Chapter 3

10 3 0
                                    

Bab 3

Tik....tik....tik....

Bunyi hujan di atas genting....

Hujan yang tidak bisa berhenti mengalir di atas atap rumahku. Membuat hawa udara menjadi dingin dan lembab yang menusuk tulang rusukku hingga hampir membuatku tidak bisa bergerak sama sekali.

Duh....
Koq aku menjadi nangis sih....
Gara-gara dia...
Seharusnya, aku tahu diri dong...
Kalau dia sudah menyukai gadis lain....

Entah kenapa air mataku langsung keluar dan ingin menangis sekeras-kerasnya tetapi hanya kulakukan teriak di bantal agar suaraku tidak kedengaran.

Kalau begini terus, bisa-bisa aku menjadi galau karena dia....

Aku harus memutuskan sesuatu....

***
"Melanie, matamu bengkak deh..... Kamu kenapa? Pasti gara-gara dia lagi kan?"

"Huh....Huh....Huh.... Aku harus gimana, Aisha?"

"Makanya, jangan baper kalau lihat cowok yang membuatmu jatuh cinta. Tuh kan, jadi gini?!"

"Apakah aku harus melupakannya?"

"Begini ya.... Bukan berarti aku bermaksud menyetujui saranmu, tetapi kamu harus benar-benar melupakannya karena kamu sendiri punya masa depan. Jadi, pikirkan kedepannya jangan pikirkan dia lagi...."

Menurutku, apa yang dikatakan oleh Aisha, itu benar. Demi kebaikanku, aku harus melupakannya.

Iya....
Aku harus melakukannya....
Demi kebaikanku sendiri....
Aku harus melupakannya....

Apakah aku bisa melupakannya?

Hari demi hari, aku berusaha mencoba melupakannya, walaupun dia kadang berpapasan didepanku, aku berusaha menghindarinya.

"Mel, aku butuh bantuan nih.... Kamu mau bantu aku?"

Mendengar pertanyaan itu, membuatku bingung ingin membantunya atau tidak. Tetapi, entah kenapa aku sangat ingin membantunya ya....

"Mau bantu apa, Bakti?" tanyaku sambil bersenyum kepadanya.

"Begini, sebenarnya aku ingin kamu mencarikan kado spesial untuk seseorang yang kusukai, kamu maukan?" tanya Bakti.

Lagi, pertanyaan itu membuatku  sakit hati....

Kenapa aku harus membantunya hanya karena gadis yang dia sukai?

Bagaimanapun aku jadi tidak nyaman, jika aku menolak tawarannya....

"Baiklah.... Kebetulan aku tahu koq... hadiah apa yang harus kubeli untuk dia he he...." jawabku dengan terpaksa.

"Bagus.... Kalau begitu, nanti sore kita sama-sama pergi ke pasar malam ya untuk belanja." balas Bakti sambil bersenyum kepadaku.

"Baiklah, Bakti."

Seperti diriku, yang mulai masuk lubang kegelapan dan tidak tahu harus berbuat apa-apa karena rasanya terjebak di dalam kegelapan....

***
Malam itu di pasar malam, aku dan Bakti mencari sesuatu untuk kado atau hadiah yang harus dibeli oleh Bakti.

Kami mencari seluruhnya, tetapi tidak ada yang cocok untuk dibeli namun ada satu solusinya.

"Ngomong-ngomong, gimana kalau hadiahnya ucapan saja? Lebih terkesan gitu...."

"Ehmmm gimana ya? Aku ikut apa yang kamu katakanlah ya he he...."

Eits.... Tunggu dulu.... Bukannya kasih sebuah ucapan terdengar romantis dibanding kasih kado....

Duh! Harusnya aku tidak kasih saran itu ke Bakti....

Apa boleh buat! Nasi sudah jadi bubur....

Maukah aku yang tulis ucapannya ya?" tanyaku.

"Ehmm.... tidak usah, biar aku saja ya. Terima Kasih saranmu ya, Melanie...." kata Bakti sambil tersenyum kepadaku lagi.

Waduh.... Gimana dong?! Kalau kayak gini, aku bakal galau dalam hidupku. Ini tidak bisa.... Aku harus menghentikannya....!

***
Teng.... Teng.... Teng....

Di jam istirahat, aku pergi ke kelasnya Bakti, dan aku mengintip, dia sedang sendiri dan membuat kutipan kalimat untuk gadis yang dia sukai.

Setelah menulisnya, dia menyimpan di lacinya. Kulihat, dia langsung pergi keluar kelas. Dengan cepat, aku pergi bersembunyi agar tidak ketahuan.

Karena dia sudah pergi, jadi aku langsung masuk ke kelasnya. Dengan cepat, aku melihat catatannya di lacinya.

Kau bagaikan bidadari di surga sedangkan aku adalah pangeran di bumi.

Kuharap kita bisa bersama.

Entah kenapa, setelah aku melihat tulisannya menjadi membuatku patah hati. Ingin rasanya, kurobek kertas yang dia buat....

Satu.... Dua.... Tiga....
Kuakan robek kertasnya...

Tetapi ku urung niatku...
Karena tidak tega....

"Hei.... Melanie, apa yang kamu lakukan?"

Diriku kaget, ketika melihat Bakti tiba-tiba muncul dari belakangku. Aku langsung menyembunyikan kertasnya di kocek celanaku.

"Oh.... hei Bakti, aku sedang mencari sesuatu yang hilang nih!" jawabku.

"Okay, mari kita cari...."

Sebenarnya, aku juga merasa tidak enak kalau membohonginya.  Tetapi, sudah terlanjur, apa boleh buat....

Saat kami sedang mencari sesuatu hilang di seluruh meja di kelas, tanpa sengaja kepala kami  saling terantuk yang membuat nyeri kepala.

"Auww...." seru kami berdua.

Tetapi, anehnya kepalaku tidak terasa sakit ketika terantuk mengenai kepalanya.

Entah kenapa, kalau kepalaku terantuk sama dia rasanya tidak sakit ya....

Oh kepalaku...
Kenapa mataku rasanya berkunang-kunang ketika melihatnya?
Apakah mungkin keajaiban?

"Melanie.... Apakah kaamu sudah menemukannya?"

Pertanyaan itu, membuatku berhenti melamun.

"Owh...Sepertinya hilang.... Dan kayaknya... Jangan dicari lagi deh...." jawabku.

"Okay baiklah.... Sepertinya sebentar lagi istirahat akan selesai. Sebaiknya, kamu segera masuk kelas he he...." balas Bakti sambil bersenyum kepadaku.

***
Sementara itu, dikelas.

Sepertinya aku merasa bersalah dan seharusnya aku tidak mengambil kertas itu. Dan, dia pasti mengira kalau aku mengambilnya. Duh.... Aku harus kembalikan itu kepadanya.

"Hei.... melamun lagi ya kamu....! Kamu ini....." kata Aisha sambil mencubit pipiku.

"Aduh.... kenapa sih...." jawabku.

"MELANIE....!"

Sumber teriakan itu berasal dari guru kami. Beliau adalah guru killer pernah kulihat.

"Sini kamu....! Heran ya, kamu dari tadi ngomong nggak perhatiin....!"

"Maaf bu...."

Terpaksa aku harus kedepan, dan mengerjakan matematika yang sebenarnya tidak kumengerti. Syukurlah, bel berbunyi yang menandakan jam pelajarannya berakhir.

Tanpa ragu-ragu, aku langsung mencari Bakti. Ketika aku sedang mencarinya, aku melihat dia sedang bertatapan mata dengan gadis yang dia sukai.

Tak lama kemudian, Bakti langsung memeluknya dengan senyumnya yang sangat lebar. Orang-orang melihatnya langsung bertepuk tangan.

Oh tidak....
Kenapa aku merasa ingin mau mati ya?
Rasanya jantungku mati rasa...
Apa yang harus kulakukan?

DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang