part 3

3.4K 123 2
                                    

Disana lebih tepatnya dua meter dari Masita berdiri Gus faqih sedang memberi aba-aba pada santri putra untuk membersihkan halaman . Hari ini hari Jumat waktunya para santri bersih-bersih . Mulai dari menyapu mengepel ,lap kaca membersihkan kipas angin dan sebagainya . Masita memandang dengan wajah tak bersahabat pada Gus Faqih.

Memang Masita akui Gus faqih adalah sosok yah sempurna . Badan tegap ,rahang kokoh ,kulit putih dan bicaranya sangat sopan . Tapi semua itu tertutup karena gengsi Masita terlalu tinggi .

Ketika Masita sedang asyik memandang ke arah ustadz Faqih tidak jauh Darisana sudah ada ustadzah yang siap sedia memasukkan Masita ke kandang singa . Kilatan kemarahan nampak jelas di wajah ustadzah ini .

Masita yang belum sadar disikut oleh Alda .
Masita kaget begitu menyadari sudah ada ustadzah hanen di depannya .

"Bismillahirrahmanirrahim" semoga ucapan ini bisa membakar semangat ustadzah Hanen agar tidak memarahinya. Dimata Masita sudah ada deretan hukuman yang akan diberikan ustadzah Hanen padanya . Terlihat dari senyum yang kelihatan aneh Dimata Masita.

"Lagi ngeliatin akhy ganteng ?" Terdengar dari suaranya saja sudah menakutkan .

"Nggak ustadzah " jawab Masita seadanya untuk hari ini Masita sedang tidak ingin berurusan dengan yang namanya hukuman . Tapi dasarnya hukuman itu suka banget sama Masita jadi pas lagi anteng pun Masita di gangguin oleh hukuman . Masita hanya bisa berdoa semoga hukuman yang diberikan ustadzah tidak yang aneh-aneh.
"Tuh cabai dibelakang pondok siap panen " Masita mulai kelabakan pasalnya dia tidak suka sama yang namanya cabai mau bagaimanapun bentuknya.
Masita menelan ludah susah payah .

"Cepetan petik cabainya" Masita melangkah ke belakang pondok . Disamakan banyak tanaman cabai yang membentang luas .
Ustadzah hanen memberikan keranjang untuk menaruh cabai yang sudah dipetik .

Disini Masita duduk tanpa minat memetik cabai .
Gus faqih sudah berdiri di samping Masita.

"Ngapain ke sini " sinis Masita . semenjak menikah dengan orang yang berada di sampingnya hidup Masita merasa tidak seperti dulu lagi . Andai saja dulu Masita pura-pura ketiduran atau sakit perut sehingga rencana pernikahan ini tidak terjadi .

"Bantu kamu ,kurasa kamu sedang butuh bantuan" Gus faqih menjawab masih dengan sopan meski dapat Omelan dari Masita.

"Kalau mau bantuin biarin aku pergi dari pondok ini " Masita langsung ngomong tanpa disaring terlebih dahulu.

"Setelah pergi dari pondok kamu mau apa ?" Tanya Gus faqih . Meski tangannya masih memetik cabai yang telah siap panen ia masih setia mendengarkan keluh kesah seorang Masita.

"Aku tuh bosen disini tadz" Masita dengan wajah memelas mulai bercerita.

"Aku pengin jalan-jalan ,pegang handphone , nonton TV. Nggak cuma disuruh hafalan terus" Masita duduk dibawah pohon mangga yang daunnya lebat meski belum terlalu besar cukup untuk berteduh dari sang Surya apalagi di tengah hari begini .

"Kenapa sih bukanya enak ya di pondok . Banyak temen bisa belajar bareng-bareng .banyak loh yang ingin masuk pondok tapi terhalang restu orang tua" Masita masih tetep kekeuh dengan pendapatnya.

"Aku tuh bukan orang yang seneng hafalan tadz. Coba deh ustadz bayangin siapa sih yang mau nikah di usia muda seperti saya mana orangnya nggak saya kenal lagi kan nyebelin" Masita berbicara panjang lebar . Dibalas senyuman oleh Gus Faqih.

"Kamu lucu kalau gini " ucap Gus Faqih sambil memanyunkan bibirnya menirukan gaya seorang Masita.

"Pak ustadz,bapak suka bosen nggak sih ngajarin santri sini ? Aku aja bosen tiap hari lihat wajahnya pak ustadz" ucap Masita berkacak pinggang.

Izinkan Aku Membimbingmu  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang