Zime yang telah menyelesaikan tugas luar kotanya itu, langsung pulang menuju apartemennya, dimana Mirai berada. Rasanya sudah sangat lama sekali Zime belum menyalurkan hasratnya kepada Mirai.
Apalagi selama ke luar kota, Mirai tak juga mengangkat panggilan ponselnya. Namun, saat Zime sudah berada di bawah area parkir apartemennya, laki-laki itu langsung memghubungi ponsel Mirai dan tidak lama kemudian dijawab dari seberang sana.
Senyum Zime mengembang karena diangkat Mirai panggilannya. "Mirai, aku sampai di apartemen. Aku ingin kamu menyambutku harus tanpa pakaian, tunggu aku."
Setelah mengatakan demikian, Zime langsung menutup panggilannya dan segera keluar dari mobil dengan membawa koper yang berisi pakaian serta berkas-berkas kerjanya itu.
Dengan rasa senang, Zime langsung berjalan menuju area lift berada untuk menuju ke lantai dimana unit apartemennya berada.
Sementara di apartemen Zime berada, Kedua kakak beradik itu tengah membereskan semua kekacauan yang mereka berbuat akibat bercinta tak ada henti-hentinya.
Dan Mirai masih bertelanjang bulat diatas ranjang dengan posisi badan yang masih terlentang karena sehabis selesai bercinta dengan Gine.
Yine yang selesai dari kamar mandi melihat Gine yang sudah rapih, membuatnya langsung mengerutkan keningnya bingung.
"Kak, ada apa?" tanya Yine heran. Gine menoleh sebentar ke arah Yine dan kembali fokus membereskan semua pakaian yang berceceran dilantai. Yine mendengkus karena melihat Gine tidak menjawabnya.
"Kita harus pergi cepat sekarang. Kak Zime sekarang ada di parkiran."
"Apa?" teriak Yine dan Mirai bersamaan.
"Sudahlah, kalian jangan lebai." ujar Gine santai membuat Yine gugup karena kalau ketahuan bagaimana? "Yine ayo kita pergi."
Gine dan Yine sebelum pergi menatap Mirai yang masih gugup. "Mirai... lebih baik kamu mandi sana dan bersihkan badanmu karena sebentar lagi Kak Zime ingin bercinta denganmu. Kita pergi ya, dadah." Gine berujar sebelum pergi meninggalkan kamar bersama Yine yang mengikutinya dari belakang.
Mirai seperti sedang berselingkuh dari calon tunangannya. Padahal Mirai diperkosa dan diancam oleh kedua laki-laki itu. Tapi, apakah bisa disebut pemerkosaan? Kalau dirinya menikmatinya dan pasrah begitu saja?
Pemikiran itu Mirai buang jauh-jauh karena saat ini dirinya harus membersihkan diri dan menyambut Zime.
Saat Zime sudah memasuki apartemennya, sambutan pertama adalah apartemennya seperti tak ada penghuninya. Lalu dimana Mirai? Pikir Zime.
Senyuman Zime mengembang saat suara shower dari kamar mandi yang berada di kamarnya membuat Zime langsung melepaskan semua pakaiannya dan bersiap gabung untuk mandi bersama dengan Mirai.
"Calon istri yang penurut! Aku suka." gumam Zime sambil menyunggingkan bibirnya.
Saat pintu kaca bergeser dan membuat suara gesekan itu berbunyi berderit. Mirai yang masih mandi dengan shower yang mengalir ke wajahnya itu, sontak menoleh ke belakangnya. Sayangnya Zime sudah lebih dulu memeluk dari belakang. Sehingga Mirai terpekik tertahan.
"Jadi... sambutan kedatanganku ternyata mandi bersama?" bisik Zime tepat ditelinga Mirai, dengan tangan nakal Zime langsung meremas salah satu payudara Mirai yang sudah basah karena air shower masih mengalir ke tubuhnya.
Tubuh Zime yang sudah ikut basah karena ikut bergabung dengan Mirai tersebut tak membuat keinginannya untuk menyentuh Mirai surut. Justru Zime semakin bersemangat karena sudah lama tidak menyentuh Mirai selama berada di luar kota.
"Aaaah...," desahan Mirai membuat Zime tersenyum dileher Mirai yang sedang diciuminya itu. "Zime...."
"Aku akan menghukum kamu karena berani sekali tidak menerima panggilanku selama aku berada di luar kota. Sebagai gantinya, kita akan bercinta tiga hari berturut-turut, aku akan membuat kamu tidak akan bisa berjalan karena kelelahan." Mata Mirai terbelalak terkejut karena mendengar penuturan Zime, selama dua hari ini Gine dan Yine sudah membuat tenaganya habis karena setiap waktu tak berhenti untuk melayani mereka berdua. Dan kini, Zime ingin bercinta tiga hari berturut-turut dengannya?
Belum juga Mirai berucap apa-apa. Tapi, Zime sudah lebih dulu meremas payudara Mirai menciumi tengkuk leher Mirai penuh nafsu.
Sementara Kedua kakak beradik, Gine dan Yine masih berada di kamar sebelah karena tidak sempat pergi saat Zime memasuki apartemen.
"Kak kita pergi ayo." bisik Yine pelan. Namun Gine masih belum bereaksi karena saat ini pendengaran menangkap suara desahan Mirai yang sudah pasti tengah melayani Zime. "Kak?"
"Tunggu sebentar."
Yine sendiri berdecak pelan karena mau sampai kapan mereka berdua berada di kamar ini? Apalagi mendengar suara desahan erotis Mirai.
Beruntung sekali Mirai, nasibnya akan mendapatkan pelepasan setiap waktu akan nikmatnya surga dunia dari ketiga laki-laki yang berbeda, keluarga Kastakota bersaudara. Lucu memang, tapi memang seperti itulah nyatanya.
"Ayo kita pergi. Sepertinya mereka berdua akan menghabiskan waktu bersama selama tiga hari berturut-turut." ujar Gine sambil bersiap pergi meninggalkan kamar tersebut dengan santai.
Walau sedikit kesal, Yine pun akhirnya menurut. Bukan karena titah Gine. Melainkan mendengar suara desahan Mirai yang begitu merdu, membuat birahinya meningkat saja.
Mereka berdua begitu santai keluar apartemen dan menunggu pintu lift terbuka.
"Kak... kayaknya kita akan lembur dikantor, deh." ucap Yine setelah memasuki lift. Gine menoleh sebentar dan mengangguk pelan. "Seminggu lagi kan Kak Zime akan menikah dengan Mirai."
"Kita juga akan menikah dengan Mirai pada hari itu juga, Yine."
Yine mengerjap gugup saat mendengar ucapan Gine barusan.
"Maksudmu, Kak?"
Gine tersenyum licik, kemudian menjelaskan ide gilanya kepada Yine, sang adik. Rasanya tidak rela kalau Mirai harus menjadi milik Kakaknya seorang. Karena Mirai juga sudah menjadi milik mereka bertiga. Jadi, setelah janji suci antara Zime dan Mirai sudah terucap. Nanti giliran Gine dan Yine selanjutnya yang mengucapkan janji suci bersama Mirai.
Keluarga Kastakota memang gila. Tidak peduli apapun yang terjadi! Yang penting keinginan mereka terpenuhi.
Yine pun mengangguk dengan senyuman nakalnya. Sudah pasti tubuh Mirai yang sudah menjadi candu akan tetap menjadi milik mereka bertiga.
Desahan demi desahan yang Mirai keluarkan membuat Zime semakin bersemangat memompa miliknya ke dalam lubang sempit milik Mirai.
Entah kenapa milik Mirai selalu sempit dan membuatnya ketagihan, sehingga pikiran Zime langsung ingin menjadikan Mirai menjadi wanitanya dan harus memenuhi keinginannya sebagai istri.
Kening Zime mengerut saat melihat ada bekas keunguan di leher Mirai. Keringat yang terus bercucuran di tubuh mereka itu membuat Zime langsung meraba bekas keunguan tersebut.
"Ini apa?" tanya Zime penasaran. Namun, Mirai justru gugup saat Zime menanyakan hal tersebut. Pasti itu adalah bekas gigitan Yine tadi pagi.
Mirai memejamkan matanya masih menetralkan deru napas yang belum setabil akibat percintaab panas yang tak pernah berhenti. Membuat lubangnya sedikit nyeri.
"Itu....."
Senyum Zime pun terbit kembali saat melihat wajah Mirai yang terlihat kelelahan. "Ini pasti ulah semut, nanti aku akan menyuruh pelayan untuk membersihkan apartemen ini."
Mata Mirai terbuka dan menatap manik coklat yang dimiliki Zime. Mirai tenggelam akan tatapan Zime dan mereka berdua kembali saling memagut dan bercumbu karena Zime belum puas setelah pelepasannya karena Mirai tidak akan pernah bisa keluar dari cengkeramannya. Mirai adalah miliknya.
□■□■□Salam Hangat
(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25
KAMU SEDANG MEMBACA
Three My Husband ✅
Ficção GeralWARNING!! 🚫 21+ ⛔Sebagian Part Diihapus!!!⛔ Tersedia di Playstore & Play Books!! [Bijaklah dalam membaca] Mirai Kato Nitinegoro adalah wanita biasa-biasa saja yang hidupnya tak disangka-sangka, karena harus menjalani hubungan yang rumit dengan tig...