Aisyah, Tunggu! Aku mau melamarmu."
Tidak ku sangka kata itu keluar dari mulutku. Sebuah kata yang mempunyai arti sejuta makna. Kata itulah yang membuat semua gadis diseleruh negeri ini akan terdiam kaku. Termasuk Aisyah. Seorang gadis sholehah yang menjadi idamanku selama ini.
Aisyah terdiam saja. Ku ambil nafas dalam-dalam menunggu jawaban itu.
"Salim, maaf Aku tidak bisa." Jawab Aisyah dengan suara lirih.
Kriingggg....kriingggg! ( suara alarm berbunyi ). Membangunkanku dari mimpi yang entah bagus atau buruk itu.
"Payah! Ternyata hanya mimpi." Cetusku dalam hati.
***
Perkenalkan namaku Salim Alfiansyah, Aku lahir di penjuru kota Garut. Tepatnya di Kampung Cikarag, Desa Mekarsari. Aku sekolah di MAS Persis 81 Cibatu. Usiaku kini genap 18 Tahun. Selain Hobby membaca, Aku juga seorang singer di Pesantrenku. Tidak heran dengan perawakanku yang tinggi, tampan, dan suaraku yang merdu, banyak gadis yang mau jadi kekasihku. Tapi, semuanya tidak ku tanggapi. Karena guruku selalu berkata "dilarang berkasih sampai kalian sudah menikah." Pesan tersebut selalu kuingat kapanpun dan dimanapun.
***
"Lim, bagaimana hubunganmu dengan Aisyah?" tanya sahabatku, Ridwan. Dia adalah sahabatku dari kecil. Orangnya cerdas dan romantis. Tidak heran, setiap ada kesempatan dengan seorang akhwat, dia selalu bisa merayunya.
"Apaan sih! Sudah berapa kali aku katakan aku tidak ada hubungan apa-apa sama Aisyah." Jawabku dengan ketus.
"Tapi, ane lihat ada rona merah dipipimu, Lim. Tidak mungkin kau tidak suka sama Aisyah. Bukankah orang seperti Aisyah adalah gadis yang kau idam-idamkan." Goda sahabatku sambil tertawa lepas.
"Iya aku tahu itu, Wan. Tapi kita tidak pernah tahu taqdir Allah kan? Ingat tidak apa yang ustadz Ali katakan bahwa kita tidak bo..." Ucapku yang belum usai dipotong Ridwan.
"Iya Pak Ustadz, Ane tahu." Jawabnya dengan nada sedikit kesal.
***
Terlihat diruang tamu Ummi dan Abi sedang bercengkrama.
"Mi, anak kita kan sudah besar, dan Abi lihat Salim sangat taat pada kita dan Agamanya. Apakah sudah saatnya kita carikan jodoh buat Salim?" Tanya Abi.
"Bi, memang Salim secara fisik sudah dewasa, tapi Umi rasa Salim belum siap menikah diusianya sekarang ini." Jawab Umi.
"Umi ini, kok lucunya kebangetan sih." ( sambil mencubit kedua pipi Umi ). "Iya mi, Abi tahu. Maksud abi nanti kalau Salim sudah lulus kuliah." Sambung Abi.
"Ih! Abi. Kebiasaan deh. Sakit tahu." Ucap Umi dengan nada manjanya.
"Masya Allah! Terima kasih Ya Allah telah mengirimkan bidadari yang cantik dan sholehah ini kepadaku." Goda Abi.
"Pasti ini ada maunya." Jawab Umi dengan senyuman dibibirnya.
"hehehe." Balas Abi dengan senyuman penuh arti.
***
Sabtu, 24 Agustus 2019
Ayam jantan mulai berkokok. Mentari pagi mulai menampakan sinarnya. Menandakan malam telah usai dan kini giliran sang mentari yang menggantikan sang rembulan. Selepas sholat dan mengaji, aku duduk dibalkon rumahku. Menikmati udara pagi yang sejuk dengan secangkir kopi untuk sekedar menghangatkan badan.
"Salim, kau tidak ingat, Nak. Ini kan hari Sabtu. waktunya upacara bai'at. Cepat berangkat sekolah! Sudah kesiangan." Teriak Umi didapur.
"Astagfirullah! Aku lupa." Jawabku sambil bergegas kekamar mandi.
