2. Kembali Ke Asal

724 53 12
                                    

Pintu pagar terbuka membuat gue menghembuskan napas lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu pagar terbuka membuat gue menghembuskan napas lega. Akhirnya. Tanpa menunggu lama lagi, motor gue pacu hingga berhenti dan terparkir dengan nyaman di garasi. Merenggangkan sedikit badan yang pegal-pegal usai menempuh perjalanan satu jam dengan sepeda motor. Sekarang gue ada di rumah. Rumah orang tua. Kebetulan libur semester sudah tiba dan saatnya kami para anak rantau terbang kembali ke sarang untuk mencecapi hangatnya rumah yang sesungguhnya. Sebab, kami para anak rantau merasa menggigil saat berada sendiri di kos. Rindu dengan keluarga pasti. Apalagi ocehan emak yang sebelas dua belas sama suara senapan pas perang dunia ke dua.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Seperti biasa pas kaki baru masuk ke dalam rumah gue harus mengucapkan salam kalau enggak mau diberikan salam lima jari sama nyonya besar. Eh, kok sepi sih. Mama kemana? Kalau papa sih gue ngerti mungkin doi lagi kerja. Tapi nyonya besar yang singgasananya ada di rumah tumben jam segini enggak ada? Apa mama pergi hangout lagi ke mall bareng tetangga sebelah. Atau enggak pergi nonton 'dua garis abu-abu tanda pesan mu tak penting'?

Suara tas yang gue seret menggema di rumah yang sepi seperti hati ini. "Mama?! Ma! Mama di mana sih? Mama?!"

Astaga! Enggak ada orang apa di rumah. Tapi kok pintu enggak di kunci. Mentang-mentang juragan tanah jadi seenaknya aja kasih jalan masuk maling ke dalam rumah. Gue enggak menemukan tanda-tanda adanya mama, upilnya aja gue enggak ada lihat. Ah sudahlah, lebih baik gue ke kamar mau mandi terus tidur.

Tas kembali gue seret menaiki satu persatu anak tangga. Tujuannya? Ke kota cinta dong! Enggak ding, tujuannya ke kamar gue yang ada di lantai atas. Dulu gue sempat merengek untuk pindah kamar aja di lantai bawah, terus kalian mau tahu jawaban mama? Doi ngomong gini, 'udah kamu di atas aja napa. Itung-itung olahraga naik turun tangga!'.  Sudahlah pemirsa saya sebagai ajudan bisa apa selain mematuhi perintah atasan.

Kamar gue enggak ada yang berubah. Ranjang masih di tempat yang sama seperti dia di hati tetap menempati tempat yang sama. Terus lemari juga masih ada di sana dekat dengan meja belajar dan rak buku. Dan yang penting, kamar ini bebas dari debu dan tungau.

"I miss you!" jerit gue ketika merebahkan diri di atas kasur. Duh, gue berjanji wahai kasurku. Selama sebulan lebih ini gue tak akan meninggalkanmu lama-lama. Gue akan menebus rindu kita selama ini dengan mengahabiskan waktu lebih lama denganmu. Oh! Betapa gue merindukan tidur siang dari jam satu sampai menjelang magrib denganmu wahai kasur, lalu gue berakhir di ceramahi nyonya karena hampir melewatkan sholat azhar. Duh, kok mata gue rasanya berat ya. Yah ya kok gelap sih. Habis itu gue enggak tahu apa-apa lagi.


***


Indahnya bulan tak seindah wajahmu manis madu tak semanis senyummu. Aduhai, indahnya suasana saat ini. Duduk di ayunan yang menghadap ke pantai dan menyaksikan bagaimana sang surya di telan kegelapan. Dan di tambah. Di tambah kekasih hati yang mendorong ayunan di belakang dengan penuh cinta dan kasih sayang. Arghg! Nikmat tuhan mana kagi yang kau dustakan wahai manusia?

Istri Atau Sarjana [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang