jeongin turun dari van dengan keadaan tubuh pegal-pegal.
hatinya juga pegal-pegal! lelah sekali rasanya dua jam terjebak di jok belakang hanya berdua dengan hyunjin saja. jeongin letih lahir dan batin.
van menurunkan mereka di depan sekolah, sama seperti tempat berkumpul beberapa hari lalu. barang-barang diturunkan satu-persatu dibantu oleh sopir sewaan. jeongin menekan tombol di ponsel, berniat hubungi salah satu orang yang ada di rumah untuk jemput dirinya.
jeongin dan teman-teman duduk mengemper di trotoar depan gerbang. mata mereka suntuk karena terlalu banyak tidur selama perjalanan. jeongin ingat ia juga sempat terlelap, tapi tidak terlalu lama. tidak saat ada hwang hyunjin yang mengganggu pikirannya.
"jeongin."
panggilan itu kian lama kian terdengar terlalu familiar di telinga jeongin. pemilik suara serupa rumput yang saling bergesek karena terguncang angin mendekat, geser sedikit badan hingga dengkul mereka bersandingan.
hyunjin tersenyum lebar meski kelopaknya bengkak. ia tidur lebih banyak dari jeongin. salah satu alasan jeongin pegal adalah karena hyunjin tidak mau menjadikan apapun sebagai bantal selain bahu kirinya.
jeongin belum tahu saja, ia tidak tidur sesebentar yang ia rasa.
"jeongin, kamu tadi menimpa tubuhku saat ketiduran! lucu sekali wajahmu saat tidur." celetuk hyunjin di tengah keheningan.
jeongin memerah malu. dadanya menabuh drum kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙩𝙢𝙞
Fanfictionsebaik-baiknya mulut adalah untuk dijaga dari informasi yang berlebihan. ©2019