Chapter 69

7.9K 902 686
                                        

Dapatkan seri awal buku ini: CHANGED dan CHANGED Side B (sequel) di Gramedia terdekat! Follow juga instagram @changedfanfic dan twitter @rashifakilla

Dapatkan seri awal buku ini: CHANGED dan CHANGED Side B (sequel) di Gramedia terdekat! Follow juga instagram @changedfanfic dan twitter @rashifakilla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku menarik koperku setibanya kami di bandara JFK pada sore hari. Emily dan beberapa orang lainnya menghampiriku memberikan pelukan singkat sebelum kami berpisah dengan satu sama lain. Aku menyaksikan mereka pergi menuju taksi lebih dahulu dengan terburu-buru. Jadi, aku juga memutuskan untuk segera pulang ke apartemenku setelah yakin aku sudah berpamitan dengan mereka semua. Terkecuali Harry.

Aku tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengannya. Setelah apa yang terjadi semalam, aku merasa takut tidak memiliki kemampuan untuk pergi dan kembali pada kenyataan bahwa seseorang sedang menungguku di rumah. Aku belum bisa melupakan ciumannya... Bibirnya... Ini terdengar seperti pengkhianatan tetapi perasaan yang kupendam untuknya lah yang menjadi masalah terbesarku. Ciuman itu mungkin bisa dimaafkan, tetapi jika Nate mengetahui bahwa aku masih menyimpan perasaan cinta yang begitu besar untuk Harry, aku tidak yakin.

Selama di dalam pesawat aku terus memikirkan apakah aku benar-benar menginginkan pernikahan ini dengannya atau tidak. Setelah apa yang kulalui dengannya dalam lima tahun terakhir, apa yang telah dilakukannya untukku dan kasih sayang yang dia berikan, aku tidak mungkin meninggalkannya. Perasaan yang kumiliki untuk Nate memang tidak sebesar apa yang kumiliki untuk Harry, tapi itu tidak bisa menjadi alasanku berpaling darinya. Bersama dengan Harry selalu begitu sulit dan menyakitkan, aku tidak akan bisa berakhir dengannya tanpa harus tersakiti lagi. Satu hal yang aku sadari dari ini semua adalah semakin dalam aku mencintai seseorang, semakin besar luka yang aku rasakan dari perbuatannya.

Harry mungkin cinta terbesarku, tapi dia bukan untukku.

Tapi tiba-tiba saja, seseorang berdiri di hadapanku. Aku mendongak, mendapati Harry yang diam bergeming tanpa bersuara. Ekspresinya tidak terbaca. Apa lagi yang akan dia lakukan? Bukankah dia yang meninggalkanku begitu saja dengan kebingungan tanpa penjelasan apapun? Rasanya terlalu aneh melihat kehadirannya setelah apa yang terjadi pada kami. Bibirnya terbuka, namun ketimbang mengatakan sesuatu, dia justru menyerahkan sebuah kantung bertuliskan nama toko souvenir yang kami datangi beberapa hari lalu di Mammoth.

"Apa ini?"

"Hadiah dari seorang teman." Jawabnya, dan aku menunggu selama beberapa saat sebelum menerimanya. Harry mendesah lega, tersenyum miring padaku. "Sampai jumpa lagi, Ken."

"Sampai jumpa." Bisikku, entah apakah dia mendengarnya atau tidak. Dan sesungguhnya aku menunggu dia untuk memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi tadi malam. Tapi Harry langsung berbalik, pergi membawa kopernya tanpa melihat padaku lagi.

Saat di luar, aku masuk ke dalam taksi dan menantikan sopirnya memasukkan barang-barangku ke dalam bagasi. Aku penasaran dengan benda pemberiannya, jadi aku membuka kantung belanjaan itu dan mendapati sebuah kotak transparan berisikan tusuk rambut dengan hiasan bebatuan berwarna biru dan ungu yang tadinya kupikir dia belikan untuk gadis itu. Aku tersenyum, merasa begitu bodoh. Seharusnya sejak awal aku sudah tahu apa jawaban dari pertanyaanku kala itu. Tidak seharusnya aku mengeluh.

REBELS / CHANGED 2 (sudah DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang