•Labirin•

54 8 1
                                    

Kalau memang maunya begini, buat apa kita bertemu dari awal? Kalau hanya aku yang merasakan, buat apa kamu memberi harapan? Tanpa sadar bahwa aku disini menunggu kepastian.


***

Adrea dan Alvaro sudah selesai bermain wahana rollercoaster jadi mereka berniat untuk istirahat sejenak sebelum bermain wahana selanjutnya.

"Adrea, bengong aja nih." Alvaro menepuk pundak Adrea pelan.

Sejak tadi Adrea hanya bengong dan bengong, dia diam tanpa bicara apapun.

"Eh? Maaf hehe." Jawab Adrea memecah lamunan nya.

"Mau minum?" Alvaro tersenyum, sambil menyodorkan sebotol air mineral.

"Lo kapan beli minum?" Tanya Adrea heran.

"Tuh kan, makanya jangan bengong mulu, jadi ga tau kan barusan gue abis dari warung." Ujar Alvaro.

"Maaf hehe." Adrea menyeringai tanpa dosa.

"Emangnya lo mikirin apaan si Dre?" Tanya Alvaro penasaran.

"Ga kok ga apa-apa, udah lupain." Ucap Adrea membuang muka.

Hening.

Gua tau apa yang ada di pikiran lo Drea. Tapi gue ga terima kalau yang ada dipikiran lo itu cuman dia, orang yang gue benci. Batin Alvaro sambil melihat Adrea sendu.

***

Hari sudah menunjukkan pukul 15.30 dan
sore itu Zahra berniat untuk datang ke rumah Adrea.

Zahra langsung menyalakan mesin mobilnya, dengan harapan semoga Adrea berada di rumah.

'hallo Niel, gue lagi di jalan mau ke rumah Adrea.' ucap Zahra di telfon.
'iya Zah hati-hati, btw makasi ya.' jawab Daniel di sebrang sana.
'iya sama-sama'

Akhirnya sekitar 20 menit di jalan, Zahra sampai di tempat tujuan yaitu rumah Adrea. Zahra segera mengetok pintu rumah.

"Assalamualaikum, Adrea." Panggil Zahra.

Hening.

Duh, kok ga dibuka sih, biasanya Adrea seneng kalau gue ke rumahnya. Gumam Zahra sambil memegang dagunya.

"Assalamualaikum Adrea, ini gue Zahra." Panggil nya lagi.

Masih hening, tak ada tanda-tanda Adrea membuka pintu.

Kalau ga ada di rumah lah terus Adrea kemana? Batinnya.

***

"Udah sore Al, kita ga ke perpus?" Tanya Adrea sambil melirik sebuah arloji yang tertempel di tangannya.

"Besok kan bisa." Enteng Alvaro tanpa melirik ke arah Adrea.

"Tapi---"

"Udah ayok masuk aja, giliran kita tuh." Ajak Alvaro, sambil melirik dagu ke arah sebuah rumah hantu.

Adrea hanya bisa pasrah, dia mau tidak mau harus ikut saja, disisi lain dia ingin ke perpus, tapi kenapa disisi lain dia ingin berdua terus bersama Alvaro?

Mereka memasuki wahana rumah hantu. Awalnya Adrea takut, dia bener-bener tidak mau masuk ke wahana yang menurutnya menakutkan itu.

"Lo ga takut apa masuk ke sini?" Tanya Adrea.

Mendengar pertanyaan Adrea, tentu saja Alvaro tertawa. Dia tertawa karena menurutnya pertanyaan tersebut tidak harus di tujukan kepada Alvaro.

"Lho kok ketawa?" Heran Adrea, dan Alvaro masih terus tertawa.

ADREA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang