"kenapa kok tiba-tiba bilang gitu?"
percakapan mereka tadi terputus karena dua mangkuk bubur diantarkan. hyunjin dan jeongin makan dalam diam. suasana dingin kendati bubur mereka masih panas.
pindah ke salah satu kafe yang tampak sepi, jeongin raih telapak hyunjin yang berkeringat dingin tanpa sebab.
"gak papa... cuma," hyunjin nyaris tersedak napasnya sendiri. "orangtuaku cerai. aku takut sama pernikahan."
suara hyunjin lirih, lirih sekali. rapuh seperti daun kering yang dipijak hewan liar.
hati jeongin teriris pilu. hyunjin menunduk dalam, hampir jatuhkan air mata saat ia merengkuh pundaknya erat, nyamankan sebuah pelukan hangat diantara mereka.
"nggak papa, hyunjin. nggak papa."
hyunjin sesenggukan, berusaha semakin keras untuk tidak ingat-ingat kenangan buruk yang tertinggal di kediamannya bersama sang ayah seorang sekarang.
"m-maaf. aku harusnya nggak ngomongin ini. i can't help it."
jeongin menepuk punggung hyunjin pelan-pelan, temani laki-laki itu dalam kesedihannya.
hyunjin banyak bicara, tapi ia masih simpan seribu rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙩𝙢𝙞
Fanfictionsebaik-baiknya mulut adalah untuk dijaga dari informasi yang berlebihan. ©2019