#Flashback
Pagi itu terasa sangat hangat sekali. Mentari seakan menyambut kehadiranku. Aku tengok keluar jendela, sungguh sejuk dan indahnya pemandangan desa dipagi hari. Mungkin orang kota tidak akan merasakan hal ini karena lingkungan mereka diselimuti oleh asap-asap kendaraan.***
Seperti biasa, pagi hari memang waktu yang pas untuk sekedar bersantai dan meminum teh. Kubuka laptopku untuk mencari info penerimaan mahasiswa. Sebelumnya aku udah daftar di Universitas yang sudah aku impikan selama ini. Universitas Islam Madinah. Kampus para ulama Islam. Memang dari kecil aku ingin sekali menjadi seorang alim ulama. Tidak hanya meneruskan jejak sang kakek, juga menjadi ulama adalah sebuah kehormatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”
(HR. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya, serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih at-Targhib, 1/33/68)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)***
“Lim, bagaimana hasilnya? Tanya Ridwan.
“Hari ini pengumumannya. Doakan saja,ya.”
“Ana yakin ente pasti masuk. Selama di Pesantren ente kan yang paling jago.”
“Ya kali Ana disamain sama ayam.” Candaku.
“Ha-ha-ha.” Kami tertawa bersama.
Ya begitulah Ridwan. Orangnya humoris, tapi romantis.
“Eh tapi kalo ente diterima, terus ana disini dengan siapa?”
“Ya sama istri lah. Masa sama ikhwan terus. Atau jangan-jangan ente ga suka akhwat, ya?.” Jawabku setengah begidik.
“Astagfirullah. Asal ngomong aja! Ya engga lah. Gini-gini ana jadi langganan para akhwat.” Katanya membanggakan diri.
“Iya akhwat banyak, tapi calon punya?”
“He-he-he, belom.” Jawabnya sambil menggaruk kepala.
“Mentang-mentang udah punya calon nih, ya, kerjaannya ledekin orang mulu.” Sahut Umi dari belakang.
“Eh ada Umi. Umi sehat?” tanya Ridwan.
“Alhamdulillah sehat. Kamu gimana, Wan?”
“Alhamdulillah sehat juga Umi.”
“kamu lanjut kuliah atau kerja, Wan?”
“In sya Allah lanjut kerja. Ada paman yang nawarin.”
“Ohh.. Syukur kalo begitu. Mau kuliah ataupun kerja, belajar tetap sampai akhir hayat. Kalian juga pasti udah paham kan? Pelajaran pesantren itu.”
“Iya Umi.” Jawab kami serentak.***
Nurhasanah. Beliau adalah ibuku. Seorang malaikat yang Allah turunkan untuk mendidikku, membesarkanku, dan membimbingku kejalan yang benar. Allah pertemukan ibu dan ayahku dalam sebuah acara keagamaan. Memang mereka terlahir dari orang tua yang taat dalam agama. Sehingga kisah asmaranya pun begitu indah. Tidak ada saling berbalas pesan. Tidak ada acara ketemuan. Semuanya dilakukan dalam satu frekuensi , yaitu doa.
***Bersambung....
Mohon maaf untuk episode sekarang pendek. Karena memang ada beberapa episode dalam bagian ini.#stayathome
#dirumahajaVote, komen, and share ya sahabat 😁.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Dinanti
Teen Fiction"Aisyah, Tunggu! Aku mau melamarmu." Tidak ku sangka kata itu keluar dari mulutku. Sebuah kata yang mempunyai arti sejuta makna. Kata itulah yang membuat semua gadis diseluruh negeri ini akan terdiam kaku. Termasuk Aisyah. Seorang gadis sholehah ya...