Samarinda(satu)

11 1 0
                                    

Aku sangat bersemangat, baru pertama kali dalam hidupku aku akan menonton konser,

Saat bangun dari tidurku jam 3.00 sore, kusiapkan segala keperluan untuk pergi ke konser ini,
22 tahun Virgin konser dan sekarang aku akan mendapatkannya,

ekspektasi, ku mungkin akan berjumpa dengan band ini di ujung acara dan meminta tanda tangan mereka semua di baju yang kupake, hingga lengkap dengan spidol Silver dan baju berwarna gelap aku meluncur dengan Vespa merahku,

Dengan suara yang memecahkan gendang telinga, karena knalpotnya lepas,

Feast, nama band itu, hanya dia yang ingin kudengar, masa bodoh dengan band yang lain, yang kenalan kenalan ku ingin tonton,bahkan mereka tidak tahu feast,

Sendiri aku pergi, sebagai seorang asing nan pengembara, dari kotaku Tenggarong yang biasanya makan 1 jam menuju Samarinda,

Setelah kurakit dan akali knalpot vespaku agar tidak membunuh ayam orang, Dibantu mas Idris bengkel langgananku, aku tidak tahu namanya, tapi aku namai dia di tulisan ini,

Setelah sekitar 15 menit Dalam perjalanan vespaku mogok,
acara akan dimulai pukul 4 dan yang kutahu,
feast akan muncul malam, harus malam dan pasti, karena dia salah satu bintang besar malam ini,

Lengkap dengan segala macam cara ku akali vespaku sampai dongkol rasanya, sangat sulit diajak bekerja sama si merah ini kadang kadang,

Sampai setengah 7 kuminta bantuan orang terdekatku, untuk membantu, dan akhirnya aku berangkat lagi,
melanjutkan perjalanan, tidak dengan si merah kali ini,

Lamunan dibalik konsentrasi saat berkendara, memunculkan suara suara, selalu suara suara dalam pikir, tidak pernah berbentuk pengelihatan mesum, atau bau bau parfum manusia flamboyan.

"Feast yang terbaik, kalau Efek Rumah Kaca tidak falls tentu ERK yang terbaik,
Lirik mereka tentang.......hmm,"

"Karya yang Tidak Memuat Konsern (keresahan) dari Pembuatnya, maka itu Imitasi saja"
(Suara-suara)

"Camkan itu kawan"

Suara mereka terdengar berbeda dan sangat vokal masing masingnya, terdengar berbeda, atau kadang sama,
selama ini aku menirukan suaraku sendiri saat bicara dalam pikir,

Kenapa aku belum gila setelah lama sekali mendengarkan mereka,
Oh ya tentu saja ini hanya terjadi saat perjalanan Samarinda-Tenggarong, dan sisanya mereka jarang muncul,

Sisa pembicaraan suara suara tidak perlulah kalian dengar, hanya berisi Sinisme akan band lain atau kehidupan orang lain,
Penyesalan karena belum berbakti dan punya hidup yang Kacau,
Hingga pertanyaan eksistensi diri, yang merasa sangat sampah,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pria satu waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang