Chapter 1

39 6 0
                                    

Air mataku yang menetes dan mulai membasahi kedua pipiku, ketika melihat seorang laki-laki yang berjalan ke arahku dengan luka yang dia bawa.

Luka yang dimaksud adalah patah hati. Kulihat, dia mulai membawakan pisau dan menusuk dirinya sendiri.

Sontak, diriku langsung kaget dan mulai menangis lagi lebih keras ketika melihat dia memelukku dengan luka yang dia tancap.

Maafkan aku......

Itulah kalimat yang dia ucap kepadaku sambil menghembuskan nafas terakhirnya.

***
Tiga bulan yang lalu....

Kupu-kupu menari di atas bunga yang indah.
Bagaikan magnet kutub utara dan selatan yang saling tarik menari

Disinilah, aku pertama kali bertemu dengan seseorang yang membuatku jatuh hati kepadanya. Bukan hanya itu, aku merasakan jantung berdebar-debar ketika aku melihat dia berjalan ke arahku.

Entah kenapa, aku tidak bisa mengontrol hatiku sekaligus jantungku yang berdetak sangat cepat.

Tap....tap....tap....

Dia sedang berjalan ke arahku.

Deg....Deg....Deg....

Senyumannya, yang sangat indah, membuatku wajahku menjadi merah merona.

"Hei..... Kamu pasti Melanie kan?"

Pertanyaan yang dia tanya kepadaku, aku langsung mengangguk sambil balas senyuman.

"I....iya. Kamu pasti Bakti kan? Dari kelas sebelah."

Tidak lupa, aku menanyakan pertanyaan yang sama kepadanya, Bakti.

Iya, Bakti namanya. Dia sama-sama satu kelas denganku, saat ini kami sedang menduduki kelas 12 SMA sekaligus sebentar lagi menghadapi kelulusan. Tak disangka, waktu secepat ini.

"Oh..... Iya betul sekali." Jawab Bakti sambil bersenyum kepadaku.

"Ehmmm.... Ngomong-ngomong, apakah Bakti sudah siap menghadapi ujian nanti?" tanyaku dengan penasaran.

"Iya.... Sepertinya begitu." jawabnya.

"Wow.... Baguslah. Kuharap Bakti, bisa mengerjakan ujian dengan baik ya." kataku sambil memberikan semangat untuknya.

"Iya.... kamu juga ya, Melanie. Oh iya, aku ke kelas dulu ya." balas Bakti.

Senyuman dan sapaannya, membuatku menjadi ingin bertemu dengannya tanpa henti-henti.

Teng.... Teng.... Teng....

Istirahat sudah berakhir, sudah saatnya bagi kami harus kembali ke kelas untuk belajar persiapan ujian nasional. Walaupun, kedengaran sangat bosan tetapi harus tetap menghadapi karena tinggal selangkah lagi untuk menghadapi kelulusan.

"Hei... Kayaknya aku lihat kamu suka sama dia deh...." kata teman terdekatku, Aisha.

Aisha adalah teman sekelasku sekaligus teman terbaikku. Dia adalah orang pertama, yang peduli denganku dan apapun masalah yang ku punya selalu curhat dengannya.

"Ehmmm.... Jujur aja sih, kenapa setiap aku melihatnya selalu jantungku berdetak kencang." balasku sambil menutupi wajahku yang mulai merah.

"Ehmmm... Itulah. Aku anjurkan kepadamu. Lebih bagus, kamu nyatakan perasaan kepadanya daripada pendam, sakit loh rasanya...." balas Aisha yang sedang menulis catatan pelajaran bahasa Inggris.

Menurutku, apa yang dikatakan oleh Aisha itu benar. Seharusnya, ketika melihat orang yang aku sukai harus secepatnya menyatakan perasaan kalau tidak akan sulit bagiku untuk pendam perasaan yang cukup lama.

DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang