•A first kiss•

84 9 3
                                    

05.15

Pagi ini begitu cerah, terdapat embun di setiap lekukan daun. Adrea pagi ini baru saja selesai bersih-bersih rumah, dan dia berniat untuk mandi. Namun,

Tok-tok!

"Assalamualaikum!!" Panggil seseorang dari luar rumah, sembari mengetuk pintu.

"Wa'alaikumussalam," sahut Adrea, dan langsung menuju ambang pintu.

Adrea membuka pintu dan melihat seorang laki-laki, siapa lagi kalau bukan Alvaro.

"Alvaro? Lo ngapain ke sini?" Tanya Adrea heran.

"Lo mau ke perpus kan?" Alvaro membalikkan pertanyaan.

"Iya, lah terus hubungan nya sama lo apaan?" Adrea terus bertanya.

"Ya gue mau nganterin lo, masa iya lo sendirian, ga boleh, harus ada gua!" Paksa Alvaro.

Ni orang siapa gue sih? Saudara bukan, pac--- ah intinya bukan siapa-siapa gue juga. Gumam Adrea dalam hati.

"Woy! Gue ngomong juga, malah diem." Alvaro menjentikkan jarinya di depan wajah Adrea.

"Eh? Iya-iya, terserah lo aja deh." Pasrah Adrea, dengan sikap Alvaro.

"Yaudah tunggu gue mau ganti baju dulu." Lanjut Adrea.

***

Adrea mengenakan baju berupa sweater abu-abu, slack garis-garis, dan sneakers putih. Yang membuat dirinya tampak lebih cantik pagi ini.

Drea Lo kenapa cantik banget sih. Batin Alvaro ketika melihat Adrea keluar dari kamarnya, dan sudah rapih.

"Ayok!" Ajak Adrea, Alvaro semakin melongo melihat kecantikan Adrea.

"Al? Hei! Jangan bengong." Adrea melambaikan tangannya ke arah Alvaro.

"Eh? Iya hehe." Jawab Alvaro kikuk.

"Ayok berangkat." Lanjutnya.

***

Terlalu sering untuk Adin merasakan hal seperti ini, mungkin memang dirinya tidak pantas mendapatkan Adrea, dia juga sudah pasrah, mana mungkin Adrea mencintai nya juga? Semua itu ga mungkin, pikir Adin sembari meneguk secangkir kopi hitam pekat di sebuah cafe dekat apartemen nya.

Melihat Adin terus saja berdiam diri, Rasya, sang pemilik cafe tersebut sekaligus teman lama Adin, merasa tidak tega.

"Din, udah dong, Lo jangan murung terus." Ucap Rasya sembari menepuk pundak Adin pelan.

"Lo jangan begini terus dong Din, apa-apaan sih lo!" Lanjut Rasya menyadarkan lamunan Adin.

"Gue ga bisa Sya, ga bisa." Jawab Adin.

Rasya menghembus nafas berat.

"Mending sekarang gini---" Rasya mencoba memberi saran.

"Lo cinta sama dia? Lo sayang sama dia?" Tanya Rasya sembari melihat mata Adin lekat-lekat.

"Banget Sya, banget." Jujur Adin.

"Kalau emang lo bener-bener sayang dan cinta sama dia, lo ungkapin bro, lo jangan diem mulu begini!" Ujar Rasya.

"Tapi gue takut dia ga suka sama gue." Ucap Adin.

"Cih! Jangan pesimis dulu! Lo aja belum tau apa-apa udah mikir begitu, denger ya. Hidup tuh jangan terlalu kebanyakan pesimis, kenapa? Karena nantinya bakal berujung penyesalan, Lo pasti tau dong masalah gini?" Jelas Rasya seraya meyakinkan.

ADREA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang