III

4.9K 737 24
                                    

"Kau tahu, padahal aku bisa menggantikanmu hari ini. Ini kesempatan emas!"

Satu minggu sudah berlalu semenjak tebakan Sicheng begitu tepat mengenainya.

Jaehyun menghela napas. Sedari tadi ia berusaha mengacuhkan keberadaan Sicheng yang menuturinya terus menerus sejak ia keluar dari kelasnya. Bahkan pria tirus itu tidak berhenti berbicara walaupun Jaehyun sama sekali tidak peduli dengan keberadaannya. Jaehyun sampai merasakan telinganya panas, mau tak mau ia menghentikan langkahnya dan berbalik untuk membuat pria itu berhenti buka mulut.

"Kau ini tidak bisa diam sekali," gumam Jaehyun, entah Sicheng mendengarnya atau tidak. Kedua tangannya masuk ke dalam saku, kebiasaan yang membuatnya terlihat angkuh. Manik berwarna cokelatanya menatap Sicheng dengan tatapan lelah, sayangnya Sicheng tidak menyadari itu dan membalasnya dengan tatapan memelas andalannya.

"Jung Jaehyun, sampai kapan kau mau bertingkah jual mahal?"

Kening Jaehyun mengkerut karenanya. Sicheng kadang memang blak-blakan, tapi pertanyaannya kali ini berhasil menohok Jaehyun dengan sempurna.

Jual mahal?

Oh, ini pasti soal Johnny Seo.

Tadi, sebelum kelas berlangsung. Johnny menemuinya. Pria tinggi itu mengatakan kalau ia baru saja war ticket untuk mendapatkan tiket penayangan perdana film superhero terbaru. Jaehyun masih ingat bagaimana wajah itu tidak bisa menyembunyikan betapa semangatnya seorang Johnny Seo.

Tapi, Jaehyun hanya menatapnya datar sambil berkata kalau ia harus bekerja dan lebih baik Johnny mengajak orang lain untuk menonton film itu. Jaehyun tidak begitu ingat respon Johnny, tapi pria itu tampaknya hanya tersenyum dan menyemangatinya.

Sicheng adalah satu-satunya orang yang terlihat kecewa saat itu. Sicheng ingat dengan jelas kalau Jaehyun pernah berkali-kali memintanya untuk menggantikannya bekerja karena ia ingin hang out dengan temannya yang lain.

Sicheng tidak percaya kalau Jaehyun menolaknya begitu saja. Kadang ia mulai rindu pada Jaehyun yang dulu. Jaehyun yang semena-mena dan selalu mendapatkan apa yang ia mau.

"Jaga mulutmu, Sicheng," ujar Jaehyun geram, tak terima dibilang jual mahal. Tangannya terkepal di dalam sakunya tanpa ia sadari.

"Kenapa? Agar aku tidak bisa memberitahumu seberapa jual mahalnya kau?" balas Sicheng tak kalah pedas. Sifat blak-blakannya mulai keterlaluan. "Ayolah, Jaehyun. Jangan permainkan dia seperti itu."

Jaehyun merasakan pipinya memanas karena kesal. "Berhenti bertindak seakan kau tahu segalanya, Dong Sicheng!"

Jaehyun membentaknya. Sicheng tertegun.

"Aku tidak pernah sekalipun mempermainkannya," lanjut Jaehyun dengan suara pelan. Terdengar seakan ditahan. Sicheng yang masih shock karena bentakan Jaehyun gigit bibir.

"A-aku hanya ingin membantumu."

Jaehyun hanya diam saat mendengar pembelaan Sicheng. Sedikit merasa tak enak hati karena membuat senyum seorang Sicheng menghilang. Tapi ia juga tidak suka dengan sifat sok tahu pemuda itu.

Ya, Sicheng mungkin tidak akan tahu kalau Jaehyun berlari ke toilet setelah Johnny berlalu meninggalkannya. Ia membasuh mukanya yang sudah terlihat seperti kepiting rebus lalu berusaha mengatur jantungnya untuk berdetak seperti normal.

Ia tidak tahu seberapa Jaehyun ingin berkata 'ya' namun ada hal lain yang memaksanya berkata 'tidak'.

+×+×+

Johnny Seo memang lebih tua darinya, tapi mereka masuk di tahun yang sama. Mereka bahkan sama-sama menuntut ilmu di universitas dan fakultas yang sama, bedanya ia memilih Sastra Inggris sedangkan Jaehyun memilih Sastra Korea.

Deep Blue Eyes || Johnjae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang