"A mother gives you a life, a mother-in-law gives you her life."
― Amit KalantriI wrote this to every single mom who have to raise their son/daughter alone. I admire them. I can't even taking care my own ass.
*****
Phloi Vongviphan berjalan ke mobilnya dengan wajah masam.
"Antarkan saya pulang" ujarnya sambil duduk di dalam mobilnya.
"Bu-"
Phloi mengangkat tangannya. Dia memerintahkan sekretarisnya untuk diam. Sekretarisnya menatap wajah Phloi yang berubah gelap. Phloi memijat kepalanya dan menunduk. Sekretarisnya mendesah. Dia memutuskan untuk diam dan tidak menanyakan bagaimana hasil pertemuan antara Phloi dan Forth.
Perjalanan menuju rumah kediaman keluarga Vongviphan terasa mencekam. Tidak ada yang berani mengatakan apapun. Mereka bahkan bisa mendengar suara ban yang bergesekan dengan aspal.
Phloi Vongviphan keluar dari mobil tanpa mengatakan apapun. Sekretarisnya hanya bisa menatap punggung Phloi yang menghilang ke balik pintu rumah kediaman keluarga Vongviphan yang megah.
"Sepertinya tidak berjalan baik" gumamnya sebelum dia masuk ke dalam mobil dan memutuskan untuk pulang.
****
Phloi Vongviphan berhenti di lorong menuju ruang kerjanya. Dia menatap jam ditangannya. Pukul 1 pagi. Lagi-lagi dia melihat lampu kamar Beam belum mati. Dia mendesah kesal dan berjalan ke kamar Beam.
"Apa kamu berniat cepat mati?" ujar Phloi sambil berdiri di pintu masuk kamar Beam. Beam tidak mengatakan apapun. Dia memalingkan wajahnya dari buku di depannya dan menatap ibunya tanpa eskpresi apapun.
"Haruskah Mae mengirimmu ke luar negeri agar kamu tidak harus memikirkannya"
Phloi tertegun ketika dia melihat Beam menatapnya panik. Phloi menggeleng. Beam bahkan tidak peduli ketika dia mengambil handphone dan mobilnya.
"Beam.... Akan mencoba untuk tidur" ujarnya sambil menunduk.
Melihat bagaimana ibunya tidak berubah, Beam tahu bahwa Forth telah gagal meyakinkan ibunya. Dia mengigit bibir bawahnya. Hanya dengan membayangkan dia tidak bisa melihat Forth selama bertahun-tahun, Beam merasakan hatinya terasa sakit. Beam meremas jemarinya, mencoba untuk tidak menumpahkan air matanya di depan ibunya.
Phloi Vongviphan berdiri dan menyaksikan Beam menundukkan wajahnya. Dia bisa melihat air mata Beam yang siap tumpah kapanpun. Dia mengepalkan tangannya kesal. Perkataan Forth terngiang di kepalanya.
"Saya ingin membuatnya bahagia" ujar Forth sambil memperlihatkan foto Beam yang tersenyum malu pada Forth.
Phloi berdecak. Beam tidak pernah sekalipun memperlihatkan senyum padanya tapi dengan mudah memberikan senyum pada Forth. Phloi berjalan ke jendela Beam dan membuka jendelanya. Langit malam begitu gelap. Seperti suasana hatinya.
"Kamu pasti membenci Mae" ujarnya.
Beam terkejut dan menatap ibunya.
"Tapi Mae punya alasan Mae sendiri" Phloi Vongviphan mengatakannya tanpa menatap Beam. Beam bangun dari duduknya dan menyentuh tangan ibunya.
"Kenapa? Kenapa Mae tidak pernah mempercayai Beam?" ujarnya dengan suara bergetar dan air mata yang akhirnya tumpah.
Phloi terkejut sesaat. Tapi kemudian dia mendesah dan berjalan mendekat ke arah Beam. Dia mengusap air mata yang mengalir di pipi putra satu-satunya. Beam menatapnya dengan perasaan terluka dan itu juga melukai hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perseus dan Andromeda
FanfictieCerita tentang Forth sang Perseus yang mencoba menyelamatkan Beam si Tampan Andromeda dari ibunya Cassiopeia yang ambisius. Tapi bagaimana jika sang Andromeda tidak ingin diselamatkan? karakter milik chiffon cake. cerita ini tidak cocok untuk anak 2...