Semenjak kejadian malam itu, Thania dan Dimas menjalani hubungan secara diam-diam. Kalau di kantor, mereka layaknya karyawan dan atasan. Saat pulang kantor dan tidak ada kerjaan tambahan, mereka berpacaran.
Hubungan diam-diam mereka berjalan kurang lebih 4 bulan lamanya. Sampai suatu keadaan membuat mereka jarang ketemu. Dimas yang mulai melanjutkan pendidikannya sampai harus membuatnya bulak-balik Jakarta-Yogya. Thania yang juga mulai mencari pekerjaan baru demi menyelamatkan hubungan mereka.
Suatu hari, Thania ikut main dengan Juni dan Wanda, seperti biasa. Kegiatan wajib sebulan sekali adalah "makan enak" demi membuat bahagia untuk diri sendiri.
"Sumpah ya gue paling males banget kalo lagi haid gini. Sakitnya tuh gak kira-kira. Walaupun udah bertahun-tahun gue ngalaminnya. Tetep aja gue benci kalo lagi haid dan ngerasa sakit gini. Ergh!" Eluh Juni saat mereka menunggu makanan tiba.
"Emang, Jun. Gue juga gitu. Apalagi kalau lagi numpuk kerjaan. Deuh mau gue telen aja semua kerjaan rasanya" timpal Wanda.
"Jadi kangen rasa sakit haid. Gue telat haid udah dua minggu nih." Reflek, Thania membuka suara.
"Lo telat? Hamil gak lo?" Ceplos Juni.
"Hahaha" Thania tertawa seakan dibuat-buat, sedikit mengejutkannya. "Berbuat sama siapa gue anjir"
"Ya mana tau kita lu berbuat sama siapa"
"Ngaco lu ah kalo ngomong. Gak lah, mungkin hormon gue lagi gaberjalan sesuai aja" ucap Thania mencoba menenangkan.
Setelah perbincangan singkat itu, Thania mulai banyak diam, tak banyak ikut bicara dengan teman-temannya itu. "Gimana kalo gue beneran hamil? Apa iya mas Dimas mau tanggung jawab? Apa mau mas Dimas langsung nikahin aku?" Pikiran random itu berputar dalam otak Thania.
"Gue harus periksa" ucapnya dalam hati.
Bayang-bayang ucapan Juni pun terus berputar sampai perjalan pulang Thania yang membuatnya memutuskan mampir ke Apotek untuk membeli testpack.
"Ya Allah, semoga yang Juni bilang itu boong" ucapnya berkali-kali, memberi energi positive pada pikirannya.
Saat sampai rumah, ㅡ lebih tepatnya kost tempat Thania menetap, dia bergegas menuju toilet untuk menggunakan barang yang tadi dia beli di apotek.
Namun ternyata ketakutannya makin jadi. Alat tersebut menggambarkan garis 2 yang berarti Thania benar hamil. Tangisnya langsung pecah karena melihat hasilnya itu.
Bergegas, dia mengambil handphone yang masih ada didalam tasnya. Thania langsung menghubungi Dimas.
"Hallo, mas Dimas" ucapnya langsung saat sambungan telefonnya diangkat.
"Hallo. Ini siapa?" Suara anak kecil, sekitar usia 5 tahun.
"Oh, iya halo" ucap Thania lembut, sambil bertanya-tanya "siapa anak ini?" "Pak Dimasnya ada?"
"Oh, papa lagi di belakang. Ini siapa?"
Deg. Papa? Siapa dia? Kenapa memanggil mas Dimas dengan sebutan Papa? Hanya itu yang ada di otak Thania yang juga bercampur dengan rasa khawatir juga takut.
"Boleh bicara dengan pak Dimasnya?"
"Tunggu sebentar ya" ucap anak itu, "papaaaaa~ ada telfon" teriak anak itu,
"Dari siapa?"
"Gatau, nih"
"Hallo" sambung Dimas yang membuat Thania sedikit tenang
"Mas, ini aku. Kamu kapan pulang?"
"Iya, ada apa?"
"Mas. Aku hamil" ucap Thania to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Is.... (Ft. Jeno Jisung)
Random"bun itu aa nakal" "apaan si gitu aja ngadu wooo" "ketemu aja berantem. asal jauh-jauhan aja nanyain mulu aa kapan pulang" "Ibun belain aa ih. dede sama Abin aja!" On Going~