7. Bergiliran Satu Persatu

222K 930 29
                                    

□■□■□

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

□■□■□

Reupload sudah sampai disini ya guys... silahkan baca lengkapnya ada di google play/playbook.

□■□■□

Satu hal yang Mirai tak menyangka akan takdirnya, yaitu harus mengalami hal yang diluar isi kepalanya. Berurusan dengan kakak beradik Kastakota dan harus melayani melayani mereka bertiga dalam tempo seharin penuh dengan waktu yang berbeda-beda.

Ada rasa lelah tak berdaya. Namun, ada satu perasaan yang Mirai tak bisa menjelaskannya. Entah kenapa perlakukan dari ketiganya itu membuat Mirai menjadi terbiasa dan lupa kalau impiannya ingin membangun rumah tangga yang normal.

Sayangnya hal itu akan sia-sia, pasalnya dia sedang menunggu hari dimana dirinya harus menikah dengan ketiga laki-laki sekaligus dalam hari yang yang sama.

"Terimakasih sayang... aku tidak sabar untuk segera menikahimu." ucap Yine disela-sela percintaan mereka berdua beberapa saat yang lalu, kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan Mirai yang kelelahan di atas ranjangnya.

Mirai menatap pintu apartemen itu dengan pandangan yang tak biasa. Semenjak dia sudah membagi tubuhnya untuk kakak beradik Kastakota itu. Mirai harus melayani mereka bertiga setelah Zime pergi ke kantor dan adik-adik Zime selalu berdatangan bergantian.

Padahal semalam Zime dan dirinya bercinta habis-habisan dan membuatnya kelelahan sampai tak bisa bergerak lantaran rasa lelah yang menderanya. Namun, pagi harinya, Yine datang dan mengajaknua bercinta.

Helaan napasnya itu terdengar begitu lelah lantaran percintaan panasnya dengan Yine.

Mirai mengangkat bokongnya dan beranjak dari atas ranjangnya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket akibat ulah Yine.

□■□■□

Di kantor Zime baru saja melihat adiknya yang baru saja datang ke kantor. Keningnya mengerut lantaran baru kali ini dia melihat adiknya itu terlambat sangat lama sekali.

"Kamu terlambat?" ucapnya dengan kening yang mengerut dalam kepada sang adik.

Yine tersenyum lebar seraya mendekati sang kakak yang tengah menatapnya. "Iya, Kak. Lagi ada keperluan penting banget." ujarnya seraya merangkul Gine yang ada di sebelahnya.

Zime tersenyum lantaran baru kali ini melihat Yine begitu sangat riang, dan itu membuatnya ikut tersenyum.

"Ya sudah. Nanti jam satu kamu harus ikut rapat."

"Siap, Pak." Yine langsung tegap dan memberi hormat pada Zime, setelahnya mereka bertiga pun tertawa.

"Kamu ini. Gine, ayo." Zime berujar dan pergi meninggalkan Yine yang sedari tadi tengah tersenyum lebar.

Setelah Zime pergi lebih dulu meninggalkan mereka berdua. Gine langsung menoleh menatap Yine dengan seringaian mengejek. "Hem... jadi, bercinta dengan dia itu sangat penting ya?" sindir Gine yang didapati sambutan tawa dari Yine.

Gine bersidekap menatap sang adik yang terlihat tanpa beban sama sekali. Padahal Gine begitu khawatir, takut Zime pulang dan mendapatkan Yine dan Mirai masih bercinta habis-habisan. Karena Gine tau kalau Yine ini memang nafsu bercintanya selalu saja memuncak.

"Haha... kakak gak usah khawatir, aku bisa atasi semua itu, kok. Tinggal giliran kakak. Soalnya nanti siang aku harus rapat bersama Kak Zime." kening Gine bergautan saat mendengar ucapan Yine barusan. Memang harusnya ia tau kalau Yine berucap seperti itu. Tapi, Gine tidak berpikir kalau ia harus bermain petak umpet seperti ini kepada kakaknya. "Tenang saja, nanti kalau Kak Zime akan pulang, aku akan menghubungi kamu, Kak. Haha. Ya sudah selamat bersenang-senang dengan calon istri kita."

Setelah kepergian Yine. Gine menyeringai saat mendengar kata calon istri kita dari mulut Yine barusan. Meskipun ide itu dari dirinya. Tapi, yang terlihat sangat bersemangat adalah Yine.

"Menarik, sangat menarik. Aku jadi tidak sabar menanti rumah tangga kita yang wow ini." gumam Gine dengan seringaian senangnya.

Entah kenapa jika menyangkut tentang Mirai, Gine semakin tertarik. Ada hal yang unik dari wanita yang akan menjadi calon istri mereka itu. Meskipun Zime masih belum mengetahui tentang ide nyeleneh dari sang adik-adiknya itu, akan tetapi Zime pasti akan menentang kalau ide itu akan Gine kemukaan kepada sang Kakak. Sehingga, Gine dan Yine enggan memberitahukan ide itu kepada Zime.

"Gine!"

Gine yang masih diam di tempatnya itu langsung menoleh menatap ke asal suara lantaran ia tengah melamun beberapa saat yang lalu tentang Mirai.

"Iya, Kak. Sebentar." Gine pun berlari dan mulai mengikuti Zime dibelakangnya.

Setelah satu jam berkutat dengan berkas yang harus disetujuinya, Gine pun berniat pamit ijin keluar. Zime pun mengiyakan lantaran urusan dengan Gine hari ini tidak ada lagi yang harus diselesaikan. Karena nanti siang Yine lah yang harus ikut rapat dengan Zime. Sehingga Gine pun pergi dengan senyum mengembang karena ia ingin menemui calon istrinya, Mirai.

Selama perjalanan menuju apartemen Mirai, Gine terus bersenandung karena sangat merindukan wanita itu yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

Walaupun istri yang harus ia bagi dengan kakak dan adiknya. Namun, tidak masalah karena Gine ingin Mirai menjadi miliknya.

Ada yang spesial dari dalam diri Mirai, entah apa itu. Tapi, Gine tidak memperdulikannya, lantaran saat ini ia ingin bercinta habis-habisan dengan Mirai.

Tepat di depan unit pintu apartemen yang Mirai tinggali. Gine tengah menghirup udara dalam-dalam dan segera ia keluarkan secara perlahan hanya untuk menghalau rasa gugupnya.

Gine sendiri bingung, entah kenapa setiap kali ingin bertemi dengan Mirai, degup jantungnya begitu berdebar-debar, dan itu membuatnya bertanya-tanya ada apa dengan dirinya? Pasalnya gejala ini belum pernah Gine alami.

Tidak lama kemudian, pintu apartemen itu terbuka lebar setelah Gine membunyikan bell pintu.

Mata Mirai terbelalak saat melihat Gine tengah tersenyum kepadanya. Saat Mirai ingin langsung menutup pintu itu dengan cepat. Gine sudah lebih dulu membawa Mirai masuk dan membungkam mulut wanita itu dengan bibirnya.

Pintu apartemen itu langsung tertutup rapat saat Gine sudah membuat Mirai tak bisa berkutik lantaran sentuhan yang Gine berikan.

Lelah, pasrah dan putus asa, Mirai rasakan saat baju yang ia kenakan sudah teronggok jatuh ke lantai dan kini Gine tengah menciumi seluruh tubuhnya, terutama dibagaian payudaranya. Sehingga membuat dadanya kembang kempis karena Gine mengisap dan menggigitnya dengan pelan, membuat sensasi yang Mirai tidak bisa ia jelaskan.

"Aaaah...," Mirai mengerang saat salah satu tangan Gine menyelinap masuk ke celana dalam Mirai.

Gine menyeringai karena ia berhasil membuat Mirai selalu pasrah setiap kali diajak bercinta.

"Kamu sangat cantik sekali, Mirai. Setiap kamu mengerang dan mendesah seperti ini." gumam Gine tersenyum senang.

Mirai terus mendesah setiap tangan Gine memasuki liang surgawinya. "Apakah kamu ingin yang lebih, sayang?"

"Aaaakh... i-iya."

Gine mengangguk cepat karena memang ia sangat tidak tahan lagi untuk memasuki wanitanya ini. Untuk saat ini, Mirai adalah milik Gine karena seluruh tubuh Mirai tengah dimilikinya. Perlahan Gine membuka seluruh pakaiannya dan bersiap memasuki liang Mirai yang sudah siap ia masuki.

Saat kejantanan Gine tengah memasukinya, Mirai terus meracau, banyak gaya yang mereka lakukan di kursi tamu itu. Sampai pelepasan Gine lakukan, Mirai masih menetralkan deru napasnya yang belum setabil.

"Kita lanjut ke kamar."

Gine tersenyum kemenangan dan membopong Mirai yang tak berdaya itu. "Sampai malam. Sampai Kak Zime pulang, karena dia ada rapat sampai malam hari." lanjutnya memberitahukan ke telinga Mirai.

Mirai hanya pasrah dengan hidupnya yang terus berputar melayani Zime-Gine-Yine kakal beradik Kastakota yang mempunyai nafsu tak terhingga itu.


□■□■□

Salam Hangat

(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25

Three My Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang