Chapter 2

218 44 15
                                    


'itu dia, yeoja yang aku lihat di kamar pas tadi' aku sedikit lega mengetahui aku tidak berhalusinasi

'kau benar melihat seseorang ya?' aku mengangguk

'dangyeonhaji, aku sudah bilang kan kalau aku tidak berbohong' gerutuku sebal

'maldo andwe' aku dan eomma menatap pada eonnie itu

'itu tidak mungkin terjadi' aku dan eomma saling berpandangan bingung

'yeoja ini adalah dongsaengku' kata eonnie itu sambil menunjuk foto di belakangnya

'lalu?' aku tak mengerti

'dia sudah meninggal satu minggu yang lalu, kecelakaan mobil' aku menegang. Tanganku terkepal sampai menunjukkan buku jariku. Tubuhku gemetaran

'maksudmu? Dia sudah meninggal?' eomma memastikan pendengarannya

'ne, aku sendiri yang mengantarkannya ke pemakaman' eonnie itu menatapku aneh

'jangnanchijima eonnie' aku mencoba tertawa, hambar

'aku tidak sedang bercanda' eomma menyentuh bahuku

'gwencanha, tidak apa kau mungkin hanya kelelahan' katanya menenangkan

'kita pulang saja dan istirahat' aku mengangguk pada akhirnya

'masuklah ke mobil lebih dahulu, eomma akan membayar ini' aku mwngangguk dan mwmbawa kantong belanja berisi seragam sekolahku. Kuletakkan dikursi belakang.

'gomawo' samar-samar kudengar bisikan saat aku menutup pintu belakang lalu kurasakan angin dingin bertiup di sekelilingku membuatku bergidik ngeri

'kenapa?' eomma sudah berdiri di sampingku saat aku masih memikirkan apa yang baru saja terjadi

'aniya, ayo pulang' dia mengangguk dan aku segera berlari menuju kursi penumpang. Saat mobil mulai berjalan aku melihat yeoja di kamar pas itu melambai padaku dengan senyum lebar lalu menghilang.

'micheosseo' gumamku berbisik, aku mungkin memang benar-benar sudah gila

******

Aku sedang menyanyikan number nine sambil mencuci rambutku di bawah shower saat suara benda terjatuh dengan sangat keras terdengar. Suaranya dekat sekali. Rasanya di balik tirai bathtub. Tapi aku tidak berani membukanya. Aku membalikkan badanku, membelakangi bathtub yang tertutup itu dan melanjutkan keramasku dalam diam.

Sialnya saat mataku tertutup berbagai kelebat bayangan bermunculan di kepalaku. Semua ingatan tentang film horor yang pernah kutonton terputar kembali. Seakan-akan memang menunggu saat yang tepat untuk muncul.

'braak' lagi-lagi suara benda terjatuh membuatku tersentak. Saat kurasakan sudah tidak ada lagi busa di kepalaku aku segera mematikan shower, menyambar handukku lalu berlari menuju pintu. Tapi memang dasar keras kepala, rasa penasaran ini memaksaku untuk berjalan kembali menuju bathtub. Memang ya penasaran bisa membunuh seekor kucing.

Dengan segenap keberanian aku memegang ujung tirai penutupnya. Angin dingin berhembus membuat bulu kudukku berdiri. Aku menarik nafas panjang, lalu kuhembuskan dengan kuat. Kubuka tirai itu sambil menutup mataku. Bodohnya aku. Perlahan kubuka mataku satu-satu. Dua botol sabun terjatuh membuatku bernafas lega

'anginnya kencang sekali ya sampai bisa mwnjatuhkan botol yang masih penuh' gumamku menenangkan diri sendiri, tertawa hambar karena hal yang tidak lucu

'baiklah park.jiyeon, kau harus segera menyiapkan kebutuhan sekolahmu besok' aku berbalik kembali menuju pintu keluar

'braaak' suara benda terjatuh berulang kembali. Aku menelan ludah. Seingatku botol sabun di bathtub hanya ada dua dan semuanya sudah jatuh. Imajinasiku menjadi liar kembali.

Oh my ghostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang