-04-

52 8 3
                                    

DILAH

"Kamu sudah pulang nak?"

Seketika aku kaget, biasanya saat aku pulang tidak ada yang menyambutku bahkan tak ada yang menanyakan hal seperti itu tapi kali ini ada seseorang yang berdiri di pintu apartemen ku.

"buudeee"

Aku segera memeluk beliau dengan erat. Sudah lama rasanya aku tak melihat wajah yang hampir mirip dengan almarhumah bundaku, rasa rindu yang selama ini aku bendung sendiri kini sudah mulai terobati.

"bude kapan datang??"

"tadi siang nak" jawabnya sambil mengelus kepala ku

"aku kira bude tidak mau datang kembali ke sini setelah kejadian bunda ..." suara ku mulai melemah

"ssttt.. sudah, sudah bude datang kesini karena ada suatu hal yang harus kamu ketahui nak"

"apa ??" tanyaku antusias

"lebih baik kamu mandi terlebih dahulu dan setelah itu kamu makan"

"siap. Sayaaannggg buudee" kataku sambil mencium pipinya.

Ini lah aku,hidup sendiri di apartemen yang dulu pernah di tempati bundaku. Tidak usah heran kenapa bude ku bisa masuk ke apartemen ku karena beliau mempunyai kunci cadangan apartemen ini.

Ya nama beliau adalah 'Ratih Mysha Jhansen'

Mysha adalah nama keluarga kami jadi aku,bunda dan bude ratih memakai nama tersebut. Sedangkan 'Janshen' adalah nama almarhum suami bude ratih.

Dulu kami tinggal bersama,namun saat bude ratih menikah kami pisah karena bude ratih ikut dengan suaminya tinggal di Australi. Dan saat bunda meninggal bude ratih datang ke apartemen ini, beliau pada saat itu juga terpukul karena adik satu-satunya meninggal dunia ditambah lagi 1 minggu sebelum kejadian bunda meninggal, suaminya- paman janshen- meninggal dunia.

///

"apa kau baik baik saja?"

"yaa aku baik baik saja, bahkan sekarang aku sangaaaaaatt baik. Karena ada bude di rumah ini" kataku sambil memeluk badannya dari samping

"dasar, kamu ini dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Selalu saja manja dengan bude"

"heheh iya dong,bude itu mirip sekali dengan bunda. Setiap aku melihat bude pasti aku melihat bunda,,, kalian jahat yaa ninggalin aku sendirian"

"tidak nak kami tidak pernah meninggalkan mu sendirian. Bundamu selalu ada disampingmu dan bude selalu berada di belakangmu nak" sambil mengelus rambutku

"kenapa bude selalu berkata bahwa bude ada di belakangku?? Bude itu harus ada disampingku"

Yang ku dapat hanya senyuman tulus dari bude Ratih.

"bude"

"iya nak"

"apa aku boleh bertanya??"

Sekarang posisiku berbaring di atas paha bude ratih. Aku sangat rindu hal seperti ini, kerena aku sering tidur di paha bunda sambil bercerita tentang kegiatanku di sekolah dulu.

"apa??" dia terus mengusap kepalaku

"apa bude kenal dengan pria yang membunuh bunda??"

Aku lihat raut wajah beliau mulai cemas 'apa ada yang disembunyikan dari ku??'-batinku

"tidak"

"baiklah" jawabku singkat

"oia nak,bude hampir saja lupa"

BLOOD SWEET AND TEARSWhere stories live. Discover now