5. Intuisi sebagai wanita

469 46 5
                                    

Intuisi Sebagai Wanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Intuisi Sebagai Wanita


Sebelum kembali ke rumah bunda—maksudnya rumah Kak Aqil gue menyempatkan diri untuk mampir di kost untuk mengambil pakaian. Tadi memang dari kampung gue enggak membawa baju karena ada di kost. Eh, rupanya gue malah nginap di rumah orang.

Sebelum menginap di rumah Kak Aqil gue sudah mengubungi mama dan mama sangat mendukung. Sebenarnya sangat mencurigakan. Entah kenapa intuisi gue sebagai perempuan merasakan ada sebuah teori konspirasi di sini. Cuma gue enggak tahu konspirasinya tentang apa? Gue hanya tahu, bahwa perkenalan gue dengan Kak Aqil dan kelurganya seolah akan membawa perubahan yang besar dalam diri gue.

Komplek perumahan tempat di mana rumah Kak Aqil berdiri bisa di katakana komplek dengan rumah-rumah besar yang terbangun. Gue sempat terbengong melihat bahwa rumah bunda bukan satu-satunya rumah yang berukuran luas. Ada sekitar empat atau lima rumah yang lebih besar dari rumah Kak Aqil.

Untunglah pintu gerbang terbuka bersamaan dengan bunda yang keluar dengan Rahma yang berada dalam gendongan. Gue menghetikan laju motor dan bertanya pada bunda. “Bunda mau ke mana?”

Bunda berhenti melangkah lalu menjawab, “Mau jalan-jalan sore sebentar keliling komplek. Kamu mau ikut, gak?”

Gue tersenyum kaku lalu menggeleng, tangsin aja gue harus ikut jalan-jalan dengan bunda sedangkan kami baru kenalan. Ketika motor terparkir dengan rapi, suara deru mobil dari arah belakang membuat gue menoleh. Kak Aqil? Entah doi dari mana dan di kursi sebelah kemudi duduk seorang remaja perempuan yang mirip dengan sosok yang gue lihat ada di dalam foto di rumah Kak Aqil. Dari analisa gue, remaja itu merupakan kiana—adeknya Kak Aqil yang pertama.

Remaja perempuan itu keluar dari mobil dan menyapa gue dengan senyum lebarnya. “Kak Anin, ya?” tanya.

Gue balas tersenyum dan mengangguk. “Wah, aslinya kakak lebih cantik dari yang di foto. Lebih cantik dari ayana moon,” pujinya membuat gue serasa melayang. Jago banget ini anak muji.

“Kamu kiana, ya?” tanya gue balik.

“Iya.” remaja itu kemudian mengangkat kantung kresek dengan ukuran cukup besar di tanggannya.  “Tadi aku sama abang pergi beli makanan. Kakak suka yang mana? Tadi aku beli pisang goreng, martabak, kebab, terus ada boba juga aku beli yang brown sugar, oreo, red velved, sama thai tea.” Kiana mengamit lengan gue dan membawa kami berdua memasuki rumah dengan Kak Aqil yang setia mengekori di belakang.

Gue menatap belanjaan yang berada di tangan kiana lalu ada juga yang berada di tangan Kak Aqil. Memangnya mau ada acara apa sampai mereka belanja sebanyak itu? Oh atau mungkin untuk belanja bulanan.

Istri Atau Sarjana [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang