6. Terungkapnya konspirasi

468 48 3
                                    

Terungkapnya konspirasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terungkapnya konspirasi


Selesai sholat Isya gue langsung ganti baju. Ini aja udah dicereweti sama mama dari magrib. Kalau enggak malu sama keluarga Kak Aqil mungkin gue sudah beradu mulut dengan mama. Gimana, ya, rasanya seperrti ada yang kurang bila tidak adu mulut dengan mama. Tapi ini tidak untuk ditiru, jangan sampai!

Anin, cepetan ganti baju. Acaranya keburu dimulai!

Ya udah gue jawab, iya mah nanti pas selesai sholat isya. Heran sih sebenarnya ada acara apa dan kenapa Cuma ada keluarga gue dan keluarga Kak Aqil. Hm .., bau-bau tak sedap kembali muncul dan jiwa-jiwa detektif gue meronta-ronta ingin dipuaskan. Pasti nih, pasti ada samting.

Setelah memoleskan sedikit bedak dan lipstik gue segera mengenakan hijab karena mama yang ngomel minta gue cepat. Gue masih heran, ada acara apa. "Nin, ini kakak. Diminta cepat sama mama, langsung ke meja makan aja." Itu suara kakak ipar.

Lagian, sepenting itu ya gue sampai di tunggu. Kalau mau makan, ya makan duluan aja. Nanti gue nyusul pakai motor. Selap-selip dikit nyampai deh nanti. "Iya, Kak, ini lagi pakai jilbab." Jangan sampai hijab miring terus jangan sampai ada sehelai rambut yang keluar.

Tapi kok perasaan gue kayak enggak enak lagi, ya? Seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Nah itu Anin!" seketika semua mata tertuju pada gue yang tiba-tiba saja memunculkan perasaan gugup. Ada apa sih. Melihat pakaian orang-orang di meja makan membuat gue mengernyit. Ada acara sebenarnya orang-orang kenapa pada rapi? Mama tentu saja mengenakan gamis yang seragam dengan gue yang kami jahit kemaren dan baru gue ambil tadi siang.

Kami makan dengan tenang lalu setelahnya berkumpul di ruang tamu. Gue tadi hendak membantu bi komar yang ternyata ada di rumah malam ini. Tetapi mama melarang dan langsung menggiring gue bersama dengan yang lain menuju keruang tamu. Kenapa gue merasa seperti akan dibawa ke tempat eksekusi, ya? Di atas meja yang ada di ruang tamu sudah tersaji berbagai kue bolu yang di tata di atas piring keramik. Dan ada juga kue kering yang berada di wadah kedap wadah berupa toples Kristal bening dengan sentuhan ornamen seperti daun maple berwarna emas.

Ya Allah ini ada apa sebenarnya. Rasa risau membuat gue bersusah payah mempertahankan senyuman di bibir. Apalagi saat ayah mulai buka suara. "Karena Anin sudah ada di tengah-tengah kita, apa acaranya bisa langsung kita mulai, Banyu dan Mala?" tanya ayah pada mama dan papa. Nama papa memang Banyu Biru Sastraguna dan dipanggil Banyu. Sedangkan mama namanya sering gue sebut yaitu Patrakomala dan dipanggil Mala.

Papa menjawab ucapan Ayah, "Silahkan Risyad." Jadi Risyad itu nama Ayah dan nama bunda itu Kelenting Putri. Cantik kan nama bunda, seperti nama kelenting kuning dan biru dalam cerita Ande-Ande Lumut.

"Bismillahirrohmanirrohim, jadi sebelum saya menyampaikan maksud dan tujuan kami ke rumah kamu Banyu. Saya mengucapkan terima kasih atas sambutan dan jamuannya." Papa hanya tersenyum sebagai tanggapan.

Istri Atau Sarjana [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang