Pekat di Ingatan

51 6 4
                                    

Saya bangun tepat pukul setengah sembilan pagi, tidur cukup nyenyak walau cuma empat jam kurang lebih.
Pagi ini ada janji yang pertama interview kerja di bilangan kuningan jakarta selatan sehabis memenuhi janji interview kerja saya langsung melesat dengan kendaraan roda dua untuk pulang. Sampai dirumah tak sempat berganti kostum saya langsung pergi lagi dengan sepeda fixie yang saya beli dengan gaji pertama saya sewaktu bekerja di distro baju, saya mengayuh dengan tenaga penuh karena tak sabar tuk memenuhi janji kedua saya hari ini yaitu bertemu dengan alisya.

Ah tuhaaaaaan, terimakasih engkau memang mahanya cinta di kehidupanku hari ini. Kami buat janji semalam bertemu di restoran makan yang cukup dekat dengan rumah saya.

Sebentar saya mengecek hp di parkiran untuk memastikan apa alisya sudah sampai atau belum, tak sempat dibalas saya langsung masuk melihat kiri kanan dan menaiki tangga untuk sampai di lantai atas.

Di mana dia?pikir saya.

*Hp bergetar di saku celana.

Ternyata alisya bilang kalau barusan dilantai dasar dia melihat saya melintas di depannya begitu saja.
Ah saya tak sadar tadi, lalu alisya muncul dari belakang rombongan anak smp.

Kesan pertama saat saya melihat dia lagi setelah sekian lama saya kaget, sumpah.

"Kenapa kurus badanmu?apa terjadi sesuatu denganmu dan andre?atau terlalu dalam berfikir tentang ayahmu yang pergi?mari sini sayangku, ceritakan padaku" cakapku dalam hati.

Kami memilih bangku lalu memesan beberapa makanan dan minuman untuk teman berbincang.

Perbincangan usai setelah dua jam lalu saya mengantarkan alisya pulang dengan membuntutinya di belakang.
Yang saya heran kenapa alisya masih bertahan sampai saat ini, beribu pedang menjelma sebagai pertanyaan menusuk saya perlahan-lahan.

Kami berjarak sekitar dua meter saat tiba di rumahnya, alisya menengok ke belakang seraya berteriak makasih yaa bob, hati-hati di jalan dan tentunya saya membalas teriakannya dengan anggukan kepala yang bertanda iyaa terima kasih kembali alisya, saya masih seperti dulu, tak tahu denganmu.

Malamnya saya keluar untuk mencari udara segar dengan bersepeda sambil mengingat kejadian siang tadi.

Setelah puas saya pulang ke rumah lalu kembali menulis.

Oleh : Boby.

Perlahan kereta melintas di depan batas
Bersama dengan takdirku
Bersama dengan iringan musik barat yang sering kita dengar sewaktu dulu
Kau melihat ke arah kaca

Bising gesekan besi rel menyadarkanku
Apa itu benar kau atau cuma imaji-ku saja?
Yang terbawa dengan cerita bintang dan bulan malam ini
Mau kemana arahmu?

Klakson kendaraan mulai bersaut-sautan seiring kereta menghilang
Aku masih terdiam dan enggan berjalan
Sekelompotan awan gelap menyerangku seraya berkata
menghilanglah kamu bersama warnaku

Demi dewi afrodit
Kau yang terkasih kembalilah
Angsa-angsa terbang di antara masa lalu dan masa kini
Kuli proyek ikut tersenyum saat kau lewat
Aku tak marah
Mereka hanyalah kuli proyek
Apa harus kutanyakan
Tentang nyenyaknya tidurmu malam ini?

Sebelum tidur juga saya sempat chattingan dengannya sebentar lalu dia mengingatkan perihal mantra sebelum tidur, lalu kami berdua mengucapkan mantranya dan sepakat untuk tidur. Selamat malam, alisya.

Hey, alisya...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang