Chapter 13

132 34 18
                                    


'eomma percaya, hanya saja...eomma pikir kau tidak akan bisa melihatnya lagi' aku mengernyit

'apa maksudnya dengan...lagi?' tanyaku bingung

'sebenarnya ini bukan kali pertama kau ke namwon' eomma menghelas nafas

'saat kecil kau pernah tinggal disini selama beberapa bulan. Dan saat itu appamu belum lama meninggal. Awalnya tidak terjadi apapun, lalu kau mulai bertingkah aneh. Kau selalu kelusr rumah dan bermain di halaman rumah setiap malam. Eomma pikir kau punya teman imajinasi karena kau sering mengobrol sendiri. Mungkin kau menciptakannya karena kau kesepian eomma sering tinggal bekerja dan hanya berdua di rumah dengan halmeoni' eomma menarik nafas panjang

'tapi semua menjadi semakin aneh. Kau beberapa kali menghilang. Kau bahkan pernah mencoba membunuh dirimu sendiri. Kau bilang temanmu yang menyuruhnya. Kau bahkan melukai halmeoni saat dia mencoba mengambil pisau dsri tanganmu' dia memegang tanganku

'eomma membawamu ke psikiater tapi doa bilang kau tidak memiliki masalah apapun. Lalu halmeoni membawa cenayang ke rumah. Dia bilang ada sesuatu yang spesial padamu yang mengundang mereka untuk datang. Dan ada satu yang paling kuat menginginkan dirimu menjadi miliknya' suara eomma mulai bergetar

'cenayang itu bilang kau harus dibawa pergi jauh dari namwon. Tapi kemudian kau mengamuk. Cenayang itu memutuskan untuk menutup penglihatanmu pada hal gaib dan eomma putuskan pindah dari sini' aku mengeratkan genggaman tangan pada eomma

'kesalahan besar eomma membawamu kembali kemari. Seandainya eomma...' aku menggeleng

'aniya, eomma tidak bersalah. Aku bisa menghadapinya sekarang' aku memberikan senyuman menenangkannya

'kita akan baik-baik saja' dia menatapku sendu

'apa karena myungsoo?' tiba-tiba dia tersenyum jahil

'eommaaaaa' rengekku kesal membuatnya terkekeh

'istirahatlah, eomma akan bekerja. Panggil eomma kalau butuh apapun' aku mengangguk

Aku melirik ke arah kim myungsoo tertidur. Kakiku perlahan melangkah mendekatinya. Aku berjongkok menyamakan tinggiku. Kutatapi wajahnya yang pucat. Tanganku tanpa sadar bergerak mendekati wajahnya. Kutelusuri dengan jari telunjukku. Mulai dari alis matanya, bergerak ke tulang hidungnya lalu turun terus ke bibirnya. Aku berhenti lama di bibirnya yang pucat.

'tampan sekali' aku terperanjat saat bibirnya tiba-tiba bergerak membuatku terduduk di lantai

'begitu pikirmu kan?' kedua matanya terbuka

'aku juga berpikir aku sangat tampan' katanya bangga membuat bibirku tanpa sadar mengernyit jijik

'kau baik-baik saja?' aku menghela nafas

'kau baik-baik saja?' aku mengulang pertanyaanya

'seperti yang kau lihat' jawabnya dengan tangan merentang

'kemari' dia menepuk sofa di sampingnya

'ppalli' tamganku ditariknya tak sabar

'ini rumah sakit, jangan berada jauh dariku' katanya menatapku tajam

'memangnya kenapa? Aku sering menghabiskan waktu di rumah sakit menunggui eomma bekerja' dia memutar mata malas

'itu di seoul, kau belum melihat hantu' katanya menoyor kepalaku

'kau lihat itu?' dia menunjuk sesuatu yang mengintip dari kaca pintu

'ada banyak yang seperti itu' sambungnya

Oh my ghostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang