034

16.8K 2K 500
                                    

"Ma, kalo Jeongguk mau nikah, gimana?"

Jeongguk dengar yang di seberang langsung kaget tersentak, buktinya Mamanya tiba tiba nggak ngejawab, buat Jeongguk yang mainin pena kini gigit bibir sedikit.

"Kamu ngingau?" Kata Mama, pelan pelan.

"Ngga," Jeongguk jawab, "Bener, Ma."

"Kenapa?" Mama diseberang nanya lagi.

"Karena Jeongguk cinta, lah."

Jeongguk dengar Mamanya ketawa kecil, pake nada usil dia bilang, "Hayo, siapa kemarin katanya yang ngga mau fokus cari pasangan tapi maunya fokus ke karir ajaa?" Mama lanjut, "Siapa hayo? Anak Mama yang mamanya Jeon Jeongguk, bukan sih?"

"Maaa," Jeongguk manggil, setengah merengek, pelipisnya kini dipijat, senyumnya simpul karena emang bener, Jeongguk bilang begitu. Malu.

Mama ketawa lagi, buat Jeongguk tambah malu buat ngigat itu. Waktu Mama berdehem pelan, Jeongguk tau kini Mama bakal ngomong serius, walau sedikit.

"Kamu yakin?" Mama nanya, "Yakin bener atau masih labil, nih?"

Jeongguk tanpa sadar ngangguk pasti, "Yakin." Katanya, "Jeongguk cinta, soalnya."

"Jeongguk, ini persoalan ngga main main, lho." Mama bilang lagi, nada usil dan guraunya udah hilang ditelan bumi.

"Iya, Jeongguk tau." Jeongguk bilang, ngedarin pandangan ke ruangan hotelnya. "Iya, emang Jeongguk bilang pengen fokus ke karir, tapi kalo pasangan didatangin juga, harus gimana? Jeongguk ngga mau kelambatan atau keduluanan. Jeongguk ngga main main soal ini." Jeongguk lanjut, pake nada serius, sebelum dia ngelanjutin satu kalimat lagi pake nada kecil, "Pengen bangun keluarga sama dia doang, Ma.."

"Dih!" Mama setengah teriak tiba tiba, buat Jeongguk segera ngejauhin hapenya dari telinga. "Bucin kamu, Nak!"

Jeongguk ketawa setengah miris dengar begitu dari Mamanya. Gaul banget, emang.

"Kamu bakal jadi suami," Mama bilang, setelahnya, "Kamu bakal nanggung beban keluarga, kamu bakal jadi ayah, kamu bakal jadi kepala keluarga. Dan semoga, kamu bakal punya cucu."

Jeongguk nyungging senyum. Entah kenapa, waktu Mama bilang begitu, bayangan tentang semua yang Mama bilang dia bentuk barusan di benaknya, sama Taehyung. Mana bisa nahan senyum.

"Jeongguk udah pikirin." Balasnya, "Bohong kalo nggak jadi bimbang, tapi niat Jeongguk lebih kuat daripada itu." Jeongguk jujur. Memang, dia sebelum ini, ngga pernah kepikiran buat ngolah jadi kepala keluarga dan ngolah rumah. Dan jujur aja, itu sedikit buat dia bimbang sama diri sendiri. "Tapi, Ma, kami sama sama nggak berpengalaman, kok. Kalo dia mau, Jeongguk yakin kami belajar sama sama, kok."

Mama ketawa gemas dari Busan. Berucap gimana perasaan dia Jeongguk itu masih dia gendong kemarin, gimana dia ngga nyangka, gimana dia gemas, jadi satu, Jeongguk jadi ngga dengar dengan jelas.

"Yaudah," Mama bilang waktu tawanya reda. "Coba liat sini fotonya."

Jeongguk nurut, ngirim pesan ke Mama tanpa mutusin sambungan telpon

Guk :

Guk :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAJANGNIM? / KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang