Lampu berkelap-kelip di aula sekolahku, para tamu undangan yang termasuk para siswa-siswi datang dengan pakaian yangsangat glamour. Mulai dari berpakaian gaun sampai tuxedo. Itulah pesta perpisahan yang diadakan di sekolah kami sebelum
besok merayakan kelulusan.
Termasuk aku, juga memakai gaun yang sudah kubeli jauh-jauh hari. Alasanku membeli gaun berwarna merah karena terke-
san sangat glamour, bahkan juga Aisha memakainya.
Pesta telah dimulai, para siswa-siswi langsung duduk yang telah disediakan. Aku duduk dekat Aisha sementara aku lihat
Bakti menuju ke arah tempat kami duduk. Tanpa ragu-ragu, dia duduk disebelahku. Kulihat, ekspresi wajahnya yang keliha-
tan senang dan kalau dipikir-pikir pasti dia mau bertemu dengan ceweknya.
"Yuk, kita pindah tempat!" ajakku kepada Aisha.
"Kenapa pindah? Kita kan memang duduk disini.... " tanya Aisha.
"Ayolah....!" kataku sambil menarik tangan aisha untuk pergi.
Duh....
Kenapa harus seperti begini?
Pesta sedang berlangsung, ada yang mulai menari, foto bersama, dan minum bersama. Sangat meriah, karena acara tersebut
dibuat sangat kreatif oleh tim dekorasi termasuk aku.
Ketika aku sedang berbincang dengan Aisha, Bakti menuju ke arah kami.
"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Bakti.
"Aku kesana dulu ya, nanti kamu menyusul." kata Aisha sambil berjalan ke tempat kerumunan keramaian.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyaku.
"Bagaimana? Apakah kamu mau?" tanya Bakti.
"Mau apa? Aku tidak mengerti maksudmu? Oh aku lupa kasih tahu kamu, setelah lulus sekolah, aku akan pindah ke kota
untuk kuliah disana. Mungkin kita tidam akan bertemu lagi." jawabku dengan perasaan yang mulai emosi.
"Iya, aku mengerti. Maka dari itulah, kamu harus memberikan kepastian kepadaku."
"Sudahlah.... Aku sudah memberikan jawaban untukmu. Dan, jangan pernah muncul didepanku lagi." balasku sambil men-
geluarkan air mata.
Aku tidak mengerti.....
Apa maksud yang dikatakan olehnya?
Yang pasti aku tidak akan bertemu dengannya lagi....
***
Pesta sudah selesai, waktunya bagi kami untuk pulang ke rumah. Tidak terasa, tiga tahun di sekolah sudah berlalu melalui
kebersamaan dengan penuh suka dan duka. Sama seperti halnya diriku.
Kulihat jam dindingku telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Waktunya bagiku untuk tidur.
Ketika aku ingin menutup mataku, diriku langsung teringat kado yang diberikan oleh dia.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung membukanya. Aku melihat ada setangkai bunga putih yaitu tulip dan sepucuk surat.
Ketika aku melihat isi surat, diriku langsung kaget dan mengeluarkan air mata.
Happy birthday Melanie
Maafkan diriku, kalau selama ini apa yang ku lakukan terhadap kamu itu benar-benar menyakitimu.
Maafkan diriku, yang sebenarnya tidak tahu kalau ada yang menyukaiku.
Maafkan diriku, yang tidak peka kalau dari awal kalau kamu menyukaiku.
Seharusnya, aku tidak menyukai wanita lain sebelum dirimu.
Aku harap kamu bisa memberikanku kesempatan satu kali lagi.
Aku mau kita bersama seperti yang kamu lakukan terhadapku saat itu.
Kutunggu jawaban darimu....
Aku akan menunjukkan sesuatu hal kalau aku benar-benar menyukaimu.
Dari Bakti
Diriku menangis tersedu-sedu, setelah aku mengetahuinya.
Oh Melanie....
Betapa bodohnya dirimu....
Kalau dia sebenarnya menyukaimu....
Kring....Kring....Kring....
Suara handphoneku berbunyi, dan kulihat sebuah panggilan dengan nomor yang tidak kukenal.
"Halo, Melanie. Ini Haikal, temannya Bakti. Maaf mengganggu sebentar, apakah kamu ada melihat Bakti? Karena salah
seorang penghuni dirumahnya mengatakan kalau dia belum pulang sama sekali."
"Dia belum pulang?! Tunggu, jangan-jangan!"
Entah kenapa firasatku menjadi tidak enak, aku langsung melompat diriku dari tempat tidur dan bergegas kembali ke seko-
lah.
***
Sesampainya disekolah, aku langsung ke aula. Mencari Bakti, dan berteriak namanya sekencang-kencangnya.
Bakti....Bakti....Bakti
Dimana engkau berada?
Aku ada disini....
Tap... Tap... Tap
Aku mendengar suara sepatu yang sedang menuju kearahku. Tak lain adalah dia.
Air mataku yang menetes dan mulai membasahi kedua pipiku, ketika melihat seorang laki-laki yang berjalan ke arahku den-
gan luka yang dia bawa.
Luka yang dimaksud adalah patah hati. Kulihat, dia mulai membawakan pisau dan menusuk dirinya sendiri.
Sontak, diriku langsung kaget dan mulai menangis lagi lebih keras ketika melihat dia memelukku dengan luka yang dia tan-
cap.
Maafkan aku......
Tidak...............!
***
Satu tahun kemudian....
Melihat jarum jam telah menunjukkan pukul satu siang, aku langsung panik karena diriku akan terlambat pergi kuliah.
Terpaksa, aku berlari cepat agar tidak terlambat. Ketika aku berlari sambil memperhatikan buku kubawa, tanpa sengaja diri-
ku menabrak seseorang sehingga membuatku terpental. Buku-buku yang kubawa berhamburan sehingga membuat diriku
langsung panik dan segera membereskan buku dibawa.
Saat aku membereskan bukuku, tanpa sengaja diriku kaget melihat wajah seorang pria yang tidak asing dan sangat kukenal.
Pria itu langsung menuju kearahku dan langsung membantuku. Aku hanya diam saja dan melihatnya. Lalu, dia langsung
memberikan bukunya kepadaku.
"Hai, senang bertemu denganmu. Namaku Bakti. Sampai ketemu nanti." kata Bakti sambil bersenyum kepadaku.
Senyuman itu membuatku kembali balas senyumannya.
Senyumannya yang indah....
Membuat diriku teringat dirinya....
Oh, inikah hanya mimpi?
Senang bertemu dengannya....
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu
RomanceEntah kenapa aku selalu memikirkanmu tanpa berhenti, ingin sekali bersamamu walaupun banyak rintangan....