2

71 14 0
                                    

Setiap hari, pertanyaan seperti itu selalu dilontarkan Lova kepada Bibi. Di rumah, Lova tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang pramuwisma yang biasanya Lova memanggilnya dengan sebutan Bibi. Kadang jika kedua orang tuanya tak pulang-pulang, dia di rumah hanya sendiri bersama Bibi saja. Memang, akhir-akhir ini mama dan papa Lova jarang pulang. Yah, mungkin mereka benar-benar sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bagaimana tidak, papa Lova seorang direktur hotel berbintang yang cukup terkenal di kotanya. Sedangkan mamanya seorang pengusahawan terkenal di kotanya. Seharusnya Lova merasa bersyukur karena kebutuhan material Lova dapat terpenuhi semuanya. Namun, Lova merasa muak dengan semua ini. Saat ini, Lova tak menginginkan kebutuhan materialnya terpenuhi semuanya. Lova hanya ingin mama dan papanya ada setiap Lova membutuhkan mereka atu bahkan disetiap waktu. Lova merasa iri kepada teman-temannya karena kedua orang tuanya selalu ada untuk mereka. Bagi Lova, hal seperti itu mustahil terjadi padanya. Nyatanya, saat pengambilan raport kenaikan kelas bulan lalu, raportnya diambilkan oleh Bibi, karena kedua orang tuanya sedang sibuk. Entah apa yang ada dipikiran kedua orang tua Lova, sampai-sampai mereka tak memperdulikan anaknya.

Di sepanjang perjalanan, Lova mengendarai motornya dengan perasaan senang dan agak ngebut sedikit. Dia senang sekali hari ini, karena dia akan bertemu kembali dengan teman-temannya yang sangat dia sayangi. Baginya, teman-temannya lah yang membuat hari-hari Lova menjadi berwarna. Di saat pikirannya melayang-layang dan masuk ke dalam khayalan kejadian-kejadian indah yang mungkin akan terjadi ketika dia tiba di sekolah nanti, tiba-tiba terdengar bunyi .....

BRUUAAAKKK ... !!! suara itu seketika membuat kaget Lova. Ternyata tanpa sengaja, Lova menabrak seorang anak laki-laki. Untung anak laki-laki itu lukanya tidak parah, hanya luka-luka lecet di kaki dan tangannya. "Lo nggak apa-apa ?" tanya Lova sambil membantu anak laki-laki itu berdiri dan membawanya ke tepi jalan. "Nggak kok, Cuma lecet-lecet doang," jawab anak laki-laki itu sambil menahan rasa perih pada luka-lukanya saat ia berdiri. "Oke, maafin gue ya. Soalnya gue buru-buru. Jadi gue agak ngebut dikit," kata Lova yang sedang mengambil kotak P3K dari dalam tasnya. "Yap, lain kali lo jangan ngebut dan ngelamun lagi saat berkendara. Jaga keselamatan lo dan pengguna jalan yang lain. Aww..," rintih anak itu saat luka-lukanya diobati oleh Lova. "Iya iya. Oh ya, kenalkan nama gue Lova Smith panggil aja Lova. Kalo lo ?" ucap Lova seraya mengulurkan tangannya. "Nama gue Edward, Edward James," balas Edward lalu membalas uluran tangan Lova. "Oke Edward, sebagai gantinya karena gue udah bikin lo kek gini, gue bakal nganterin lo ke sekolah. Sekolah lo dimana ?" kata Lova. "Emang nggak ngerepotin lo ?" balas Edward. "Enggak kok, gue kan yang salah," Lova menggelengkan kepalanya. "Oke, sekolah gue di SMP Patriot," jawab Edward sambil membersihkan seragamnya yang agak kotor. "Loh, berarti kita satu sekolah dong. Oke, daripada nanti kita terlambat mending kita cabut sekarang juga," ucap Lova menarik tangan Edward. "Aww ... sakit tau. Oke, gue taruh sepeda gue dulu disana," jawab Edward lalu menunjuk sebuah rumah di seberang sana. "Oke," Lova mengacungkan kedua ibu jari tangannya.

Two pieces of papersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang