#1

8 5 0
                                    

Terlihat seorang gadis remaja sedang terduduk sendiri menunggu kedatangan senja ditepi sawah dekat rumahnya. Dia adalah Aishila. Gadis yang saat ini baru genap berusia 20 tahun.
Sekelebat bayangan masa lalu saat Ia belum mengenakan hijab muncul dan tak terasa air matanya menetes begitu saja kala Ia menyadari betapa banyak dosa yang telah diperbuat untuk dirinya terutama Ayahnya.
"Astagfirullah hal'azim" lirihnya terus menerus.
Lamunannya pun buyar saat notifikasi pesan dari wathsapp masuk secara beruntun.
Ia pun membuka pasan itu, Dia terlihat berpikir lalu tersenyum manis. Dan membalas pesan itu yang tak lain adalah grup Hijrah yang baru Ia ikuti beberapa hari lalu.
Senja yang sedari tadi ditunggu telah menampakkan diri dan pertanda Sang Mentari siap digantikan sang Rembulan.
"Masyallah, Subhanallah Wabihamdih Subahanallahil'azim" ucapnya sambil tersenyum memandang sang senja.
Adzan magrib pun menggema di Mesjid tempat tinggalnya. Langsung Aishila memanjatkan Doa selagi adzan itu masih terdengar. "Ya Allah Istiqomahkanlah aku dalam hijrah ini. Aku ingin berkumpul bersama orang-orang yang aku sayang disurga ya Allah. Dan aku tidak ingin satupun dari orang-orang yang aku sayang merasakan panasnya api neraka Ya Allah. Aamiin. " lirihnya dan berjalan pulang untuk melaksanakan Sholat magrib.

Pukul 03.30
Alarm Handphone Aishila berbunyi, segera Aishila meraih ponsel itu dan mematikan alarm. Ia kucek-kucek perlahan matanya agar penglihatan dan kantuknya hilang.
Segera Aishila menuju kamar mandi mengambil wudhu dan melaksana Sholat Tahajjud. Setalah sholat Aishila pun berdoa dalam hati karena Ia tidak ingin ada yang tau permohonannya pada Allah, Karena Ia hanya ingin hanya Allah yang tahu dan hanya Allah lah yang bisa mengambulkan permintaan hambanya.
"Ya Allah, sudah banyak sekali dosa yang ku perbuat, sering aku melupakan-Mu, menjauh dari-Mu, tidak peka terhada panggilan-Mu, Ya Allah ampunilah aku. Ya Allah aku sangat ingin bisa Istiqomah dalam hijrah ini. Aku mohon Ya Allah bantulah aku untuk Istiqomah dalam Hirjah ini. Aamiin Allahumma Aamiin. " lirih Aishila dalam doanya. Tanpa terasa air matanya kembali menetes kala mengingat segala dosanya dimasa lalu. Dia bersyukur mengingat itu semua setidaknya ia bisa meminta ampun dan menjadikan itu sebagai pelajaran untuknya kedepan.
Pukul 09.00
Aishila sedang siap-siap menghadiri acara kajian yang akan diadakan disebuah mesjid terbesar di NTB yang tidak lain adalah Mesjid Hubbul Wathan Islamic Centre Mataram.
Sekitar setengah jam kemudian Dia sudah berada dibangunan megah mesjid itu. Ia pun memutuskan untuk duduk sambil membuka ponselnya melihat notifikasi pesan grup yang akan mengadakan kajian hari ini. Ternyata kajiannya ada di lantai dua mesjid itu, Ia pun segera naik dan melihat sudah lumayan banyak orang yang sudah datang. Aishila memutuskan untuk duduk didekat seorang wanita berhijab syar'i berwarna Abu itu. Karena Aishila bukanlah seorang yang pandai bergaul alhasil Ia hanya diam sambil menulisa dibuku catatan kecil yang selalu dibawanya kemanpun.
Tak lama kemudian kajian pun dimulai, selama kajian rasanya air mata Aishila ingin keluar terus tapi Ia tahan karena tak enak bila dilihat menangis apalagi sama orang-orang yang tidak Ia kenal. Kajian ini membahas tentang Dosa- dosa dimasa lalu dan bagaimana cara agar dosa tersebut mendapat ampunan oleh Allah. Aishila yakin ini tidaklah kebetulan melainkan semua sudah Allah atur.
Ia juga jadi tahu bagaimana Ia bisa menebus dosa-dosanya itu, salah satunya dengan meminta maaf kepada orang-orang yang mungkin pernah Ia lukai perasaannya terutama orang tuannya dan paling utama adalah Ayahnya. Karena dosanya Ayahnya yang menanggung semuanya di Akhirat kelak. Dan Aishila sangat merasa bersalah kepada ayahnya karena malah menjadi penyumbang dosa bukannya menyumbang pahala untuk ayahnya.
"Ayah.. Maafin Shila. Shila belum jadi anak yang sholeha buat ayah, Shila sering salah dan Ayah yang nanggung dosa Shila, Maafkan Shila Yah. Shila janji Shila akan berusaha menjadi anak yang sholeha agar Ayah dan Ibu bisa masuk surga karena Shila. Maafin Shila Yah." Lirih Ashila dalam hati tanpa terasa air mata sudah mengalir dengan sangat deras.
Satu jam kemudian kajian berakhir dan ditutup dengan Doa oleh sang Ustadz. Dan acara dilanjutkan dengan sholat dzuhur berjamaah.
Setelah sholat satu persatu jamaah meninggalkan mesjid. Aishila melihat ponselnya dan membuka chat grup yang menginformasikan bahwa komunitas Hijrah Islamiah akan berkumpul ditaman samping mesjid.
Aishila sampai didekat taman, malu-malu Aishila mendekat karena Ia belum mengenal siapapun disana.
Sampai akhirnya seseorang menyapanya.
"Assalamu'alaikum" salam orang itu.
Aishila kaget dan berbalik sambil menjawab salam.
"Wa'alaikumussalam. " ucap Aishila sambil malu-malu karena ternyata yang menyapanya adalah seorang lelaki.
"Ukhti anggota hijrah Islamiah? Kenapa tidak langsung gabung dengan yang lain? " tanya laki-laki itu.
"maaf kak, saya baru gabung dikomunitas ini dan ini pertama kali saya hadir disini. " jawab Aishila sambil menunduk.
"Oh. Begitu. Kenalkan nama Saya Hamash Akbar panggil kak Hamash saja. Kalo boleh tau nama Ukhti siapa.? " jawab laki-laki yang bernama Hamas itu.
"mmm. Nama saya Aishila Akbar kak. Panggil sila saja." Jawab Aishila yang entah kenapa malah merasa gugup berhadapan dengan lelaki didepannya ini.
"Ayo kesana, saya kenalkan dengan yang lain" ucap Hamas dan dijawab anggukan oleh Aishila.
Sampai disana Hamas pun memperkenalkan Aishila kepada semua anggota yang hadir. Hamas juga mengenalkan Ketua Organisasi yang bernama Ahmad Irham Pandayu.
Pertemuan kali ini membahas tentang kajian akbar yang akan dihadiri oleh Ustadz Ady Hidayat sebagai Narasumber sekaligus penceramah.
Setelah semua anggota mendapat tugas masing-masing dan Aishila mendapat tugas dibagian konsmusi bersama empat anggota yang lainnya. Rapat pun ditutup, sang ketua yaitu Irham mempersilahkan seluruh anggota untuk ikut sholat berjamaah terlebih dahulu sebelum pulang karena sebentar lagi adzan Ashar.
Setelah sholat mereka pun pulang termasuk Aishila.

Wanita Perindu BAITULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang