Warung Kopi

34 5 0
                                    

  Dua minggu telah berlalu tapi tidak dengan pembicaraan para murid laki-laki yang membicarakan tentang wanita judes itu, dan saya tetap tidak perduli mau secantik apa gadis itu kalau dengan muka judes yang dipamerkannya saya tidak akan tertarik, masa bodo.

  Pada mata pelajaran bahasa inggris kebetulan guru yang mengajar berhalangan dan hanya menitipkan tugas kepada seisi kelas saya, saya yang bosan dengan mata pelajarannya hanya menyontek, setelah usai seisi kelas pun ramai dan untungnya ada sisko, kebetulan dia sedang rebahan di atas meja saya rasa dia belum pulas lantas saya bangunkan dan ternyata saat dia sadar matanya merah. Saya menertawakannya di ikuti dengan suara hanif si ketua kelas yang berteriak memanggil nama saya, saya langsung putar badan dan tidak lupa menarik sisko agar ikut dengan saya dan hanif.
 
   Ohya hanif ini adalah ketua kelas yang saya anggap ketua yang tak ikhlas karena jabatan kepemimpinannya yang terpaksa mau tak mau di tunjuk langsung oleh wali kelas kami ibu dian yang terkenal akan kegarangannya, padahal kalau sedang di kelas kami bu dian sendiri menjadi hiburan bagi seisi kelas karena mudah terbawa perasaan saat diperolok, yaa begitulah adanya.

  Pertama-tama kami bertiga mengantarkan sisko membersihkan bekas air liur yang sempat mengalir di bagian pipinya ketika tidur di kelas tadi dan berjalanlah kami menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi sembari menunggu sisko yang membasuh muka untuk memperoleh kesadaran saya dan hanif mengobrol sedikit untuk pembuatan sticker sekolah yang targetnya sendiri adalah adik kelas hehe, siapa tau saat menawarkan dapat berkenalan dengan adik-adik yang cantik begitu kata hanif, saya pun hanya meng-iyakan maksud dan tujuannya.

  Tiba-tiba dari balik pintu kamar mandi wanita muncul seorang perempuan yang keluar seraya membetulkan posisi kerudung yang dipakainya, saya dan hanif memerhatikan dan kembali hanif angkat bicara.

"Bidadari keluar dari kamar mandi bob" ucap hanif seraya menepuk pundak saya.

"Bidadari muka lu, bidadari mana ada yang pake baju pramuka" timpal saya.

Gadis itu berjalan dan saya hanya bisa melihat punggungnya saja tapi ketika kawannya memanggil dengan nama 'lisya' saya baru sadar kalau yang barusan keluar dari kamar mandi adalah si bidadari judes itu. Tunggu kenapa saya ikut menyebutnya dengan sebutan bidadari?ah saya pun tidak tertarik sama sekali dengannya, lalu buat apa saya memikirkannya. Sialan.

  Sekolah selesai pada pukul setengah tiga siang, kebiasaan saya dan beberapa murid lain setelah bubar sekolah tidak langsung pulang ke rumah kami menyempatkan diri untuk menghabiskan uang saku di warung kopi yang jaraknya tak jauh dari sekolah kami, dan kami biasa menyebut nama warung kopi tersebut dengan sebutan warung kopi babeh karena setiap anak-anak sekolah yang nongkrong di situ selalu ada bapak-bapak dan kami semua menyebut setiap bapak-bapak itu babeh ya makanya kenapa disebut warung kopi babeh.

Saya duduk mengobrol dengan penjaga warung yang kebetulan seorang perempuan yang akrab dipanggil budeh oleh saya dan kawan-kawan, dan tentunya budeh tidak lain dan tidak bukan adalah perempuan.
  Ketika saya menghabiskan beberapa gorengan dan meminum kopi secara perlahan ada beberapa murid lagi yang datang entah saya tidak kenal mungkin adik kelas, tapi yang bikin saya malas menyapa adalah kemunculan gadis itu

"Sialan, kenapa di tempat se-asik ini harus ada dia?" Gumam saya.

Hey, alisya...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang