7. Minggat

408 47 2
                                    

Minggat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggat


Pagi hari kembali menyapa dan gue yang masih dalam ngambek mode on mash bergelung di bawah selimut. Ingin rasanya terpejam tetapi pikiran tidak mau diajak untuk bekerja sama. Setiap terpejam maka gue akan terbayang-bayang kejadian kemaren malam tentang lamaran yang mendadak itu. Sulit untuk dipercaya sebab semua terasa seperti mimpi. Tapi ketika gue melihat cincin yang terpasang di jadi manis gue yang semalam bunda sematkan. Gue dibuat tersadar bahwa semua itu bukan mimpi. Efek tidak tidur dengan benar selama dua malam membuat kepala menjadi pusing.

Mama sepertinya paham bahwa gue sedang ngambek karena perjodohan itu. Ada-ada aja sih memang, anak massih sekolah main dijodohin aja. Padahal dulu mereka yang kukuh agar gue focus sekolah dulu. Gue enggak masalah kok kalau mereka memang mau manjodohkan gue. Serius, enggak masalah! Tapi maksudnya harus ada sesi perkenalan dulu agar gue bisa menganalisis bagaimana sosok yang akan menjadi pendamping gue seumur hidup itu. Dan itupun gue maunya pas udah tamat kulah dan pas udah kerja. bukan sekarang!

Gue mesti gimana coba? Bagaimaan dengan semua mimpi-mimpi yang terlah gue susun? Bukankah semuanya tak akan pernah sama ketika gue masih sendiri dengan ketika gue telah berkeluarga.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu tak membuat gue bergeming dan hanya menyahut dari tempat tidur. "Iya?"

"Mama mau pergi sebentar sama papa. Kamu jaga rumah!" rupanya mama yang hanya gue balas dengan seadanya. Mendengar suara mama membuat gue semakin terngat perjodohan itu. Dan seperti dua malam ini maka air mata akan mengalir dengan sendirinya.

Suara deru mobil dan tarikan gerbang yang mampu terdengar dari kamar tamu menandakan bahwa mama dan papa sudah meninggalkan rumah. Segera saja gue menyibak selimut dan teringat sesuatu yang kemaren terlintas. Siapa tahu aja mama berubah pikiran dan tidak jadi menjodohkan gue. Gue melirik tas ransel kecil di pojok kamar persis di bekalang pintu. Semalam gue telah membereskan beberapa pakaian dan memasukkannya ke dalam ransel. Kebetulan gue ingat bahwa hari ini papa dan mama harus ke kota untuk menghadiri acara pernikahan anak dari kepala dinas pendidikan kabupaten.

Gue sudah memutuskan untuk kabur dari rumah. Mungkin enggak akan lama, tapi Cuma ingin menggertak mama dan papa untuk membatalkan perjodohan. Walaupun di beberapa novel yang gue baca sebagaian besar acara kabur-kaburan selalu gagal. Tetapi siapa tahu cara ini di gue berhasil, 'kan? Pokoknya apa-apa itu dicoba dullu, hasilnya lihat nanti aja.

Gue melihat jam di ponsel dan menunjukkan pukul setengah delapan. Wilayah perkampungan tempat di mana rumah gue berdiri adalah hunian yang rata-rata penghuninya bekerja di kantor desa, kantor camat, cabang bank lain lagi. Sehingga di jam-jam segini mereka sudah mulai berangkat ke kantor dan keadaan cukup sepi. Mau kabur malam hari juga susah karena mama dan papa pasti ada dirumah. Dan berhubung gue menggunakan gamis maka ransel akan gue sembunyikan di dalam rok gamis nantinya.

Istri Atau Sarjana [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang