Setelah mendapat ceramah yang bikin ngantuk sekarang disinilah kita bersama dengan sapu serta teman-temannya . Sarah serta Adel sangat telaten menjalankan tugasnya . Aku menyapu asal sehingga debu beterbangan kesana kemari membuat santri terbatuk .
"KALAU NYAPU YANG BENER DONG UKH " teriak salah satu santri yang aku tidak tahu namanya sembari memandang dengan kilatan marah . Bantuin enggak malah ngomel siapa yang nggak kesel coba .
"Di rumah nggak pernah nyapu kali "kini santriwati yang satunya yang berbicara . Nggak di pondok nggak di mana aja ya, tipe manusia suka ngomongin orang tuh ya masih ada .
Aku melanjutkan dengan menyiram bunga mawar merah . Ku lihat banyak tanaman yang membuat aku benar-benar berdecak kagum . Berbagai variasi bunga berjejer rapi nan indah di sekeliling taman . Ah ruginya aku tidak pernah ke tempat ini .
"Alda sini in dong embernya " pintaku pada Alda . Alda yang sedang menggunting ranting pohon yang kering bergegas mengambil .
"Makasih Alda " aku tersenyum senang .Aku salut dengan ketiga temanku ini mereka tak pernah mengeluh meski aku yang sudah membuat mereka dihukum . Sarah si santriwati paling di kagumi kini mendapat hukuman gara-gara aku yang notabene santri baru .
"Ukh udah penuh " ucap sarah . Nggak sarah tutur katanya lembut bahkan terlihat tidak pernah marah .
Aku tersadar dari lamunan.
Ternyata emberku sudah penuh bahkan meleber ."jangan kebanyakan melamun nggak baik " saran sarah padaku . Ini sudah ember kelima yang kubawa . Sarah sudah selesai begitu juga dengan alda dan adel tinggal tugasku saja yang belum selesai . Bunga mawar putih ku siram dengan banyak air agar cadangan airnya banyak karena Aku sangat menyukai bunga warna putih.
"Kamu mau membunuh bunga saya " astagfirulloh aku kaget ketika seseorang datang .
"Ustadz nggak liat ,saya sedang memberi makan pada bunga ini " tunjukku pada seember air yang kubawa .
"Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik Masita " ucap gus Faqih.
"Preet ,ngomong doang mau ngurus tanaman juga pakai alasan santri dihukum " gerutuku di dengar ya syukur, nggak dengar ya nggak masalah . Aku cerita biar plong gitu kalau segala unek-unek dikeluarin.
"Language ,Masita " gus Faqih memperingatkan agar bicaraku sopan .
Sabodo amat lah, ini orang emang sehari aja nggak marah-marah itu kayaknya kurang afdol gitu .jadi biarlah dia bicara apa ,anggap aja musik di siang hari .
"Assalamualaikum ,gus dicari sama Ning Alina " itu suara sarah . Ya ampun si sarah makanannya apa ya ,kok bicaranya lembut gitu .
"Iya tuh gus ,cepetan sana. keburu Ning Alina marah " lumayan kan mengurangi waktu debat .
"Kesan nya kok seperti merdeka ya raut muka kamu " skakmat . Ekspresi ku sejelas itu ya dimatanya .
"Muka saya emang sudah merdeka dari lahir kok gus " ungkapku .Setelah kepergiannya aku masuk ke dalam kamar untuk merebahkan sejenak badanku . Aku mulai menajamkan mata baru juga lima menit udah ada yang mengusik ketenanganku .
"Bagus yang lain pada pelajaran ,kamu disini enak-enakan tidur. entar yang lain masuk surga masuk neraka sendirian mau ? " subhanallah banget nggak sih baru selesai hukuman langsung masuk
ke kelas emang dikira nggak capai apa ."Cepat masuk ke kelas " aku langsung digiring ke kelas . Entah apalagi yang akan terjadi selanjutnya.
Wanita tadi memandang tajam ke arahku . Ya salam ada apalagi sih ."Baik ustadzah " aku bergegas keluar kamar setelah mendapat tatapan tajam dari ustadzah bagian keamanan.
Aku menuju kelas namun sebelum sampai di kelas aku melihat abang Faqih sedang berbicara dengan ustadzah . Emang yah laki-laki udah punya istri masih aja cari mangsa lain .
Aku tuh suka berburuk sangka sama Ayah. Kenapa takdir begini sih . Harusnya aku tuh masih bebas tak terikat dengan namanya pernikahan tapi ayah malah menikahkan ku secepat ini . Dari dulu juga ayah selalu menyayangi kak Fatimah . Selalu memberikan semua yang kak Fatimah inginkan sedangkan aku minta handphone baru aja harus sholawat seribu kali sehari dan juga sholat Dhuha selama 3 minggu tanpa ada yang terlewat . Kak Fatimah tanpa meminta ayah belikan ,boleh nggak sih aku anggap ini bentuk ketidakadilan orang tua terhadap anaknya. Suatu hari aku pernah nangis minta dibelikan baju sampai sakit segala .tapi ayah tetap nggak kasih ,berkat bantuan kak Fatimah yang memintanya ayah langsung membelikan baju yang aku suka . Tapi aku sudah tidak ingin baju itu karena di dapat hasil dari kak Fatimah yang memohon kepada ayah . Waktu aku jatuh dari sepeda bersama kak Fatimah ayah cuma menolong kami Fatimah sedangkan aku yang lututnya berdarah dibiarkan sendirian hingga Oma datang . Apakah ada orangtua seperti ayahku ?. Bolehkah aku bilang aku bukan anak ayah ? . Bahkan dalam urusan jodoh ayah lebih memilih mengorbankan ku daripada kak Fatimah . Dia diberikan kepercayaan melanjutkan kuliah sedangkan aku menjadi seorang yang sangat menyedihkan .
Apa kenakalanku separah itu hingga ayah selalu membenci dan tak menganggap ku ? .
"Melamun " seseorang datang membuatku kaget . Bukankah dia sedang mengobrol dengan ustadzah cantik di depan kelas Adi lantas kenapa sekarang disini? . Aku melihat ke tahun posisinya semula .
"Cari apa sih ? Kok celingukan" aku yang sedang pusing tak menjawab ocehannya.
"Kamu pusing ?" Tanyanya kujawab dengan anggukan kepala .
"Mau saya antar ke UKS ?" Pertanyaan bodoh macam apa Gus . Memang santri sini ada yang tahu hubungan kita . Bisa kena fitnah kalau aku diantar kamu ."Ngga usah ,aku bisa sendiri kok " jawabku .
Gus faqih menggenggam tanganku dan menuntun menuju uks.
Beliau berbisik di telingaku .
"Jangan pernah sungkan meminta tolong pada suamimu " bisikan itu sangat lembut di telingaku .Gus jangan bikin anak orang baper. .
"Aku bukan nenek-nenek ustadz .nggak di pegangin juga nggak jatuh " ucapku setelah menormalkan detak jantung yang seperti mau lari maraton ini .
"Pegang istri sendiri nggak akan dosa kok, malah dapet pahala " ungkapnya . Emang kalau ngomong sama orang berilmu mau jawab apa juga tetep salah.
"Besok aku ada kajian ke Jakarta, mau ikut ?" Buat apa ikut mending di pondok dengerin orang ceramah ketimbang ke Jakarta ketemu ayah Ujungnya berantem ."Kata ummi ,kamu harus ikut " kini aku mendengus.
"Kalau udah pasti ikut kenapa mesti nanya sih " sekarang aku sudah berada di dekat pintu masuk UKS .
"Jangan sungkan jika ada masalah cerita ke saya . Saya suami kamu siap menampung semua keluh kesah kamu " ustadz Faqih mengacak kerudungku."Haissshh... Jadi rusak kan kerudungku diacak-acak begitu" omelku . Tangannya bergerak membenarkan posisi kerudungku .
"Jangan marah-marah calon ummi anak-anakku . Assalamu'alaikum" ustadz faqih berlalu meninggalkanku. Aku masih terbengong-bengong di depan pintu .
Bersambung .....
Jangan lupa baca Al-Qur'an .
Afwan jelek ..
Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Membimbingmu
Spiritualinilah kisah Masita Nahda Barrah. Hidup diantara orang yang pandai beragama itu menurut Masita seperti hidup di gurun pasir . Hingga ayahnya memutuskan Masita untuk menikah dengan anak pemilik pondok pesantren berharap akan merubah anaknya menjad...