Sudah dua hari Ressa tak berkomunikasi dengan anggota keluarganya termasuk Zidan, setiap pagi saat Zidan ingin mengajak berangkat Ressa ke kampus ia sudah tak ada dikamar dan Ressa selalu mengunci kamarnya.
"Ressa... gue masuk ya" Zidan. Namun tak ada jawaban. Zidan pun membuka pintu kamar Ressa.
"Tumben gak dikunci" Zidan pun masuk, ia melihat Ressa yang sedang memainkan hp dengan posisi tengkurap dan terpasang headphone ditelinganya, kakinyapun ia gerakan.
"Res.." Zidan menyolek Ressa.
"Paan" Ressa.
"Lo udah dua hari diem dikamar terus" Zidan.
"Oh" Ressa.
"Keluar yuk, mumpung bokap sama nyokap lagi pergi" Zidan.
"Ogah" Ressa.
"Ck.... kalo lo kaya gini terus bisa bisa lo diusir dari rumah ini tau gak?" Mendengar itu Ressa mengubah posisinya menjadi duduk.
"Apa?? Diusir?? Sorry nih ya.. rumah ini tuh punya bokap gue, Papa Rendra bukan punya om Afkar. Adanya gue yang ngusir kalian. Toh semenjak papa meninggal rumah ini udah atas nama gue ko" Ressa.
Skakmat.
"Oke, kalo masalah rumah mungkin iya. Tapi gimana soal kuliah? Gimana kalo mereka nyabut biaya kuliah lo?? Belum lagi uang jajan, yakali lo gak akan kemana mana gara gara gak punya duit" Zidan.
"Kata siapa gue gak punya duit" Ressa terlihat mengotak atik ponselnya lalu ia memperlihatkan itu pada Zidan.
"Nih liat.." Zidan pun melihatnya, ia terkejut melihat angka yang tertera.
"Itu tabungan lo?!" Zidan.
"Iya... ini gue kumpulin dari kelas 5 sd, lumayan lah udah ada duapuluh juta, ini bisa jadi biaya hidup gue, sedangkan untuk kuliah gue bisa pake kartu debit punya papa, kalo gak salah terakhir kali gue cek isinya ada enam ratus juta, itu tuh tabungan papa buat ngehidupin gue sama mama. Tapi mama gak mau nerima, yaudah jadi gue yang simpen belum lagi tanah warisan dari papa, gue bisa aja minta sertifikatnya sama nenek" ucap Ressa panjang.
Zidan tak menyangka pemikiran adiknya ini sudah sejauh sana.
"Ya mungkin lo punya semua itu, tapi masa lo mau ngandelin itu aja??" Zidan.
"Ya enggak lah.. gue bakal jaga semua itu, paling gue cuma pake tabungan papa buat bayar kuliah, itupun kalo bener bener bonyok gak mau bayarin uang kuliah gue, tabungan papa juga bakal gue ganti kalo gue udah kerja, pokoknya lo tenang aja gue pasti bisa. Lagi pula gue bisa aja ko kerja mulai sekarang" Ressa.
Lagi lagi Zidan ternganga.
"Hmm... iya deh.... kalo pikiran lo gitu sih, gue yakin lo pasti bisa" Zidan."Udah kan lo ngomong nya??" Ressa.
"Iya" Zidan.
"Yaudah kalo gitu gue mau cabut" Ressa.
"Loh kemana??" Ressa.
"Gue mau kerumah Fian, dah ah gue cabut bye" Ressa.
Saat Ressa sampai didepan rumah Fian, ia melihat Fian sedang mengobrol dengan seseorang perempuan yang Ressa tak kenal. Ressa cemburu sebab perempuan itu bisa membuat Fian tertawa, ia pikir hanya dia perempuan yang bisa membuat Fian tertawa selain ibu dan almarhumah Fia.
"Ko keliatan nya dia seneng gitu sih?" Ressa. Tak lama perempuan itu pergi dan Fian masuk ke rumah, Ressa pun langsung mengetuk pintu rumah Fian.
"Ressa??" Fian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My boyfriend is a gamers [completed ✔️]
Novela JuvenilCerita tentang Ressa cewe unik dan cerewet dengan berbagai kekuranganya namun satu kelebihanya yaitu sabar menghadapi sikap Fian. Fian cowo gamers yang dianugrahi ketampanan dan kepintaran namun cueknya melebihi doi yang gak peka peka. "Res!! Kena...