PART 1 - The First Moment

4.1K 57 1
                                    


°POV DIAN°

Sesampainya di Lapas aku langsung menuju ke Portir Jaga untuk melakukan registrasi, kartu Pembesuk beserta stempel biru di lenganku langsung kudapatkan dari salah satu petugas Jaga di depan Portir.

Memasuki gerbang yang selalu tertutup rapat dan terbuat dari besi, aku melirik ke beberapa penjaga. Memang, penjara sudah sepantasnya dijaga ketat oleh para petugas jaga maupun petugas Portir.

Beberapa petugas Portir sudah sangat aku kenal karena seringnya berkunjung di tempat ini selama 10 Tahun belakangan, apalagi ditambah sekarang aku sebagai Jaksa Pratama.

"Siang ibu jaksa yang cantik," Sapa seorang petugas Portir kepadaku. "Kok baru nongol lagi? hehehe," lanjutnya disertai senyuman.

"Iya nih pak, lagi banyak nangani kasus penipuan yang saat ini lagi beredar di ibu kota," jawabku. Karena tak ingin berbasa-basi panjang, maka ku lanjutkan. "Aku duluan yah pak, mau ketemu ama ibu" Berpamitan kepadanya untuk segera menemui salah satu petugas Jaga di Pos Jaga keamanan Pintu II.

Karena petugasnya juga telah aku kenal yang sedang berjaga di Pintu II, maka mereka langsung menyuruh ke salah satu NaPi untu memanggil nama ibu menggunakan mic yang tersambung ke beberapa speaker di dalam area penjara.

"PANGGILAN KEPADA WARGA BINAAN ATAS NAMA YENI PRADIBA, SEGERA MERAPAT KE DAN JAGA SEKARANG JUGA" Teriak Nara pidana itu yang memakai seragam dengan tulisan WBP asimilasi tembok dalam (Korvey Pelayanan) memakai microphone yang terhubung ke setiap Blok. tak lupa ku selipkan gocengan 2 lembar untuk memperlancar pekerjaannya.

"Ibu Jaksa... Menunggu di ruang KP aja bu,"

Aku melempar senyum, "Baik Pak, terima kasih." Sebagai Jaksa Pratama, setiap membesuk aku mendapatkan ruangan Khusus KP untuk bertemu dengan ibu.

Maka aku di antarkan oleh penjaga itu menuju ke ruang KP.

Beberapa saat aku menunggu, maka ibu pun telah tiba di ruangan KP.

Aku mengernyit menatap ibu, karena kondisinya tampak kurusan. "Ibu kok makin kurusan sih?" tanyaku kepada ibu sambil memeluknya.

"Mungkin pengaruh cuaca aja sayang, gak usah terlalu khawatirkan Ibu." Jawab ibu, sambil membelai rambutku. "Oh iya gimana kerjaan kamu?" tanya ibu selanjutnya.

"Huff... 2 minggu ini Dian di sibukkan dengan banyaknya kasus Penipuan berpasal 378 KUHP, mana sampai sekarang Dian masih belum mendapatkan bukti" jawabku. Ku hela kan nafas sesaat, kemudian melanjutkan perkataanku di pelukan Ibu. "Karena Dian sangat yakin Pelaku memakai cara Hypnotis saat melancarkan penipuan kepada para korbannya" lanjutku dengan tampang yang cemberut.

"Ibu sangat yakin kok dengan kemampuan kamu, semangat donk... kok kayak pesimis gitu?" ucap ibu sambil mengangkat wajahku dan mengusap lembut kedua pipiku.

"Huff... gak taulah Bu," Aku enggan menjawab panjang kali lebar, karena aku lebih memilih untuk menikmati kebersamaan dengan ibu ku.

Karena hanya di waktu seperti inilah, aku bisa bermanja-manjaan kepadanya.

Bertemu dengan Ibu membuat aku sering lupa waktu, sehingga kami sering sekali di ingatkan oleh seorang petugas Jaga bahwa waktu sudah habis.

Maka...

Setelah waktunya tiba, aku memeluk erat tubuh ibu. Sempat mengeluarkan tangisan, namun ibu selalu saja menyuruhku untuk tak bersedih.

Tak lupa, aku menyalim tangan ibu sesaat sebelum akhirnya kami pun terpisah lagi. Ibu kembali ke dalam, dan aku keluar berjalan menuju ke pintu masuk Lapas.

The Revenge Of AndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang