052

12.4K 1.6K 230
                                    

"Koo~!" Nada Taehyung ngalun sambil buka pintu ruangan. "Jeongguk~"

Jeongguk disana, tangannya nempel lekat di dahi, kepalanya tertunduk lesu. Pelan pelan didongak kecil, matanya natap nusuk ke Taehyung yang entah kenapa tiba tiba ragu buat ngelangkah masuk.

"Apa?"

Daripada nanya maksud kedatangan, nada Jeongguk seakan nekan dan mempertanyakan kata yang keluar dari mulutnya barusan.

"Uh, apanya?" Taehyung tanya.

Jeongguk decak kecil, tangannya yang bertengger di dahi kini sibak ke belakang dengan sedikit frustasi, buat rambut kelamnya ikut tersibak.

"Kamu tau tata krama? Sopan santun?"

Taehyung berhenti ngelangkah seketika. Mata bolanya ngerjap pelan pelan dan kini dahinya dibuat berkerut kecil.

"M-maksudnya?"

"Maksudnya?" Jeongguk ulang, "kamu panggil saya apa tadi barusan?" Bilangnya lagi, penanya kini seratus persen geletak di meja, langsung diabai sepenuhnya.

"J-Jeongguk?"

Di wajah kerasnya, Jeongguk sedikit tukik matanya, "Beneran lupa tata krama, ya, Taehyung?"

Jeongguk pelan pelan berdiri, langkah pelannya terdengar nyaring masuk ke telinga Taehyung. Kira kira, sepuluh langkah, cowok itu udah berhenti beberapa senti di depan Taehyung. Yang kemudian jaraknya langsung melebar lagi sebab Taehyung melangkah mundur.

"Kenapa mundur?" Jeongguk tanya, coba tarik atensi Taehyung yang tadinya pengen alih muka. "Takut?"

Taehyung geleng, sebelum akhirnya nunduk pelan pelan.

"Saya bukan monster,"

Emang bukan. Cuman iblis doang. Tapi sayang.

"Taehyung."

Taehyung abaikan.

"Taehyung, saya lagi bicara, ngga sopan begitu."

Kan, kan. Taehyung jadi ngumpat kecil dalam hati.

"Tegakin kepalanya, matanya liat sini, kupingnya dengerin, mulutnya jawab, saya lagi bicara."

Akhirnya, tanpa bantahan yang tadinya pengen Taehyung lemparin, dia dongak pelan. Natap Jeongguk yang tatapannya jeda di mata.

"Pinter," bilangnya kemudian. "Kamu takut sama saya?" Dia ulangin.

Harusnyaㅡharusnya, yaㅡyang takut itu Jeongguk. Harusnya Jeongguk yang takut sama Taehyung. Harusnya suami yang tunduk sama isteri. Harusnya begitu.

Tapi Taehyung pikirㅡini bukan Jeongguk yang itu; yang bisa omel dan jambak rambutnya, yang bisa ancam botakin kepalanya, yang bisa didusel dadanya, yang bisa dibucinkan. Bukan, bukan yang gitu. Daripada rasa calon suami, malah rasanya kayak.. Bos.

Dan harusnya, lagi, Taehyung tanya maksudnya. Kenapa Jeongguknya gini? Kenapa Jeongguk jadi gini? Sejak kapan panggilan Koo dan Jeongguk di kantor jadi ngusik dia? Kenapa rasanya Jeongguk ngga kayak Jeongguk? Tapi, rasanya pula, Taehyung seakan ditelan realita. Toh, yang di depan kepampang jelas Jeongguk yang begini ngga begitu.

"Ngga.." akhirnya dijawab pelan.

Jeongguk angkat alis, setengah ngga yakin, tapi akhirnya cuman berdehem dan yakin yakin aja, ngga mau manjangin masalah.

"Ok, balik lagi, masalah kamu tadi."

Taehyung sedikit nahan nafas seketika.

"Honorifiknya, Taehyung."

SAJANGNIM? / KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang