5- Perjalanan Menuju Langit

38 1 0
                                    

Setelah sekian lama dipikirkan, akhirnya hari itu datang juga. Hari yang begitu Kanaya tunggu, dengan segenap harapannya untuk menemukan Langit dan sebagian kekuatannya untuk menerima kenyataan tentang apa pun yang akan terjadi ketika ia menginjakkan kakinya di Kota Batu.

"Bi, Nay mau ke Malang untuk beberapa minggu ini"

"Mau ngapain Kak?"

"Kalo Mama nanya, bilang aja ada riset buat skripsi ya Bi"

"Hati-hati, Kak"

Perjalanan ini akan begitu berkesan, kalaupun nantinya aku akan dipatahkan harapan aku rela. Coba semesta, katakan padaku mana yang lebih indah mencintai sendirian atau dicintai tetapi kita tak mencintai? Kamu pasti gak bisa jawab kan semesta? Aku butuh jawabanmu. Bagiku Langit itu seperti dia yang di atas sana, warna birunya sangat indah, menenangkan hati—begitupun ia semesta matanya yang baru dua kali aku lihat begitu menyejukkan sebelum ia hilang tanpa aku tahu di mana ia berada, gumam Nay dalam hati.

Tidak butuh waktu lama, perjalanan Yogyakarta-Malang hanya ditempuh hanya beberapa jam saja. Tibalah Nay di Bandara Abdul Rahman Saleh Malang. Bandara Abdul Rahman Saleh merupakan pangkalan udara (Lanud) Bugis yang dibangun oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1937-1940. Bagi Nay, bandara ini memiliki keunikan tersendiri yang dapat memanjakan matanya itu. Betapa tidak? Bandara ini dikelilingi pegunungan yang sebagian masih aktif sampai sekarang, ada Bromo di sebelah Timur, Semeru dan Arjuno di Utara, yang terakhir Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat. Sungguh, ciptaan Tuhan seperti inilah yang dirindukan makhluknya.

Dalam keadaan tertegun, Nay tersadar harus menghubungi temannya yang kebetulan berada di Kota Malang ini.

"Halo, Mi?"

"Halo, Nay. Ya ampun lo ke mana aja baru ngehubungin gue? Gue kira lo udah ditelan bumi"

"Sembarangan aja kalo ngomong. Mi, gue di Malang."

"Apa? Di Malang Nay? Beneran? Udah sampe mana?"

"Lo kalo nanya bisa gak, gak kaya wartawan gitu?"

"Ya maaf, saking senengnya Nay. Lo pokoknya harus tinggal di rumah gue"

"Iya, Mi iya. Jadi rumah lo di mana?"

"Citra Garden City, apa perlu gue jemput di bandara Nay?"

"Gak usah, Mi. Gue bisa naik taksi."

"Oke, see you Nay"

"See you"

Kota ini begitu indah, semesta. Tidak heran, kalau ada manusia seperti Langit yang betah tinggal di Malangnya ini, Nay berbicara pada dirinya.

Malang merupakan salah satu kota besar di pulau Jawa. Walaupun terletak di Indonesia yang beriklim tropis, tetapi kota ini memiliki udara yang sejuk. Sejuknya Malang dikarenakan kota ini dikelilingi oleh berbagai pegunungan yang berada di Provinsi Jawa Timur. Banyak orang yang bilang, kota ini mendapat julukan Switzerland van Java, alasannya simpel, hanya karena keindahan kotanya yang dikelilingi pegunungan serta tata kota yang rapi menyamai negara Swiss di Eropa.

Bukan hanya itu saja, Malang juga diberi julukan sebagai Kota Bunga karena mempunyai banyak taman yang indah di setiap sudut kotanya. Jadi, tidak heran kalau kota ini begitu menawan di hati para pengunjungnya, begitu juga Nay. Malang dan keindahannya ini, selalu mengingatkan Nay pada Langit. Langit yang menurutnya hampir sempurna, diciptakan Tuhan dengan penuh kehati-hatian yang kini akan segera ditemukannya walau entah di mana.

Lelaki dan Seribu Puisi di TubuhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang