Pernah merasakan kesialan yang bertubi-tubi? Atau pernah bertemu seseorang yang selalu membuat mu sial?
Jika merasa sebagai pembawa sial, mungkin kamu sama dengan dia.
Perempuan bertubuh jenjang dengan pakaian lengkap seragam perkantoran dan rambut yang di sanggul agak berantakan. Perempuan yang memiliki nama lengkap Batrisia Narayana, dan orang-orang memanggilnya Nara.
Perempuan berumur 23 tahun itu tengah duduk di salah satu kafe kota Jakarta timur, yang kini ramai pengunjung. Ia sedang menyeruput kopi Cappuccino kesukaannya, berusaha menghilangkan rasa penat juga rasa kesalnya, pasalnya hari ini begitu menyialkan bagi dirinya.
Untuk ke dua puluh kalinya, Nara harus di PHK dari tempat pekerjaan-nya. Sudah bisa di bayangkan sesial apa nasib Nara bukan? Semenjak lulus SMA hidupnya memang penuh cobaan dan kesialan, yang sayangnya masih berdampak hingga kini.
Bukan hanya di PHK dari pekerjaannya, tapi kesialan lainnya adalah saat ia hampir jatuh dari tangga kantor tempat kerjanya—atau lebih tepatnya—mantan tempat kerja dan hampir tertabrak bus di jalan raya saat menyebrang. Sebegitu na'asnya hidup Nara sampai ia harus selalu waspada akan datangnya marabahaya yang menjadi sesuatu yang paling sial. Dan hal itu terjadi bukan hanya sekali dua kali, melain kan setiap harinya ia selalu akan mengalami hal-hal yang hampir merenggut nyawanya.
Ya tuhan, demi apa pun. Manusia mana yang mau menukar hidupnya dengan hidup Nara yang begitu ekstrim dan anti mainstream ini? Bagai hidup seperti Leri—Lobster di film kartun Spongsbob Squerpants.
Di umur 23 tahun seharusnya Nara sudah mapan dengan pekerjaan yang di sukainya. Namun realita tak seindah ekspetasi, Nara yang sangat menginginkan bekerja sebagai Arsitektur ternama, hingga kini belum tercapai, bahkan menjadi pegawai kantoran saja, ia harus di PHK berkali-kali.
Entah karena takdir atau karena ia adalah pembawa sial. Pasalnya, ia ingat betul saat tahun terakhir bersekolah di SMA, ia di jauhi teman-teman karena rumor Si Pembawa Sial. Dan Nara menyadari itu saat ia mulai beranjak dewasa. Melalui masa kuliah sebagai seorang introvert karena masih terhantui oleh jati dirinya yang membawa sial bagi orang lain dan bagi dirinya sendiri.
Nara tak pernah berpikir kalau ia terkena guna-guna atau semacamnya. Ia masih mampu untuk menjalani hidupnya selayaknya orang normal, dan ia juga tak pernah mau berpikir negatif tentang dari mana asal kesialannya. Ia hanya berpikir secara logika, bahwa kesialan datang karena kecerobohan. Nara memang selalu begitu, Ceroboh.
Nara menghela nafasnya sejenak, menikmati alunan musik yang ia kenal berjudul Akad, lagu yang baru beberapa detik yang lalu menggema ke seisi ruangan. Lagu yang dirilis 9 tahun yang lalu, saat Nara masih duduk di bangku kelas 10. Dan saat pertama kali memdengar lagunya, saat itu Nara tengah berada di sebuah rumah makan bersama adiknya, dan ia ingat betul hari itu. Hari dimana persahabatannya hancur. Dan ketika tengah mengunyah makanan yang terasa hambar, lagu berjudul Akad itu mengalun. Lagunya memang tidak ada sangkut pautnya dengan suasana hatinya saat itu, tapi lucunya, lagu itu memiliki nada yang terdengar semangat dan energic yang mampu menaikan mood Nara seketika saat itu.
Ya... Walau lagu lama, ternyata kafe ini memang senang bernostalgia dengan masa lalu ya. Tidak heran, sih, karena kafe yang di tempati Nara sedari tadi memang mengusung tema unik dan antik. Nuansa yang berbaur dengan tahun 90 dan 2000-an. Musik yang bersenandung juga milik musisi ternama pada tahun lampau tersebut. Yang memang hingga sekarang, tak jarang masih banyak orang yang menyukainya. Dan memang, terkadang masa lalu mudah sekali untuk di ingat juga sangat nyaman untuk di nikmati dan sangat sulit di lupakan, terutama kenangan terburuk—yang mungkin saja—orang lain hidup tak tenang di masa depannya.
Bila nanti saatnya tlah tiba
Ku ingin kau menjadi istrikuBerjalan bersama mu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana, kemari dan tertawaJika waktu berpisah tlah tiba...
Nara mengangguk-angguk lalu menyeruput kopi di cangkir yang ia pegang. Menikmati setiap nada dan arti lagu yang mungkin terlalu mengenaskan untuk di dengar Nara, karena kesialan mungkin, hidup Nara bahkan tidak mengenal apa itu cinta.
Tuhan... Kapan Nara mendapat jodoh? Terkadang Nara bergumam begitu, saat meratapi nasibnya.
***
Nara berjalan gontai tanpa alas kaki, rambut yang pagi tadi tersanggul rapi kini terurai tak beraturan. Sesekali ia mengerang kesal, meratapi peristiwa menyedihkan hari ini. Seolah benar-benar ia adalah orang terkutuk.
Setelah beristirahat di kafe tadi, Nara tak langsung melangkah pulang. Ia berniat untuk mencari pekerjaan baru hari itu juga, bagaimana pun ia masih membutuhkan uang untuk esok dan lusa atau waktu berikutnya. Jika ia berleha-leha setelah di PHK, bisa-bisa ia tak bisa hidup di kota ini. Kota Jakarta yang kejam.
Tapi sayangnya, niat baik yang menyemangati setiap langkahnya selalu nihil tanpa hasil yang baik. Hari ini ia tak mendapat pekerjaan, tak apa, itu bisa di maklumi. Tapi tidak untuk kesialan selanjutnya. Saat high heels yang di kenakannya patah dan rusak dua-duanya, ia sampai malu saat orang-orang menatapnya dengan hinaan tersembunyi. Tak sampai di situ, karena sepatu haknya itu rusak, ia hampir di kira gelandangan baru oleh Satpam perusahaan yang di datanginya. Terlihat sangat bodoh saat Nara memaksakan untuk masuk tanpa alas kaki. Ia begitu malu, dan pada akhirnya tiga perusahaan yang ia lamar tak mau menerimanya.
Alasannya cukup aneh. Yakni, "aku tak mau menerima pegawai tanpa alas kaki. Memalukan."
Lalu, "sepertinya, anda harus mencari alas kaki terlebih dahulu sebelum memasuki perusahaan saya,"
Dunia kejam! Sampai kapan ia harus di landa kesialan seperti ini? Nara hampir mengumpat sepanjang perjalanan pulangnya. Besok ia harus mencari pekerjaan lagi, sepertinya ia ingat kalau listrik sebentar lagi akan habis dan beras mungkin... Sisa satu liter dan... Ini akhir bulan, tentu saja uang sewa kosan harus ia bayar.
Nara menggaruk kepalanya kuat-kuat, mencari ketenangan walau sedikit. Tapi nihil, kepalanya justru semakin panas. Ia tak bisa berpikir jernih sekarang. "Sial!" pekik Nara. Untung saja jalan sekarang tengah sepi, dan lebih tepatnya Sangat Sepi.
Satu meter lagi ia berjalan, ia akan sampai di kosan sewaannya. Ia berniat segera menuju kasur dan beristirahat, menghentikan sejenak kesialannya yang melanda. Namun langkahnya terhenti saat ia mendapati seorang anak laki-laki yang tengah duduk di pinggir terotoar sambil menunduk dan memeluk kedua kakinya yang tertekuk.
Nara pikir, sepertinya anak itu tersesat atau semacamnya. Mungkin saja, Nara bisa membantu anak itu. Sebentar lagi malam akan tiba, tidak mungkin Nara mbiarkan anak kecil seperti itu berdiam di jalanan begini kan? Kalau ada yang menculik kan kasihan.
"Hai, dik. Kamu kenapa?" tanya Nara mencoba dengan nada yang di lembut-lembutkan.
Anak laki-laki itu mendongak. Menatap datar dan begitu dingin ke arah Nara. Tatapan yang mengintimidasi. Nara sedikit tersentak melihat wajah anak itu, seperti hantu pikir Nara. "Kamu... Baik-baik saja?" tanya Nara masih berusaha berkomunikasi dengan anak manusia ini, Nara harap begitu.
Di lihat dari wajahnya yang dingin dan pucat membuat Nara sedikit ragu bahwa anak ini adalah manusia. Ya ampun, jangan sampai pikiran buruk ini benar. Batin Nara berusaha mengusir pikiran anehnya.
"Kau di kutuk!"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One
Teen FictionBatrisia Narayana, seorang perempuan berumur 23 tahun yang memiliki kehidupan abnormal. Tapi selalu berusaha baik-baik saja. Bagaimana tidak di sebut abnormal, kalau hari-harinya di penuhi kesialan? Seperti: hampir jatuh dari tangga di lantai dua...