***
Bai'at adalah salah satu upacara pembacaan teks janji antara Santri dengan dirinya. Hakikatnya janji antara dirinya dengan Allah. Tidak seperti upacara lain yang dilaksanakan pada hari Senin pagi. Bai'at mempunyai hari tersendiri dan teksnya pun diambil dari Al Qur'an, Hadits dan perkataan-perkataan Salafus Shaleh. Tentu akan membuat terpana dan terkagum-kagum orang yang membacanya.
***
Sementara itu suasana di Pesantren pagi ini sudah ramai. Para santriwan dan Santriwati sudah berbaris rapi dilapangan. Hanya beberapa orang yang masih disekitaran Pesantren. Ada yang berlari, berjalan, dan ada juga yang santai sembari memainkan gadgetnya.
***
"Aku pasti dihukum." Umpatku dalam hati.
"ubayyi'u ustadzi." Terdengar suara sang protokol membacakan teks bai'at kemudian diikuti oleh semua santri. Begitu menggema dan penuh arti.
***
Didepan gerbang Pesantren terlihat ada beberapa santri yang tidak dapat masuk karena terlambat.
"Pak, biarkan kali ini kami masuk, Pak." Kata para Santri kepada Pak Nurdin. Satpam Pesantren ini.
"Tidak bisa! Kalian sudah beberapa kali terlambat mengikuti bai'at. Sudah sepantasnya kalian dihukum lebih berat lagi." Balas Pak Nurdin dengan tegas.
"Tapi, Pak..." Seorang santri mau membela tapi dipotong oleh Pak Nurdin.
"Ini sudah peraturan dari Pesantren. Kalau ada santri yang terlambat tidak boleh masuk sampai ada izin dari wali kelas masing-masing." Jawabnya.
Akhirnya mereka semua mengalah. Hilang sudah harapan mereka untuk mendapat pengampunan dari Pimpinan Pesantren. Kini, tinggal hukumanlah yang menanti mereka.
***
Dengan sedikit berlari, kupercepat langkahku untuk segera sampai di Pesantren. Tapi apa daya, bai'at sudah dibacakan dengan seksama. Aku lihat beberapa temanku berjalan kearahku dengan wajah yang tertunduk sendu.
"Aku tahu, pasti mereka tidak diizinkan masuk lagi." Ucapku dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Aku mulai berlari kearah gerbang untuk mencoba merayu Pak Nurdin agar aku diizinkan masuk dan terbebas dari hukuman.
Ketika hampir sampai, tiba-tiba ada seorang gadis yang melintas dihadapanku dan berlari menuju gerbang itu. Kakiku terhenti. Sejenak kuperhatikan dia dari belakang.
"Siapa dia? Kok tumben ada seorang gadis yang terlambat."
terlihat dia sedang mengobrol dengan Pak Nurdin.
"Sepertinya dia sedang negosiasi." Gumamku dalam hati.
Kulangkahkan kakiku kembali menuju gerbang. Dengan seribu pertanyaan didalam pikiranku, kuhampiri gadis misterius itu.
"Salim, sini kamu." Teriak Pak Nurdin kepadaku.
"Kenapa kamu terlambat? Tumben-tumbenan kamu kesiangan begini." Tanya Pak Nurdin.
"Maaf, Pak. Ana lupa bahwa hari ini adalah hari Sabtu." Kataku tertunduk.
"Kamu sama saja dengan Aisyah." Jawab Pak Nurdin dengan enteng.
"Apa, Pak? Aisyah?" Aku mulai bertanya-tanya. Kenapa tidak. Aisyah yang dikenal gadis yang rajin dan disiplin bisa terlambat. Tentu saja ini bisa menjadi trending topik di Pesantren.
"Iya, Aisyah. Dia juga terlambat dan tak dapat masuk." Balas Pak Nurdin.
"Sudah. Sekarang kalian tunggu saja disini. Tunggu bai'at nya selesai." Perintah Pak Nurdin pada kami.
Entah apa yang akan menimpa kami setelah ini. yang pasti inilah awal dari perjalanan kisah asmaraku dengan seorang gadis yang bernama Aisyah.
To Be Continue...........
Mudah²an kalian suka ya 😁
Tinggalkan kritik dan saran dikomentar ya 😇https://play.google.com/store/apps/details?id=wp.wattpad
Salam Literasi
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Dinanti
Teen Fiction"Aisyah, Tunggu! Aku mau melamarmu." Tidak ku sangka kata itu keluar dari mulutku. Sebuah kata yang mempunyai arti sejuta makna. Kata itulah yang membuat semua gadis diseluruh negeri ini akan terdiam kaku. Termasuk Aisyah. Seorang gadis sholehah ya...