Hujan menerpa kota dengan derasnya, namun itu tidak menyurutkan niat seorang pemuda yang tengah melawan hujan dengan genggaman payung di tangannya, niatnya sederhana, hanya ingin ke toko kelontong untuk sekedar membeli beberapa mie instan untuk makan malam.
Dia mengumpat pelan, karena sudah beberapa kali payung yang ia genggam hampir terhempas oleh angin dan membuatnya sedikit kebasahan. Kini pandangannya teralih, iris mata hazelnya menatap sebuah lorong kecil diantara himpitan dua rumah besar, sebuah kotak setengah basah yang tergeletak begitu saja. Lelaki itu lantas menghampiri kotak tersebut, ternyata seperti dugaannya, seekor kucing kecil tengah meringkuk kedinginan di kotak itu. Karena iba, lelaki itu menggendongnya dan menyisipkannya ke dalam jaket yang ia kenakan.
Setelah perjuangan panjang untuk melawan hujan deras, kini ia sampai di apartemen tempat ia tinggal. Ia lantas membaringkan kucing itu ke ke kasurnya dengan lembut dan melepas jaketnya, kini tangannya sibuk mengeringkan kucing itu.
"Kasihan ... di tengah hujan seperti itu," gumamnya pelan, kini jemarinya mengelus puncak kepala kucing itu, "Kini biar aku yang merawatmu ... hmm," Ia memasang pose berpikir.
"Kau kunamai ... Lev? Haiba Lev? Ya, itu artinya singa, bisa jadi orang yang berhati besar. Kau suka?" Tanya lelaki itu, kucing itu mengeong pelan, melihat reaksi sang kucing, lelaki itu tersenyum lembut, "Hm, Lev ... perkenalkan, namaku Yaku Morisuke, selamat datang di rumahku." Lantas kucing itu, Lev, meloncat kearah Yaku dan membenamkan dirinya di pundaknya, Yaku terkekeh senang.
"Baiklah, biar kusiapkan makanan, oke?" Yaku pun berjalan pergi dari ruang tengah, meninggalkan kucing itu sendiri. Saat Yaku pergi, kucing itu menutup tirai dengan menariknya menggunakan mulutnya dan berlari menuju dapur, mengikuti Yaku.
Di dapur, Yaku sedang sibuk memotong beberapa sawi sebagai tambahan di mie instan miliknya, ia tahu bahwa mie instan itu tidak baik bagi kesehatan dan mengurangi pengaruhnya dengan mengaplikasikan sayur itu.
Wah, bukan anak micin dia.
Tiba-tiba ia mengaduh kesakitan, telunjuknya teriris pisau. Memang hanya sedikit terkena pisau, tapi lukanya cukup dalam. Jari telunjuknya mengeluarkan banyak darah. Hal itu bertepatan dengan Lev yang melompat ke meja, karena tergesa-gesa, Yaku segera berlari menuju wastafel yang berada di samping Lev. Setitik darah sudah jatuh mengenai kucing berjenis russian blue itu.
Kucing itu berlari menjauhi Yaku, sementara lelaki itu hanya mengedipkan mata bingung. Setelah membersihkan lukanya, Yaku keluar dari dapur, "Lev! Dimana kau?" Yaku mengeksplorasi seluruh ruangannya, namun yang ia temukan hanyalah seorang lelaki jangkung yang bersembunyi dibalik tirai tipis. Yaku bergidik, 'Siapa yang ada dibalik tirai itu? Bukankah aku sudah mengunci pintu tadinya? Kenapa ada ... penyusup?' Pikirnya, tubuhnya sedikit gemetar, ia meraih payung yang ada tepat disampingnya, bersiap untuk memukulkannya ke lelaki itu.
"K-kau siapa!? Bagaimana kau bisa masuk!?" Teriak Yaku setengah ketakutan, lelaki itu mengeluarkan sebagian wajahnya, "M-maaf ... boleh aku pinjam baju?"
"Hah?"
Kini tampaklah seluruh wajah lelaki itu. Lelaki itu bersurai white-blond, kulit seputih salju, dan iris mata emerald, namun hanya satu yang berbekas dibenak Yaku.
Dia sangat tinggi.
"Ya, seperti yang aku bilang, tolong pinjamkan aku baju ...." ucap lelaki itu malu-malu, ternyata ia menutupi tubuhnya yang ternyata ... telanjang. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia berlari menuju kamarnya dan membawakan sepasang baju untuk laki-laki itu.
"Ini bajuku yang paling besar, jika aku memakainya bahkan bisa menjadi dress ... cobalah." Lev sejenak memandangi baju itu dari balik tirai, lalu mengangguk kecil. "Aku akan pergi ke kamarku, lalu jelaskan kenapa kau bisa disini, mengerti?" Setelah itu, lantas Yaku berlalu pergi meninggalkan lelaki jangkung itu. Setelah beberapa saat, lelaki itu mengetuk pintu kamar Yaku, dan tentu saja dibukakan oleh pemilik ruangan itu sendiri.
"Nah, sekarang, tolong jelaskan!" Yaku melipat tangannya gusar, lelaki yang ada dihadapannya mengelus tengkuknya pelan. "Baiklah, akan kujelaskan ..." Lelaki itu berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa. "Aku adalah ... Lev,"
Yaku memicingkan mata, 'Lev? Apa maksudnya?' Batinnya bingung, "Jadi, kau itu kucing yang kupungut tadi?" Tanya Yaku memastikan, lalu lelaki itu mengangguk pelan, setelah beberapa detik dalam keheningan, tiba-tiba Yaku tertawa kencang, "Apa maksudmu? Hal itu cuma terjadi di film, tahu! Jangan bercanda!" ucapnya disela-sela tawanya, namun lelaki yang mengaku sebagai Lev itu hanya terdiam menanggapi reaksi Yaku.
"Katakan yang sesungguhnya, atau aku akan menelpon polisi!" Ancam Yaku seusai tertawa, Lev hanya menunduk, "Baiklah, tunggu hingga esok pagi, dan jemurlah aku dibawah teriknya matahari. Kau akan tahu sendiri ..." Yaku mengerutkan alisnya, "Jadi maksudmu semalaman ini kau akan ada di apartemenku begitu?"
"Hmm ..."
"Jangan bercanda! Kau orang asing! Bagaimana kalau kau seorang pembunuh? Rampok? Atau Tukang jarah?"
"A-aku bersumpah kalau aku bukan orang yang hendak menjahatimu!"
Yaku memutar mata, 'Baiklah ... toh tidak ada ruginya, lagipula aku bisa untuk melindungi diriku sendiri, aku bisa melempar lelaki itu keluar jendela jika ia melakukan hal yang mencurigakan,' batinnya. "Oke, deal. Aku akan mengingat kata-katamu, oke? Silakan kau tidur di ruang tengah, aku akan mengunci dapur, kamarku, dan pintu depan, oyasumi."
"H-hei tunggu!"
Lev sudah memanggil, namun Yaku sudah pergi untuk mengunci dapur, dan akhirnya pergi ke ruangannya sendiri, Lev menghela napas berat.
Ini akan menjadi malam yang panjang ...
(To be continued ...)
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Servilliance : Story Between A Demon And A Witch (Haikyuu!! FF) ✔
Fiksi Penggemar"Aku ini manusia biasa, tidak lebih, tidak kurang." Entah sudah berapa kali aku berkata demikian, berusaha meyakinkan diriku sendiri akan hal itu, namun nyatanya, aku hanyalah membohongi diriku sendiri. Semua yang ada di depan mataku ini nyata, mul...