A.

1.7K 81 5
                                    

Tuuuttt...

"Assalaamu'alaikum bun, Aa udah mau sampe stasiun. Ibun jadi jemput kan?"

"Iya jadi A, Ibun udah di depan pintu keluar penumpang ya. Cek lagi jangan sampe ada barang yang ketinggalan" sahut Ibun dengan senyum sumringahnya.

"Oleh-oleh buat Dede jangan lupa" Jisung nyamber dengan berteriak di speaker hape Ibun yang membuat ibun sedikit tersentak ㅡ kaget.

"Bilang Dede, buat Dede oleh-olehnya Aa lupa"

"De, kata Aa Jeno, si Aa lupa oleh-oleh buat Dede"

"Yaudah komputer Aa di kamar buat Dede!!" Jisung kesal.

"Hahaha. Yaudah bun, nanti lagi ya. Udah masuk nih keretanya. Jeno mau siap-siap turun dulu"

"Iya A, hati-hati ya"





"Ini ya keretanya?" Tanya Abin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan pintu keluar penumpang dan melihat kereta api jarak jauh yang seketika berhenti di jalurnya.

"Iya bin. Yaampun, kangen banget Ibun sama Aa"

"Yah, udah inimah time to Aa, Dede belakangan" Jisung terkulai, iri.

"Sini de, sama Abin" si Abin mengayunkan tangannya pada Jisung, menyuruh Jisung mendekat padanya.

"Itu Aa bun!" Seru Jisung sambil menunjuk ke arah kakaknya.

"Aa!" Ibun teriak sambil melambaikan tangannya pada anak sulungnya itu.

Jeno sedikit lebih cepat jalannya dibanding tadi dengan menarik kopernya, diikuti dengan seorang petugas kereta api yang membawakan sedikit barangnya yang Jeno bawa dari Jogja, tempat tinggal sementaranya.

"Ibun! Abin!" Jeno berhambur memeluk Ibun, tidak lupa Jeno salim pada keduanya.

"YaAllah" Ibun memeluk anak sulungnya itu. "Sehat kan nak?"

"Alhamdulillah bun" Jeno melepas pelukannya sambil memberikan senyum yang sangat teduh untuk Ibun.

"Abin" Jeno kembali memeluk Abinnya.

"Ayo pulang dulu. Nanti dirumah lagi kita ngobrolnya" Bunda mengambil barang yang dibawain sama petugas kereta api sambil membayar jasa petugas tersebut. "Terimakasih ya pak"

"Ih Dede belum peluk Aa bun" Jisung mengeluh.

"Hahahaha. Nanti aja lo kalo mau peluk gue dirumah. Bisa lama" ledek Jeno sambil merangkul adiknya itu.

"Badan doang makin tinggi, kelakuan masih kaya bayik lu" Jeno mengacak rambut Jisung.

"Ih apaan sih. Gue udah mau SMA tau!" Jisung menepis tangan Jeno.

"Udah eh ayo. Mulai deh"

Jeno Jisung terdiam kalo Abin udah mulai ngomong. Abin memang jarang ngomong, kecuali hal yang penting aja. Tapi kalo lagi ngumpul sama anak-anaknya, ya Abin yang paling cerewet.

"Udah masuk semuanya belum? Ada yang ketinggalan gak?" Tanya Abin memastikan gaada yang ketinggalan.

"Udah aman bin. Ayok pulang, Aa laper" Jeno memegang perutnya, nahan laper.

"Emang gak makan di kereta A?"

"Makan bun, cuma kan Aa kangen masakan Ibun, jadi laper lagi"

"Yaudah ayo naik" Abin memberi intruksi.

Perjalan dari stasiun sampai rumah tidak terlalu jauh. Selama diperjalanan Jeno hanya bersender lemas, mungkin terlalu lelah berada di kereta selama 9 jam. Jeno tinggal sementara di Jogja karena dia dapat kuliah di salah satu Universitas ternama di Jogja.

Family Is.... (Ft. Jeno Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang