kereta sampai tepat pukul 16.30 di Stasiun Pasar senen. Saya duduk sebentar untuk mengabari kawan saya dio yang berencana ingin menjemput saya, sehabis mengabarinya saya duduk merenung menikmati gemuruhnya situasi stasiun yang padat akan orang yang mudik lebih lambat.
Berbincang sebentar dengan orang tua yang terduduk disamping saya, lalu saya merogoh saku jaket untuk mengambil catatan harian dan mulai menulis.
"Tak tahu"
Aku ingin berjalan
Dan terus berjalan
Dalam keheningan dan gelap malam
Memecahkan teka-teki alamAku masuk ke hutan
Lalu terdiam
Bertanya dengan seekor monyet
Lalu ditertawakan
Aku pergi ke pantai
Lalu teriakuGemuruh ombak melumpuhkanku
Aku terjatuh dari satu jurang ke jurang lain yang tak ada habisnya
Rintih tangis ibu memanggilku
Membawaku pulang
Laksana hujan akan datang
Kehangatan peluknya terbesit sebuah pertanyaan
Kapan hentiku?Suara jauh dari seberang jalan memanggil namaku membuat leherku ini pindah haluan.
Ah ternyata itu dio, sampai juga akhirnya. Berada di atas motor membuat mulutku tak henti2nya cerita perihal bagaimana situasi di Jawa. Tiba-tiba dio memotong ceritaku dan melontarkan sebuah pertanyaan yang membuatku bingung sekaligus kami tertawa."Lu gamau nemuin alisya bob?halal bi halal gitu lebaran juga belum basi nih. Gausah kaya kemarin-kemarin juga, bangun peran yang baru aja kan bisa. Yang lalu biarlah berlalu." Ucap dio.
Saya terdiam, dio juga.
Akhirnya kami sampai di rumah nenek saya. Saat di dalam kereta ada beberapa teman yang menagih akan pertemuan jadi ya setelah selesai makan dan merokok saya langsung beranjak ke beberapa rumah kawan untuk memberi buah tangan.
Yang terakhir saya jumpai adalah arfan selaku kawan sekolah menengah saya dulu. Naasnya arfan tak ada dirumah, mungkin karena kebiasaan saya yang suka mendadak jadinya harus menunggu selama kurang lebih satu jam di teras rumahnya.
Arfan datang dengan satu kawannya entah siapa namanya saya lupa yang saya ingat mereka membawa nasi goreng untuk kami makan. Selesai mengisi perut kawan arfan yang saya lupa namanya dia pulang, arfan dan saya mulai berbincang. Yang pertama jadi topik pembicaraan kami berdua adalah jefri yang entah kenapa akhir-akhir ini dia bicara tak seperti biasanya dengan saya.
"Fan, si jefri kenapa bicaranya kaya orang naik darah ya ke gua?" Tanya saya.
"Engga cuma sama lu bob, sama anak-anak yang lain juga dia begitu. Dia itu kesel gara-gara kita yang punya rencana ke semarang bareng-bareng gajadi, sedangkan lu jalan sendirian gitu."Kesan pertama saat mendengar penjelasan arfan saya cukup paham lalu saya tertawa, disusul arfan juga. Kami tertawa cukup lama sampai baru sadar kalau kami bertiga tadi makan belum minum.
Sedikit bercerita tentang arfan.
Arfan adalah kawan semasa saya bersekolah di sekolah menengah dulu, awalnya kami berdua tidak dekat sewaktu kelas satu pun kami jarang ngobrol. Entah apa yang membuat kami dekat. Ohiya. Ada dua kejadian yang bikin saya tak lupa akan dia.Yang pertama kejadian itu saat saya dan arfan mendapat tugas satu kelompok di mata pelajaran bahasa indonesia. Semua murid disuruh menyalin apa yang sudah ditulis di papan tulis, tetapi tidak dengan arfan.
Arfan terus saja menggoda dan mengganggu saya."Weh bob, kata bunga lu suka sama bunga. Katanya lu pernah nembak dia.hahahahahhaha." ledek arfan sambil menyenggol tangan saya yang sedang menulis dengan sangat fokus.
Saya hanya menjawab "tidak" tanpa mengalihkan pandangan mata dari papan tulis. Tapi ke-isengan arfan tak kunjung usai dia terus saja menggoda dan menyenggol berulang kali. Sampai saat saya beri peringatan kalau dia masih menyenggol saya tak akan segan memukul. Sudah diberi peringatan arfan malah menantang balik yaaa, akhirnya sikut saya menempel di bagian kepalanya cukup keras.
Terlihat wajah arfan yang memerah dan sedikit mengeluarkan air mata, tapi saya tetap lanjut menulis.Walaupun saya kesal dibuatnya sehabis pelajaran usai dan bel istirahat dibunyikan saya menghampiri arfan dan minta maaf, arfan juga.
Yang kedua adalah ketika saya putus sekolah dan beranjak dari rumah, rasa bingung, kesal, hancur semuanya campur aduk untungnya arfan mau menemani saya dan mengajak saya menginap dirumahnya beberapa hari siapa tau dengan bersamanya rasa kesal yang saya alami hilang seketika.
Keluarga arfan sangatlah baik terhadap saya. Selain memberi tempat tidur dan makan keluarganya juga memberi saya pekerjaan sambilan agar saya tidak diam saja dirumah saat arfan pergi sekolah. Dua hal itu masih saya ingat sampai sekarang.
Obrolan saya tak kunjung usai dengannya. Kami saling bertukar cerita. Tiba-tiba arfan juga menanyakan hal yang sama seperti apa yang dio pertanyakan. Tapi bedanya saat arfan yang bertanya saya mulai berfirasat aneh.
Saya pulang tengah malam saat rumah arfan mulai ramai dengan kawan sekitar rumahnya. Saya pamit dan langsung beranjak diantar oleh kawannya arfan yang bernama syubki.
Sesampainya di rumah saya mendapat pesan dari akun instagram yang bernama ajeng. Lucunya akun si ajeng ini bionya dituliskan 'real accunt' sempat tertawa saya dibuatnya padahal sudah mau tidur karena kecapekan. Ajeng itu adalah adiknya alisya."Mohon maaf lahir dan batin ya. Maafin kalo ada salah yang kurang berkenan didalam hati" kurang lebih seperti itu kalimat awal dalam percakapan kami.
Untuk mengkonfirmasi siapa yang memegang akun yang mengatasnamakan ajeng ini saya bertanya.
"Ini ajeng atau kakaknya?" Tanya saya.
"Kakaknya, kenapa emang gaboleh ngirim pesan ke kamu lagi ya?"
Ternyata alisya, rasanya seperti hidup kembali setelah sekian lama mati. Hahaha. (Maaf kalau berlebihan, karena semua cinta di masa remaja setahu saya selalu berlebihan).
Malam itu saya yang niat ingin tidur lebih awal, malah dibuat begadang karena berencana ingin ketemuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, alisya...
RomanceJakarta adalah tempat dimana saya lebih lama menghabiskan waktu dari mulai bermain, buang air besar, bersekolah untuk menjadi manusia yang beretika dan bertemu dengan seorang perempuan asal jatiwaringin yang sedari dulu sampai sekarang tak luput dar...